Tiga Bahan Baku ini Dijadikan Bioetanol Oleh Pertamina

JATIMPEDIA, Jakarta – PT Pertamina (Persero) mengembangkan tiga bahan baku, yang berasal dari sorgum, nipah, serta tandan buah kosong kelapa sawit (palm oil empty fruit bunch) untuk dikembangkan menjadi bioetanol, sehingga mengaksepelerasi terwujudnya transisi energi.

SVP of Technology Innovation PT Pertamina Oki Muraza, saat ditemui usai sesi tematik Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Kamis, mengatakan pengembangan sorgum menjadi bahan baku bioetanol bisa dilakukan, mengingat tanaman tersebut cukup banyak di Indonesia.

 

“Batangnya itu kita peras, terus bisa dapat bioetanol, nanti daunnya bisa untuk pakan ternak, untuk program perbaikan gizi, dan seterusnya. Itu satu yang cukup menarik. Jadi, kami sedang mengembangkan bisnis modelnya nanti kita mau advokasi ke pemerintah,” katanya.

 

Ia juga mengatakan penggunaan bioetanol dari sorgum, turut bisa dijadikan sebagai program substitusi impor gandum yang rata-rata mencapai 9,6 juta per tahun, sekaligus mendorong peningkatan produksi, dan diversifikasi produk pangan tersebut.

 

Selanjutnya, untuk pengembangan bahan baku bioetanol menggunakan nipah, dilakukan dengan cara memanfaatkan getah pohon mangrove. Hal itu dilakukan karena Indonesia memiliki 48 jenis mangrove.

 

“Karena Indonesia garis pantainya nomor dua di dunia, ini menarik. Jadi, selain untuk menahan abrasi, kita tanam juga mangrove yang nanti dilukai, getahnya itu juga sugar, jadi bisa juga untuk bahan bioetanol,” katanya.

 

Sementara untuk pembuatan bioetanol menggunakan tandan buah kosong kelapa sawit, dilakukan melalui pengolahan biomassa dengan cara memisahkan lignin, yang kemudian menghidrolasi selulosa, dan masuk ke tahap fermentasi glukosa.

 

Ia menyampaikan ketiga strategi pengembangan bahan baku bioetanol tersebut, merupakan upaya yang mencakup pengembangan jangka pendek, menengah, dan juga panjang.

 

“Jadi kita punya yang short term, kemudian ada juga yang medium term, dan juga ada yang long term, tapi ya semuanya harus ekonomis. Dari hitungan kami saat ini yang paling ekonomis jika dapat dukungan pemerintah itu batang sorgum, karena mengurangi impor pangan, nanti juga bisa mengurangi impor energi,” katanya.

 

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya untuk mewujudkan NZE yang tercantum dalam Perjanjian Paris melalui Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebanyak 912 juta ton pada 2030.

 

Forum ISF 2024 merupakan ajang resmi Pemerintah Indonesia bagi para pemimpin dunia dari berbagai sektor dan negara untuk dapat bertukar pikiran dan pengetahuan sekaligus memberikan solusi dan praktik terbaik menghadapi perubahan iklim.

 

Perhelatan akbar yang berlangsung selama dua hari itu meliputi sejumlah agenda mulai dari sesi utama yang menghadirkan pembicara kunci, pleno, tematik, high level dialogue, memorandum of understanding (MoU) signing, pameran, hingga gala dinner. (raf)
Baca Juga  Semester I-2024, PHE Produksi Migas 1,05 Juta BOEPD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *