Tag: #pertamina hulu indonesia

  • Pertamina Hulu Energi Agresif Jalankan Strategi Eksplorasi Migas

    Pertamina Hulu Energi Agresif Jalankan Strategi Eksplorasi Migas

    Jakarta, JP –  PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai Subholding Upstream Pertamina, mengelola wilayah kerja hulu migas di dalam dan luar negeri senantiasa terus berupaya meningkatkan kinerja untuk mendukung ketahanan energi nasional. Demi menjaga keberlangsungan energi dalam negeri, PHE secara masif dan agresif menjalankan strategi pengeboran eksplorasi di wilayah onshore maupun offshore.

    PHE menjalankan transformasi dan ekspansi bisnis dalam mencapai visi menjadi perusahaan energi kelas dunia. Lebih dari 13 tahun pengalaman Pertamina dalam mengelola wilayah kerja offshore, di awali dengan akuisisi Wilayah Kerja (WK) Offshore North West Java (ONWJ) pada bulan Juli 2009. Saat ini, PHE konsisten menjalankan mandat menjaga kestabilan energi melalui pengelolaan aset eksisting offshore (PHE ONWJ, OSES, WMO, NSO, Nunukan, PHM & PHKT) dan New Venture Open Area dengan kegiatan eksplorasi yang terus meningkat.

    Terdapat total 3.786 sumur offshore yang dikelola oleh PHE dengan aktivitas well intervention dan well services lebih dari 500 sumur per tahunnya.

    Wiko Migantoro, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi, mengungkapkan lima kunci keberhasilan kinerja PHE offshore.
    “Pertama adalah HSSE & DWI Major Risk Management, kemudian Drilling Operation Excellence, ketiga Drilling Project Management Office, selanjutnya Supply Chain Management for Cost Effective Drilling, dan yang terakhir Innovation & Pioneering, kelima pilar tersebut mendukung pencapaian dan keberhasilan kami, tentunya berkat dukungan dari seluruh pihak dan pemangku kepentingan terkait,” ungkap Wiko, Rabu(2/11/2022).

    PHE mencatatkan berbagai pencapaian di area offshore Pertamina Hulu Mahakam (PHM) yang disatukan dalam inovasi OPTIDRILL yang berhasil membukukan pengeboran tercepat di area Mahakam dengan cost efficiency lebih dari 55%. Inovasi ini menggunakan optimasi persiapan side track dari semen sumur lama secara rigless dengan Hydraulic Workover Unit, optimasi komplesi sumur rigless dan optimasi akuisisi data reservoir tanpa Drill Pipe.

    Selain PHM, wilayah kerja offshore lainnya seperti PHE ONWJ, OSES, dan WMO juga tidak kalah menunjukan performa cemerlang. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan optimasi biaya yang sukses menurunkan well cost hingga lebih dari 33%.
    “Kami meyakini masih banyak potensi yang bisa kita kembangkan. Kami akan terus menggali potensi, termasuk mengeksplorasi sumber migas tidak hanya di daratan tetapi juga di lepas pantai. PHE terus bergerak masif dan agresif untuk menjaga keberlanjutan hulu migas nasional,” kats Wiko.

    Pada tahun 2022, PHE mempunyai rencana kerja yang agresif antara lain pengeboran sumur pengembangan sebanyak 813 sumur; pengeboran sumur eksplorasi sebanyak 29 sumur, penambahan rencana kerja workover; perawatan sumur, dan reaktivasi sumur; memastikan onstream pengembangan OPLL 2A, SLO Stage 1 Rokan, Jambaran Tiung Biru, ABG Gantar Optimasi, Zulu Phase 2; maintenance dan peningkatan integritas fasiltas produksi; serta mendorong capaian dari waterflood di PEP, PHE, PHI.

    PHE telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) sebagai partisipan/member sejak Juni 2022. PHE berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi dan operasionalnya, sebagai bagian penerapan aspek Environment, Social dan Governance (ESG). PHE akan terus mengembangkan pengelolaan operasi di dalam dan luar negeri secara profesional untuk mewujudkan pencapaian menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia yang environmentally friendly, socially responsible dan good governance. (raf)

  • PHM Tingkatkan Produksi Gas Lapangan Offshore Sisi Nubi 160 MMSCFD

    PHM Tingkatkan Produksi Gas Lapangan Offshore Sisi Nubi 160 MMSCFD

    Jakarta, JP –  PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) berhasil meningkatkan produksi gas Lapangan Offshore Sisi Nubi ke level 160 MMSCFD (juta standar kaki kubik), pada 20 Oktober 2022. Sebelumnya, lapangan Sisi Nubi mengalami fase declining sampai pada level 60 MMSCFD, Juli 2020.
    Saat

    ini, lapangan Sisi Nubi berkontribusi sebesar hampir 30% produksi gas dari Wilayah Kerja (WK) Mahakam, dimana sebelumnya pencapaian tertinggi diraih pada bulan November 2019.

    Krisna, General Manager PHM, menyampaikan peningkatan produksi gas PHM sebagai dampak positif dari insentif migas yang telah diberikan oleh pemerintah kepada PHM pada tahun 2021, berupa percepatan depresiasi dan pembebasan PPN, sehingga PHM dapat membangun tambahan anjungan serta melakukan pengeboran sumur baru yang lebih banyak untuk mendukung peningkatan produksi.
    “Kami menerapkan praktik pemboran yang lebih efektif, efisien, dan cepat dalam menemukan sumber daya migas baru dari kegiatan eksplorasi maupun pengembangan (eksploitasi). Pencapaian ini merupakan realisasi program kerja Perusahaan yang didukung adanya persetujuan insentif migas dari pemerintah,” ujar Krisna.

    Krisna menjelaskan bahwa peningkatan produksi ini merupakan kontribusi sumur-sumur anjungan baru di North Sisi dan North Nubi yang mulai beroperasi pada bulan Juni dan Agustus 2022 serta program perawatan dan intervensi pada sumur-sumur eksisting.
    “Keberlangsungan produksi di Lapangan Sisi Nubi ini didukung oleh kehandalan fasilitas produksi yang telah menjalani program perawatan secara sistematis serta inspeksi perpipaan yang dilakukan secara regular. Selain itu, peningkatan produksi lapangan ini dapat terwujud berkat kolaborasi yang baik antar semua fungsi yang terkait, antara lain Subsurface Development & Planning, Project, Drilling & Intervention, serta Production Operations,” jelas Krisna.

    Menurutnya, keberhasilan yang diraih PHM di lapangan Sisi Nubi tidak lepas dari dukungan SKK Migas serta PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) sebagai induk perusahaan. Program pemboran sumur baru di lapangan ini masih berlangsung dan diharapkan akan terus berkontribusi untuk penambahan produksi gas nasional dari Mahakam.

    Lapangan Sisi ditemukan pada tahun 1986 dan lapangan Nubi ditemukan pada tahun 1992. Cadangan gas dari lapangan Sisi Nubi diproduksi bersama melalui beberapa anjungan offshore kemudian dialirkan melalui satu pipa berukuran 26” ke SNPS Slugcatcher dan selanjutnya dilakukan proses treatment di Tunu Processing Facilities.
    PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) merupakan anak Perusahaan PHI yang menjalankan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip ESG (Environment, Social, Governance) di Wilayah Kerja Mahakam di Kalimantan Timur.

    “Kami berkomitmen untuk terus berinvestasi dan melakukan pengeboran sumur-sumur baru sebagai langkah strategis dalam menahan laju penurunan produksi alamiah dan menjaga tingkat produksi migas guna mendukung pencapaian target produksi migas nasional 2030,” pungkas Krisna. (raf)

  • Studi Blok Masela Digarap Pertamina dan Exxon, SKK Migas Sebut Buka Peluang Kerja Sama

    Jakarta, JP – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebut ada kontraktor lain yang sedang melakukan studi kondisi blok Masela dalam rangka untuk ambil alih atau akuisisi Hak Partisipasi atau Participating Interest (PI) Shell di blok Masela.

    Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengungkapkan selain Pertamina ada Exxon yang juga ditawari oleh Inpex untuk melakukan studi.

    “Memang yang dihubungi oleh Inpex termasuk Exxon, masing-masing (Pertamina dan Exxon) studinya,” kata Dwi ditemui di kantor SKK Migas, Senin (17/10).

    Dengan adanya Exxon dalam daftar kontraktor yang melakukan studi terhadap Masela, SKK Migas kata Dwi berharap peluang adanya kerjasama antara Pertamina dan Exxon kembali terbuka, bukan justru ada aroma persaingan. Namun itu semua dikembalikan kepada manajemen masing-masing perusahaan apakah akan melanjutkan kerjasama seperti yang sudah terjalin di blok Cepu.

    “Kalau selama ini Exxon juga melakukan studi, bisa jadi potensi (kerjasama dengan Pertamina). Tapi kita lihat kan masing-masing studi ada hasilnya, mau terus apa tidak,” ungkap Dwi.

    Dwi menegaskan SKK Migas telah memberikan tenggat waktu kepada para peminat pembeli PI dari Shell serta Inpex dan Shell itu sendiri untuk merampungkan pembicaraan pada tahun ini. Ditargetkan pada bulan November nanti sudah ada update terbaru hasil dari studi oleh para peminat.

    “Ini yang kita tunggu nanti mudah-mudahan di November mereka (Pertamina) bisa menyampaikan laporannya. Exxon juga,” ujar Dwi.  (raf)

  • Inovasi PHE Tingkatkan Produksi Sumur Lebih Optimal

    Inovasi PHE Tingkatkan Produksi Sumur Lebih Optimal

    Jakarta, JP – PT Pertamina Hulu Energi sebagai Subholding Upstream Pertamina selalu berkomitmen meningkatkan mutu salah satunya melalui implementasi inovasi guna meningkatkan produksi migas.

    Beberapa inovasi telah diciptakan antara lain dari pekerja Pertamina EP Limau Field yang termasuk Regional Sumatera Subholding Upstream Pertamina. Inovasi dilakukan melalui penerapan metode identifikasi dan pengembangan potensi baru LQR (Low Quality Reservoir) serta akselerasi produksi, yaitu dengan melakukan screening potensi subsurface.

    Inovasi ini menggunakan pendekatan analisa petrofisika serta akselerasi fasilitas produksi yang memanfaatkan tanki produksi ex used dan rekolaksi separator dari stasiun pengumpul lain yang idle. “Inovasi yang dilakukan di Field Limau ini mampu membuka potensi unseen dari struktur idle, sehingga bisa produksi dari tidak ada produksi atau 0 Barel Per Hari (BPH) menjadi 270 BPH,” kata Arya Dwi Paramita, Sekretaris Perusahaan PHE, Selasa (11/10).

    Selain itu, inovasi dengan penerapan metode SUPARMAN dari Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES) yang termasuk dalam Zona 6 Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina. Inovasi ini dilakukan dengan metode analisa integrasi subsurface yang akurat berupa pembuatan peta SOI (Simulation Opportunity Index) yang merupakan gabungan dari PPI (Pressure Potential Index), OFI (Oil Flow Index), MOI (Movable Oil Index) dan di integrasikan dengan pendekatan analitikal berupa distribusi facies dan well spacing analysis.

    Menurut Arya metode ini mampu meningkatkan produksi minyak sebesar 3078 BPH dan cadangan proven sebesar 2337 MBO di Lapangan Krisna, PHE OSES Zona 6.

    Terakhir, inovasi Cement Slurry Merah Putih merupakan hasil riset berkelanjutan berupa cement pemboran dengan formulasi yang khusus untuk cementing job yang didesain untuk dapat menutup atau memblok zona shallow gas dan mengontrol tekanan sumur, dimana produk ini adalah lightweight gas tight cement slurry. “Inovasi ini terbukti mampu menaikkan keunggulan bersaing PT Elnusa Tbk,” ungkap Arya.

    Ketiga inovasi ini juga telah menorehkan penghargaan Dharma Karya Energi dan Sumber Daya Mineral kategori Muda dari Kementerian ESDM. Penghargaan diberikan dalam acara peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke-77 di kantor sekretariat Kementrian ESDM (4/10).

    Dalam malam penghargaan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menyampaikan apresiasi atas kontribusi yang diberikan dalam pembangunan nasional khususnya di sektor ESDM. “Harapannya setiap insan ESDM dapat meningkatkan kinerja melalui inovasi secara cepat, cermat dan produktif, sehingga sektor ESDM dapat terus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

    Oto Gurnita, Direktur SDM & Penunjang Bisnis Subholding Upstream Pertamina menyampaikan rasa bangga dan harapannya agar prestasi yang diterima bisa menular ke para pekerja di wilayah lain juga.
    “Pencapaian ini merupakan bukti kerja keras perwira Subholding Upstream Pertamina yang terus berinovasi dan memberikan kontribusi nyata di sektor ESDM. Harapan kedepannya semoga lebih banyak tim yang akan menyusul kesuksesan tiga tim peraih Dharma Karya Energi tahun ini dengan terus aktif melakukan program improvement dan inovasi yang memiliki dampak besar bagi pembangunan nasional,” tutup oto Gurita. (raf)

  • Pertamina Teken MoU Kirim Biodiesel ke Eropa

    Pertamina Teken MoU Kirim Biodiesel ke Eropa

    Jakarta,JP – Pertamina Group menjalin kesepakatan memasok green diesel component (GDC) atau komponen biodiesel ke Eropa. Ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Pertamina Group dengan perusahaan Eropa, Trafigura.

    Di mana, hal ini merupakan bagian dari ekspansi Pertamina Group, yaitu Kilang Pertamina Internasional (KPI), Pertamina International Marketing dan Distribution (PIMD) dan Pertamina International Shipping (PIS).

    Penandatanganan dilakukan di London, Inggris, disaksikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

    “Bahan baku biodiesel ini umumnya dari virgin vegetable oil, namun dapat juga menggunakan used cooking oil (UCO/ jelantah) dan waste residue dari animal fat,” ujar Erick dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (1/10).

    Menurutnya, permintaan GDC di Uni Eropa terbagi dalam dua kategori. Yaitu, base CPO sekitar 150.000 metrik ton per tahun dan base UCO 300.000 hingga 500.000 metrik ton per tahun.

    “Trafigura telah menyampaikan ketertarikan dalam membeli GDC Pertamina Group. Bahkan telah lebih dulu melakukan pembelian ke Pertamina Group. Perjanjian ini dilakukan agar penjualan GDC bisa berjalan secara long term,” katanya.

    Erick menjabarkan, potensi konsumsi FAME & bahan baku biodiesel Eropa akan terus meningkat seiring target European Renewable Energy Directive (RED II). Yaitu, penggunaan energi terbarukan 14% di sektor transportasi seluruh Eropa pada tahun 2030. Angka itu naik dari target RED I yang sebelumnya sebesar 10%.

    Menteri BUMN Erick Thohir menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Pertamina Group dengan perusahaan Eropa Trafigura di London, Inggris, Jumat

    “Bahan baku UCO lebih disukai karena mekanisme penghitungan ganda di Eropa,” imbuhnya.

    “Sedangkan palm oil (minyak sawit) tertekan karena beberapa negara Eropa melarang penggunaan bahan baku palm oil dalam jangka panjang. Di mana salah satu target RED II adalah pelarangan penggunaan GDC berbasis Palm Oil di Eropa,” tambah Erick.

    Di sisi lain, dia berharap penetrasi pasar GDC tidak terhenti dan meminta Pertamina Group terus membuka peluang meningkatkan peluang menjadi pemain GDC internasional.

    “Dengan besarnya potensi yang ada di Eropa, bahkan Asia, ini menjadi kesempatan besar bagi Pertamina Group untuk terus memperluas jangkauan produk GDC,” pungkas Erick. (raf)

     

  • Hingga Agustus 2022, Produksi Migas PHE 963 Ribu BOEPD

    Hingga Agustus 2022, Produksi Migas PHE 963 Ribu BOEPD

    Jakarta,JP –  Produksi migas PT Pertamina Hulu Energi (PHE) hingga Agustus 2022, realisasi produksi  mencapai 963 ribu barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd) atau tumbuh 8% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 897 ribu boepd. Ini terdiri atas produksi gas 2.587 mmscfd dan produksi minyak 517 ribu bopd.

    Untuk pengeboran sumur pengembangan telah dilakukan 439 sumur dan 55 sedang proses atau on going. Sedangkan kegiatan Work Over telah selesai dilakukan sebanyak 427 kegiatan dan well service telah selesai 19.361 sumur. Dari sisi eksplorasi, PHE sudah selesaikan 11 sumur dan 4 sedang berjalan atau on going.

    Hermansyah Nasroen, Senior Manager External Communication and Stakeholder Relation PHE, mengatakan PHE berkomitmen untuk memberi atau membawa dengan operasi lebih green, rendah emisi dan juga efisiensi tinggi. ESG sangat krusial, terlebih di era transisi energi dan isu perubahan iklim yang gejalanya sudah mulai dirasakan.

    “ESG sebenarnya bukan barang baru hanya saja stigma. ESG dianggap menambah beban, butuh biaya untuk diimplementasikan,” ujar Hermansyah saat berbicara di booth PHE pada 46th IPA Convention and Exhibition, Jumat (23/9).

    Bagi Pertamina, lanjut Hermansyah, ESG justru merupakan sebuah peluang baru bagi perusahaan untuk lebih banyak bermanfaat bagi masyarakat. “Kita ubah ESG yang tadinya beban menjadi investasi yang bisa kita monetisasi,” kata dia.

    PHE megimplementasikan kebijakan keberlanjutan yang termasuk di dalamnya ESG, yaitu bagaimana PHE menjadi perusahaan yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial serta memiliki tata kelola yang baik. Menurut Hermansyah, komitmen manajemen terhadap ESG sudah diakui oleh dunia internasional. Apalagi PHE sukses masuk di 30 besar perusahaan dunia yang dianggap concern dan mampu menerapkan ESG dengan baik. “Kami baru selesai dapatkan ESG rating kita ranking 23 dari 243 oil and gas company. Ini ESG rating pertama PHE,” kata dia.

    Dekarbonisasi

    Hermansyah menegaskan, ESG tidak bisa dipisahkan dari dekarbonisasi. PHE mempunyai strategi khusus dalam mengupayakan dekarbonisasi. Pertama adalah energy demand dan eficiency, gas recovery, dan integrasi aset. Selain itu, mengembangkan pembangkit listrik rendah emisi seperti memanfaatkan solar panel, memanfaatkan bahan bakar ramah lingkungan seperti gas dan biodiesel, pengembangan penerapan teknologi carbon capture storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) serta melakukan penghijauan melalui penanaman tanaman yang mampu menyerap karbon seperti mangrove.

    Elvina Sagala, Manager CSR PHE, menjelaskan sebagai perusahaan energi berwawasan lingkungan, PHE menjalankan program community environmental yang bisa sekaligus juga mendukung ESG perusahaan. Salah satunya adalah meningkatkan akses energi untuk masyarakat di wilayah sekitar operasi.

    Menurut Elvina, PHE mengembangkan Desa Energi Berdikari. Perusahaan memberikan edukasi masyarakat, bahwa di sekitar mereka ada potensi energi.

    “Misalnya WASTECO (Waste Energy For Community) di Manggar, Balikpapan. Di sana bisa hasilkan sampah 350-400 ton per tahun, hasilkan gas metan tinggi ini potensi untuk bisa jadi enegi gas, untuk penerangan. Ini desa berdikari Pertamina turut ambil bagian,” jelas Elvina.

    Menurut dia, program tersebut dia tidak hanya memberikan dampak ekonomi tapi juga ke bermanfaat bagi lingkungan. Untuk UMKM di Manggardan masyarakat bisa berhemat dari sebelumnya menggunakan gas LPG 3kg bersubsidi sekarang energi gas sendiri. “Masyarakat bisa mandiri,” ujar dia. (raf)

  • Kolaborasi Pertamina EP Cepu dan Pemkab Bojonegoro Bangun 3 TPS

    Kolaborasi Pertamina EP Cepu dan Pemkab Bojonegoro Bangun 3 TPS

    Bojonegoro, JP– PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jatim, membangun tiga tempat penampungan sampah sementara (TPS) untuk mengurangi dampak lingkungan akibat peningkatan volume sampah di Bojonegoro

    Community Relations Officer PEPC JTB Edi Arto dalam siaran pers diterima di Surabaya, Kamis, menyebutkan tiga TPS tersebut berlokasi pada tiga desa, masing-masing Desa Sumberarum Kecamatan Dander, Desa Ngambon Kecamatan Ngambon, dan Desa Sukorejo Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro.

    Sementara itu, JTB Site Office & PGA Manager PEPC Edy Purnomo mengatakan pembangunan tiga TPS ini merupakan bagian dari program pengembangan masyarakat (PPM), dan hasil sinergi antara Pemkab Bojonegoro dengan PEPC yang memiliki komitmen dalam aspek kelestarian lingkungan.

    Edy mengatakan program pembangunan TPS ini menjadi tanggung jawab bersama, sehingga diharapkan memberi manfaat yang besar bagi masyarakat.

    Menurut Edy, pada era modern ini jumlah dan volume limbah maupun sampah semakin hari terus membesar, sehingga diperlukan tindakan yang konkret untuk pengendaliannya.

    “Masalah sampah ini telah menjadi persoalan global dan memerlukan penanganan ekstra dibanding masa-masa sebelumnya. Untuk itu, kami mengajak bapak ibu semuanya untuk berpartisasi menyukseskan upaya ini ditambah karena kegiatan ini merupakan sinergi antara perusahaan dan Pemkab yang sudah mendapatkan persetujuan dari SKK Migas sebagai regulator perusahaan migas,” kata Edy.

    Dalam kesempatan sosialisasi program tersebut, Edy juga menyempatkan untuk menyampaikan tata nilai AKHLAK yang dicanangkan Kementerian BUMN sebagai pegangan insan BUMN.

    Edy menyampaikan kepada forum yang juga sebagai stakeholder perusahaan bahwa AKHLAK yang merupakan akronim dari nilai-nilai utama yaitu Amanah, Kompenten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolabiratif merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan diterapkan PEPC dalam menjalankan operasinya.

    “Sebagai perusahaan milik negara, kami senantiasa menanamkan tata nilai moral yang terangkum dalam AKHLAK tersebut,” tutur Edy.

    Sebagai langkah awal realisasi program TPS ini, PEPC bersama lembaga mitra pelaksana, yaitu FOSPORA melakukan sosialisasi ke penerima program dan pelatihan teknis pengelolaan sampah yang dihadiri pemerintah desa, BPD, dan kepala pengelola pasar dari Desa Sumberarum, Ngambon, dan Sukorejo. (eka)

  • Pertamina Hulu Mahakam Salurkan Gas Perdana Anjungan WPN-4

    Pertamina Hulu Mahakam Salurkan Gas Perdana Anjungan WPN-4

    Jakarta, JP – PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) dengan dukungan SKK Migas dan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) sebagai induk perusahaan, sukses mengalirkan perdana gas dari anjungan WPN-4 pada Rabu (17/8). Ini merupakan bagian dari Proyek Jumelai North Sisi dan North Nubi (JSN).

    Pengaliran gas perdana dari anjungan WPN-4 ini menandakan dimulainya penambahan produksi Proyek JSN dari sumur NB-403 sebesar 10 MMscfd. Anjungan WPN-4 merupakan bagian dari Proyek JSN sesuai dengan POD Lapangan North Sisi North Nubi Tahun 2018. Anjungan WPN-4 memiliki desain kapasitas produksi hingga

    General Manager PHM, Krisna, mengatakan pengaliran perdana dari Anjungan WPN-4 menjadi kado spesial dari PHM kepada Bangsa Indonesia di HUT Kemerdekaan.

    “Produksi gas perdana dari anjungan WPN-4 ini otomatis akan meningkatkan produksi gas PHM dan menambah pasokan energi untuk Indonesia. Kami pun sedang menjalankan pekerjaan pada sumur kedua, yaitu sumur NB-404 sebagai langkah strategis Perusahaan untuk terus meningkatkan produksi gas yang dhasilkan oleh PHM,” kata Krisna.

    Krisna menambahkan, perseroan terus berinvestasi dalam kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan-lapangan migas untuk menemukan sumber daya baru. Sehingga menambah cadangan yang penting bagi ketahanan energi nasional.

    “Rencana operasi ketiga anjungan Proyek JSN diharapkan akan mampu memproduksikan gas sebanyak 135 MMSCFD dan menopang produksi migas dari WK Mahakam sebesar 20 persen pada tahun 2024,” pungkasnya. (raf)

     

  • Pertamina Hulu Energi Temukan Hidrokarbon Gas di Aceh

    Pertamina Hulu Energi Temukan Hidrokarbon Gas di Aceh

    Jakarta, JP – PT Pertamina memberikan kado menggembirakan di HUT RI ke-77. Melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi North Sumatara Offshore (PHE-NSO) Regional 1 Sumatera menemukan indikasi hidrokarbon berupa gas melalui pengeboran Sumur Eksplorasi R2.

    Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan, Sumur eksplorasi tersebut terletak di Wilayah Kerja (WK) North Sumatra Offshore dengan operator PHE NSO, yang berada di lepas pantai Lhokseumawe, Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam. Pengeboran sumur eksplorasi ini memiliki objektif utama di Batugamping Formasi

    “Dalam waktu yang berdekatan, menjelang peringatan kemerdekaan ke-77, industri hulu migas memberikan kado bagi bangsa Indonesia dengan kembali ditemukannya hidrokarbon. Jika hari Sabtu yang lalu (13/8), ditemukan hidrokarbon di Papua Barat wilayah timur Indonesia, hari ini ditemukan hidrokarbon di lepas pantai Lhokseumawe Nanggroe Aceh Darusslalam wilayah paling barat Indonesia,” kata Benny, di Jakarta, Rabu (17/8).

    Sumur R2 dibor dengan profil vertikal menggunakan rig Semi-Submersible, Essar-Tribara. Sumur R2 ditajak sejak tanggal 14 Juni 2022 dan mencapai kedalaman akhir di 4339 ftMD pada tanggal 27 Juli 2022.

    Saat ini sedang dilakukan DST#1 (FAF Period) interval 3826 – 3846 ftMD pada lapisan Batugamping Formasi Malacca. Status per 16 Agustus 2022, Sumur R2 sedang melakukan Shut-in well , setelah itu akan direncanakan untuk 24 jam kedepan dilanjutkan FAF period dan Shut-in sumur untuk final PBU. (eka)

     

  • Proyek JTB Pertamina EP Cepu Berhasil Lakukan Proses Gas-In

    Proyek JTB Pertamina EP Cepu Berhasil Lakukan Proses Gas-In

    Bojonegoro,JP – Setelah melalui serangkaian proses persiapan yang panjang dan rinci, akhirnya salah satu tahapan krusial yaitu gas-in di Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) dapat dilaksanakan.

    Milestone penting ini dilakukan di lapangan gas JTB yang berlokasi di Desa Bandungrejo, Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur ini pada Minggu (14/08) pukul 15:25 WIB.

    Gas-in merupakan tahap awal pengaliran gas dari sumur ke Gas Processing Facility (GPF). Setelah proses gas-in, akan dilakukan upaya lebih lanjut untuk memastikan seluruh fasilitas GPF berfungsi dengan baik melalui tahapan commissioning.

    Dalam rangka memenuhi kaidah HSSE, tim teknis di lapangan telah melakukan dengan sangat intensif seluruh rangkaian persiapan gas-in guna memastikan kegiatan gas-in ini berjalan lancar dan aman.

    Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno dan Direktur Utama Pertamina EP Cepu (PEPC) Awang Lazuardi memantau langsung proses pengaliran gas-in ini dari lapangan JTB. Julius menyambut baik dan mengapresiasi kerja keras seluruh pihak yang terlibat demi mewujudkan kesuksesan proses ini.

    “SKK Migas menyambut baik dan mengapresiasi kerja keras seluruh pihak yang terlibat dalam proses gas-in demi mewujudkan kesuksesan proyek gas JTB, kami berharap proses ini dapat berjalan lancar dan aman sehingga kemudian dapat diteruskan ke tahap selanjutnya,” kata Julius.

    Masih menurut Julius, banyak pihak menaruh perhatian terhadap proyek ini mengingat pentingnya proyek gas JTB bagi ketahanan energi nasional. Potensi gas JTB diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan energi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Hari ini menjadi momen penting bagi kemajuan proyek gas JTB, semoga gas yang dihasilkan dapat segera mengalir untuk memenuhi kebutuhan energi,” ungkapnya.

    CEO Pertamina Hulu Energi (PHE) Pertamina Budiman Parhusip mengaku lega atas terlaksananya proses yang dinanti-nanti ini. Menurutnya, PHE sebagai Subholding Upstream Pertamina yang menaungi PEPC sebagai salah satu pengemban amanah dalam pemenuhan energi nasional telah berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan keberhasilan dari proyek gas JTB ini.

    “Kami merasa ini menjadi wujud keberhasilan dari seluruh tim yang tak kenal lelah dalam melakukan berbagai inovasi di tengah tantangan yang dihadapi. Akhirnya kita semua mampu memasuki fase gas-in dan sebentar lagi gas dari JTB akan dapat digunakan”, terang Budiman.

    Proyek JTB merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) sektor energi yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo. Proyek ini dioperatori oleh PT Pertamina EP Cepu (PEP Cepu) Zona 12 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina. Lapangan JTB akan memproduksi sales gas sebesar 192 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

    Pada kegiatan gas-in, turut hadir di lapangan antara lain Kepala Unit Percepatan Proyek JTB Waras Budi Santoso, Pjs. General Manager Gas Project JTB Ruby Mulyawan, JTB Site Office & PGA Manager PEPC Edy Purnomo, HSSE Manager PEPC JTB Benny Rahadian serta manajemen PEPC lainnya. (eka)