Tag: #apindo jatim

  • Apindo Dorong Sinergi Pengusaha dan Pemerintah

    Apindo Dorong Sinergi Pengusaha dan Pemerintah

    JATIMPEDIA, Surabaya – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyoroti perbaikan iklim usaha di Indonesia, termasuk beberapa catatan yang bisa menjadi tantangan izin usaha setelah terbitnya UU Cipta Kerja, Undang-undang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (UU HKPD), serta Peraturan Daerah (Perda) yang bisa menghambat investasi di daerah.

    Tantangan dan persoalan izin usaha tersebut menjadi sorotan dalam Rakerkonas Apindo XXXIII (Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional Rakerkonas), dengan tema Sinergi Pengusaha dan Pemerintah: Memastikan Kualitas Sinergi dan Peran Birokrasi dalam Memperlancar Kegiatan Usaha, yang diadakan di Samator Novotel East, Surabaya, 28-30 Agustus 2024.

    Rakerkonas Apindo XXXIII tahun ini menghadirkan Menteri Dalam Negeri RI Tito Karnavian, Menteri Ketenagakerjaan RI, Ida Fauziyah; dan Menteri Investasi RI, Rosan Roeslani.

    Ketua Umum DPN Apindo, Shinta W. Kamdani, menyampaikan bahwa dialog pengusaha dan para menteri dalam Rakerkonas Apindo XXXIII diharapkan memberi pemahaman atas arah kebijakan perekonomian pemimpin baru nasional. Dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan dunia pendidikan dalam pengembangan keterampilan pekerja, untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil di era teknologi.

    “Dalam Rakerkonas Apindo XXXIII, kami juga akan menyampaikan laporan hasil kerja selama setahun kebelakang dari APINDO sebagai representasi dunia usaha. Laporan kami diantaranya adalah tentang advokasi kebijakan yang telah dilakukan, sebagai upaya mencapai visi iklim investasi yang kondusif untuk penciptaan tenaga kerja di seluruh daerah di Indonesia,” lanjut Shinta.

    Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Apindo Jawa Timur, Eddy Widjanarko menyatakan bahwa penyampaian laporan hasil kerja setahun kebelakang merupakan amanat AD/ART organisasi yang harus dilaksanakan. Rakerkonas APINDO XXXIII juga akan membahas sinergi pengusaha, terutama dengan pemerintah, tentang kepastian hukum untuk peningkatan investasi.

    “Investasi oleh investor asing dan lokal, yang dapat memberi peluang usaha dan penciptaan tenaga kerja, dapat terus ditingkatkan dan ini bergantung pada hubungan tripartite, yang melibatkan sinergi pemerintah, pengusaha, dan pekerja,” kata Eddy Widjanarko.

    APINDO, yang telah berperan sebagai mitra dalam katalis penggerak ekonomi dalam berbagai kegiatan, selain upah dan produktivitas, juga konsisten mendorong terbentuknya iklim investasi yang kondusif.

    “Investasi bersifat strategis untuk pertumbuhan ekonomi di seluruh Indonesia, termasuk Jawa Timur yang menjadi tuan rumah Rakerkonas Apindo XXXIII ini. Saat ini kami gencar memetakan potensi di daerah, iklim usaha apa yang cocok untuk ditingkatkan, sehingga penting untuk membahas sinergi dalam Rakerkonas APINDO XXXIII, yang rentunya melibatkan semua pihak, termasuk pemerintah,” kata Eddy.

    Sinergi pemerintah dan dunia usaha juga menjadi sorotan Organizing Committee Rakerkonas Apindo XXXIII, Imelda Harsono, karena sinergi berkaitan erat dengan regulasi, sementara regulasi merupakan tulang punggung dari iklim usaha di dalam negeri.

    “Regulasi adalah kunci produktivitas. Akan menjadi tantangan bagi kita semua, yaitu dunia usaha dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, jika regulasi yang diterbitkan justru menghambat investasi. Mengingat faktor sinergi berperan penting dalam investasi, maka kami semua di Apindo mengangkat sinergi sebagai tema utama Rakerkonas Apindo XXXIII, agar regulasi mendapat masukan riil dari dunia usaha,” jelas Imelda.

    Sebagai bagian dari Rakerkonas Apindo XXXIII, kegiatan untuk UMKM dilaksanakan dalam bentuk terintegrasi yaitu APINDO Expo, UMKM Fair dan program pendampingan agar UMKM dapat scale-up.

    “Kegiatan untuk UMKM dalam Rakerkonas Apindo XXXIII bertujuan turut mendorong UMKM untuk scale-up. Sehingga, Expo dan UMKM Fair dalam Rakerkonas XXXIII bukan sekedar pameran, tetapi juga kesempatan mendapatkan pengetahuan bagi UMKM untuk scale-up,” Wakil Ketua Bidang UMKM Apindo Jawa Timur dan Sie Pameran dan Sponsorship Rakerkonas, Bagus Raka.

    “Karena itu, agar UMKM mendapatkan wawasan berusaha yang lebih luas, kami mengadakan program yaitu seminar dan pelatihan hasil kolaborasi dan dunia pendidikan, misalnya tata kelola keuangan, perpajakan, operasional usaha, digital marketing sampai upaya menembus pasar ekspor,” Bagus Raka melanjutkan.

    CEO Ladang Lima ini menambahkan Expo dan UMKM Fair ini diikuti 42 anggota, yang terdiri dari sponsor dan lembaga yang memiliki inkubator. Enam UMKM peserta UMKM Merdeka (AUM) batch keenam yang digelar Juni lalu juga turut bergabung.

    Rangkaian Expo dan UMKM Fair ini memiliki goal jangka panjang, yakni scaling up pelaku usaha. Seperti diketahui size pelaku usaha di Indonesia mencapai 65,5 juta UMKM atau 99 persen dari seluruh unit usaha (data Kementerian Koordinator Perekonomian, 2023). Sementara total investasi UMKM hingga Juli 2023 berkontribusi 61 persen dari total PDB, atau setara Rp9.580 triliun (Kementerian Keuangan, Juli 2023).

    “Kegiatan ini juga mendukung program pemerintah terkait 30 juta pelaku UMKM untuk beralih ke ranah digital hingga akhir tahun. Sementara hingga Desember 2023, pelaku usaha yang masuk ranah digital mencapai 27 juta,” Raka menambahkan.

    “Kami berharap, Rakerkonas XXXIII di Surabaya dapat memberi gambaran tentang pandangan dunia usaha terutama terkait pentingnya sinergi pemerintah dan usaha untuk penciptaan iklim investasi yang kondusif dan perlunya mendukung UMKM agar dapat scale up. Semua upaya ini adalah untuk pertumbuhan ekonomi di seluruh Indonesia,” Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) APINDO Jawa Timur, Eddy Widjanarko, menutup.

    Acara Rakerkonas ini sangat berarti karena yang pertama kali diadakan di Surabaya setelah 39 tahun lalu saat nama APINDO resmi di gunakan hingga saat ini” ujar Caroline Gondokusumo, wakabid Humas Apindo DPP Jawa Timur.(cin)

  • Pemkab Banyuwangi dan Apindo Jatim Jajaki Kerjasama Ekspor Hortikultura

    Pemkab Banyuwangi dan Apindo Jatim Jajaki Kerjasama Ekspor Hortikultura

    JATIMPEDIA, Banyuwangi – Banyuwangi sudah dikenal memiliki kekayaan hasil pertanian dan hortikultura, khususnya buah-buahan. Karena itu DPP Apindo Jawa Timur siap berkolaborasi untuk mengembangkan potensi lokal.

    “Saya sudah memetakan potensi di Banyuwangi dan melihat hasil produksi alpukat, manggis serta buah naga di sini,”/” kata Ketua DPP Apindo Jatim, Eddy Widjanarko saat bertemu dengan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani beberapa waktu lalu di Pendopo Sabha Swagata Blambangan.

    Melihat potensi tersebut, Eddy optimistis ada banyak peluang kerjasama khususnya ekspor ke berbagai negara. “Ada juga pengusaha besar yang punya industri di 16 kabupaten di China yang ingin membeli buah-buahan dari Indonesia. Itu lah sebenarnya niat utama kami bersama Apindo Banyuwangi untuk mengembangkan pertanian dan hortikultura dari Banyuwangi,”!ujar Eddy.

    Lebih lanjut Eddy menuturkan, di China juga sudah melakukan pengembangan pembibitan dengan baik. Bahkan di Negara tirai bambu bisa dijumpai lebih dari 30 jenis semangka.

    “Yang juga bisa kita Kembangkan nantinya adalah bagaimana industri pengolahan buah-buahan bisa dilakukan di sana,” jelas Eddy lagi. Dengan adanya industri pengolahan maka akan meningkatkan nilai tambah dari hasil hortikultura Banyuwangi.

    Selama di Banyuwangi, Eddy sudah bertemu dengan petani alpukat, buah naga dan durian. Tidak ketinggalan juga petani manggis yang sudah melakukan ekspor ke Taiwan.

    Pada kesempatan yang sama, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, produksi buah-buahan Banyuwangi memang sangat menjanjikan. “Bahkan banyak petani padi yang juga beralih ke Hortikultura. Lahan di Banyuwangi ini sangat cocok ditanami apa pun. Mulai Palawija, buah-buahan hingga pertanian,” tutur Bupati Banyuwangi.

    Ia mengungkapkan, selama ini Petani buah Banyuwangi sudah banyak yang melakukan ekspor. Misalnya saja manggis atau buah naga yang sudah ekspor secara B2B (Business to Business). Banyuwangi juga menyuplai Pisang Cavendish.Tidak ketinggalan, Banyuwangi memiliki durian unggulan yang beberapa di antaranya hanya ada di wilayah tersebut.

    Ia mengungkapkan, untuk ekspor masih dilakukan melalui Surabaya atau Bali. Banyuwangi sendiri masih menghadapi sejumlah kendala untuk ekspor secara langsung karena belum ada bea cukai untuk ekspor.

    “Kami sudah berupaya agar Pelabuhan kami dijadikan Pelabuhan ekspor tapi ternyata memang, ada kendala lain. Yaitu pengusaha kapal berpikir, kembalinya ke sini apa yang bisa dibawa? Kita bisa mengirim, tapi belum bisa menerima barang karena di Banyuwangi tidak ada industri,” sambungnya lagi.

    Di Banyuwangi sebenarnya sudah dirintis pembangunan kawasan industri Wongsorejo. “Tapi memang belum berjalan. Kalau memang kawasan industri ini nanti bisa berjalan, mudah-mudahan ekspor impor juga akan lancar,” jelasnya.

    Selain horti, potensi lainnya adalah pertanian, terutama beras organik. Petani beras organik Banyuwangi sudah bisa memproduksi beras kuning, hitam, merah dan coklat.

    Lalu, produksi cabe dari Banyuwangi juga sudah diterima oleh industri makanan minuman skala besar. Begitu pula untuk gula merah organik juga menjadi incaran.

    Dari sektor peternakan, ada potensi susu perah, baik kambing maupun sapi. Tapi karena belum Ada industri pengolahan susu, maka masih dikirimkan ke Surabaya dan Yogyakarta.

    Selain pertanian, perkebunan dan peternakan, yang juga menonjol di Banyuwangi adalah sektor pariwisata. “Kami memang mengandalkan potensi alam seperti pertanian, perikanan dan jasa khususnya pariwisata. PDRB kami pada 2023 meningkat menjadi Rp101 Triliin dari sebelumnya Rp85 Triliun. Faktor pendorongnya ya sektor-sektor tadi,” pungkasnya.

    Dengan adanya pertemuan bersama Apindo Jatim diharapkan bisa terjadi kolaborasi dengan pengusaha-pengusaha besar sehingga potensi Banyuwangi bisa semakin dikembangkan. Selain itu juga terbuka kesempatan bagi mahasiswa atau putra putri Banyuwangi untuk magang di industri yang menjadi anggota Apindo.

    Kunjungi PG Paling Modern di Indonesia

    Sebelumnya, rombongan DPP Apindo juga berkesempatan mengunjungi Pabrik Gula Glenmore. PG paling modern di Indonesia ini berlokasi di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.

    General Manager PG Glenmore, Sugondo menuturkan, di tahun 2024 ini PG Glenmore menargetkan menggiling sebanyak 1 juta ton tebu. Peningkatan target giling tebu ini merupakan upaya untuk mendukung tercapainya swasembada gula nasional, serta peningkatan kinerja positif PG Glenmore.

    “PG Glenmore saat ini memiliki kapasitas giling terpasang 6.000 ton cane per day (TCD). Saya luar biasa kagum. Produksinya paling stabil, waste paling sedikit, warna dan ukuran paling stabil dan semua kegiatan dikontrol oleh mesin. Ini benar-benar menunjukkan industri modern,” ujar Ketua DPP Apindo Jatim, Eddy Widjanarko menyampaikan apresiasinya terhadap kinerja PG Glenmore.

    Ia berharap seluruh Pabrik gula di Indonesia dapat dimodernisasi agar mesin yang sudah beroperasi sejak zaman Belanda bisa diganti dengan yang lebih efisien. Dengan demikian kapasitas dan produksi bisa meningkat dan memenuhi konsumsi gula dalam negeri. (sat)

  • Pemprov Jatim Terima 1.000 Paket Sembako dari Apindo

    Pemprov Jatim Terima 1.000 Paket Sembako dari Apindo

    JATIMPEDIA, Surabaya – Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono menerima bantuan 1.000 paket sembako dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jatim di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (25/3).

    Bantuan sembako berupa beras, kopi, gula, garam, minyak goreng serta beberapa bahan pokok tersebut diserahkan langsung oleh Ketua Dewan Pertimbangan Apindo Jatim Alim Markus kepada Pj. Gubernur Adhy.

    Dalam sambutannya, Pj. Gubernur Adhy mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan secepatnya menyalurkan paket sembako tersebut kepada masyarakat kurang mampu yang ada di Jatim.

    “Ini akan langsung kita salurkan lagi kepada masyarakat yang kurang mampu saat melakukan Safari Ramadan. Karena selama bulan suci Ramadan ini, saatnya kita berbagi dan menebar kebaikan,” kata Adhy.

    Secara khusus Pj. Gubernur Adhy juga menyampaikan terima kasih dan apresiasinya kepada Apindo yang selalu mendukung setiap program pemerintah khususnya berkaitan dengan bisnis dan investasi.

    “Atas nama pemerintah, kami berterimakasih kepada Apindo yang telah mendukung dan membantu untuk memajukan Jawa Timur dan menyejahterakan masyarakat. Sehingga pada akhirnya keberlangsungan pemerintahan dapat berjalan dengan baik,” kata dia.

    Lebih lanjut, Adhy menyampaikan bahwa selama ini Apindo memberikan contoh yang baik dalam berkolaborasi. Menurutnya, berbagai langkah kerja sama yang dilakukan ini dapat meningkatkan iklim bisnis dan investasi di Jawa Timur.

    “Hari ini saya telah melaporkan LKPJ tahun 2023 dan diterima oleh DPRD. Hasilnya semua indikator kita baik, mulai dari realisasi anggaran, pendapatan, inflasi terjaga dan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen,” ungkapnya.

    “Hasil kinerja pemerintah yang baik ini karena dukungan dari semua stakeholder. Baik dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, dan terpenting di dunia usaha, termasuk Apindo yang selalu hadir memberikan dukungan,” tambah Adhy.

    Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Apindo Jatim yang juga pemilik bisnis Maspion Group, Alim Markus mengajak pemerintah daerah maupun masyarakat luas untuk terus memajukan satu wilayah dengan mencintai produk-produk dalam negeri.

    Selama ini, kata Alim, banyak sekali produk dari negara lain seperti China yang membanjiri pasar. Hal inilah yang mengakibatkan para pelaku UMKM akhirnya gulung tukar.

    “Pengusaha lokal sekarang lagi susah, karena kebanyakan barang dari utara, dari China. Bahan baku, bahan jadi semua dari China. Kita kalah sama mereka. Maka mulai sekarang, stop barang-barang dari China dan cintailah produk-produk Indonesia,” pungkasnya. (ris)

     

  • Ini Lho, Kolaborasi Pemkab Gresik dan Apindo

    Ini Lho, Kolaborasi Pemkab Gresik dan Apindo

    Gresik, JP -Program incubator yang dijalankan DPK Apindo Gresik dengan melatih calon pengusaha-pengusaha baru mendapat apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Gresik. Langkah ini menjadi titik balik untuk mengentaskan kemiskinan dan memangkas angka pengangguran.

    Wakil Bupati Gresik, Aminatun Habibah menilai pelatihan dalam bentuk inkubasi pelaku usaha bisa menjadi titik balik lahirnya business maker. Menurutnya, semakin banyak pelaku usaha yang lahir bisa mendorong perekonomian.

    “Alhamdulillah, Apindo Gresik memberikan kesempatan dengan melatih calon-calon pengusaha, yang rata-rata adalah pelaku UMKM. Keberadaan incubator yang diinisiasi Apindo ini sesuai cita-cita Pak Bupati (Fandi Akhmad Yani),” katanya di sela pelatihan Prospek Menjadi Entrepreneur Kuliner Bersama Apindo Gresik, di gedung pertemuan PT Kelola Mina Laut, Rabu (14/9).

    Ia menjelaskan saat ini angka pengangguran terbuka di Gresik di kisaran 8 persen, atau sedikit di atas rata-rata angka pengangguran terbuka Jawa Timur. Sementara tingkat kemiskinan di kisaran 2,4 persen pada Juli 2022. Angka tersebut jauh lebih baik dibandingkan tahun 2020 yang berada di kisaran 12,4 persen.

    Dalam mendukung kegiatan dalam bentuk inkubasi ini, Pemkab Gresik menjanjikan stimulus kepada pengusaha pemula berupa akses permodalan. Salah satunya pemberian kredit tanpa agunan dengan kredit ringan.

    “Apindo Gresik telah melahirkan usaha, maka pemerintah berusaha memberi kemudahan akses modal dengan bunga kecil. Harapannya agar panjenengan (Anda) tidak terjerat pinjaman online,” lanjutnya.

    Sementara itu, Ketua DPK Apindo Gresik, Alfan Wahyuddin menambahkan kegiatan ini sesuai janji kampanye. Selain itu, pihaknya mendapat Pekerjaan Rumah (PR) dari Pemkab Gresik untuk menciptakan pengusaha baru guna mendorong perekonomian.

    “Program ini akan kami jalankan rutin setiap bulan, hingga lima tahun ke depan. Pada kesempatan awal, Apindo baru memberikan pelatihan membuat kue. Nah, pada tahapan berikutnya, kami akan memberikan pelatihan beragam. Bisa cara membuat minuman kopi, menjahit, atau bentuk usaha lain,” jelas Alfan.

    Pengusaha kontraktor itu menambahkan bahwa pada pelatihan awal ini menjaring 85 peserta. Jumlah ini sudah melebihi ekspektasi, lantaran targetnya hanya 30 peserta. Meledaknya jumlah peserta menandakan antusias calon pengusaha cukup besar.

    “Yang kami harapkan adalah output. Meskipun (peserta)sedikit, tapi bila menghasilkan, itu membuat kami impressed. Dan saya optimis, bahwa dari sekian peserta ini akan lahir pengusaha baru. Minimal bisa naik kelas, sukur-sukur menjadi business maker di Gresik,” urai lulusan ITATS Surabaya ini.

    Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPP Apindo Jawa Timur, Edy Widjanarko menilai inkubasi usaha yang dilakukan di Gresik bisa menjadi pilot project daerah lain. Menurutnya, Apindo Jatim berencana menggelar kegiatan serupa di Kabupaten Malang, Sidoarjo, dan Surabaya.

    “Ini menjadi contoh yang baik. Apindo adalah mitra pemerintah, kami berperan tidak hanya melahirkan pengusaha. Tapi juga mendukung program pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Mudah-mudahan kegiatan ini bermanfaat bagi Gresik, maupun daerah lain,” Edy menjelaskan. (arif)

  • Apindo Jatim Gandeng ILO Perkuat Percepatan Ekonomi Melalui Mitigasi Risiko Kerja

    Apindo Jatim Gandeng ILO Perkuat Percepatan Ekonomi Melalui Mitigasi Risiko Kerja

    Jatimpedia, JP – Kerugian yang disebabkan kecelakaan dan kematian akibat kecelakaan kerja masih tinggi. Apindo mencatat berdasarkan data International Labour Organization (ILO), terdapat 1,9 juta orang meninggal dan 90 juta lainnya mengalami disability-adjusted life years (DALYs), atau cacat akibat kecelakaan kerja, yang disebabkan paparan 19 faktor setiap tahunnya.

    ILO juga mencatat sekitar 360 juta kecelakaan kerja non-fatal setiap tahun yang mengakibatkan absen kerja lebih dari empat hari. Itu sebabnya dibutuhkan penguatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) guna melindungi lapangan usaha maupun pekerja, untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.

    Menurut National Project Officer ILO Indonesia, Yanis Saputra bahwa Covid-19 menyebabkan perusahaan kehilangan pendapatan, pemutusan hubungan kerja, lapangan usaha tutup sementara hingga permanen.

    “Mengapa Covid-19? Ini starting point. Kegiatan perekonomian semakin terhambat yang berdampak cukup besar di sektor tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat,” kata Yanis dalam Sosialosasi Layanan Penilaian Risiko Covid-19 kepada Pelaku Usaha di Wilayah DPP Apindo Jatim, di Surabaya Selasa (23/8/2022).

    Data dari ILO sepanjang pandemi di Indonesia adalah 90 persen perusahaan kesulitan keuangan, 63 persen mengurangi tenaga kerja, 9 persen bisnis tutup sementara dan permanen, 2,4 juta pekerja kehilangan pekerjaan, 24 juta pekerja kekurangan jam kerja dan upah, 2,5 juta orang berhenti mencari pekerjaan.

    Yanis dalam paparannya menyebutkan penanganan Covid-19 bisa menggunakan dua metode K3. Pertama melihat tempat kerja, apakah sudah menerapkan K3 dengan baik. Kedua memperhatikan clean health safety and environment.

    “Kami tidak hanya concern tempat kerja, tapi juga melihat apakah pekerja sudah paham K3. Penting juga melakukan penilaian dan survei pekerja, serta melibatkan dokter K3 untuk membantu menghasilkan rencana aksi,” Yanis menambahkan.

    Sementara Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI) mengidentifikasi terdapat 50 ribu orang di Jatim meninggal akibat Covid-19. IDKI juga mengidentifikasi lima ribu anak di Jatim ditinggal mati orang tuanya akibat penyakit serupa.

    “Perlu adanya perubahan perilaku menjaga kesehatan di tempat kerja. Menjaga jarak, memakai masker dan cuci tangan masih harus dilakukan. Perlu pula pemahaman K3 secara menyeluruh, sebagai bagian dari pencegahan penularan virus,” Boy menjelaskan.

    Ia menambahkan bahwa virus corona belum sepenuhnya hilang. Bahkan, menurutnya, sampai sekarang masih ada yang tidak percaya covid. Opini itu tidak hanya di desa, tapi ada di kota-kota besar.

    “Menghindari kecelakaan kerja dan covid-19 itu bagian investasi. Caranya, ya harus bisa melindungi pekerja maupun customer, serta komitmen dengan kebijakan. Pencegahan harus dilakukan sepanjang tahu dahulu, apa itu risiko,” ungkap Boy.

    Boy juga menjelaskan potensi bahaya kesehatan di tempat kerja yang meliputi bising, cahaya, radiasi, debu, asap, gas, bakteri dan virus (Covid-19), binatang, angkat-angkut, gerakan berulang, posisi janggal, dan beban kerja.

    DPP Apindo Jatim mendukung penuh pencegahan penularan Covid-19 sebagai bagian dari K3 untuk melindungi dunia usaha maupun pekerja, dalam rangka percepatan dan pemulihan ekonomi nasional.

    “Kegiatan ini cukup baik, terutama di situasi pandemi yang mulai melandai. Tetapi, jangan lengah, beberapa minggu terakhir ini sempat naik. Nah, ini yang perlu dipahami, agar ada mitigasi dan menghindari peningkatan Covid-19,” terang Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi dan Pembinaan Daerah, Johnson Simanjuntak.

    Johnson menambahkan dalam kurun waktu dua tahun ini perekonomian benar-benar terpukul. Pengusaha merumahkan pekerja, lapangan usaha tutup, bertambahnya warga miskin, dan dampak lain.

    Apindo Jatim menilai perlu ada pelatihan mitigasi risiko usaha. Sementara risiko kerja bukan bersumber Covid-19, tetapi bisa dari faktor lingkungan hingga aktivitas kerja.

    “Apindo Jatim akan terus melakukan sosialisasi baik kepada anggota maupun nonanggota. Langkah ini untuk memperkuat sinergi antarpengusaha, minimal memperkenalkan program kami,” Johnson memungkasi. (arif)