Pupuk Kaltim Target Pangkas 59 ribu Ton Emisi
JATIMPEDIA, Jakarta – PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) menargetkan untuk mengurangi emisi karbon sebesar 59 ribu ton karbon dioksida (CO2) per tahunnya pada 2030 dengan mengganti penggunaan batu bara sebagai bahan bakar dengan biomassa.
Substitusi batu bara tersebut, atau yang disebut juga co-firing coal, telah diterapkan pada pembangkit tenaga uap (boiler) milik perseroan sebagai upaya dekarbonisasi serta implementasi prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) untuk mengejar target nol emisi karbon/Net Zero Emission (NZE) 2060.
“Dengan pengurangan 5 persen saja batubara, kami bisa mengurangi hingga 59 ribu ton emisi CO2 per tahunnya,” kata Senior Vice President Pengembangan & Portofolio Bisnis Pupuk Kaltim Propan Weber Suhardiyatno di Jakarta, Senin.
Ia menuturkan bahwa perseroan juga memiliki sejumlah inisiatif dekarbonisasi lainnya, salah satunya dengan membangun pabrik soda ash yang mengusung konsep ekonomi sirkular dan diproyeksikan dapat menyerap sekitar 174 ribu ton CO2 per tahun.
Terdapat pula upaya dekarbonisasi melalui proyek revamping (penyempurnaan) pabrik ammonia Pupuk Kaltim 2 yang akan menurunkan emisi karbon hingga 110 ribu ton pada 2030, sekaligus meningkatkan efisiensi energi.
Propan menyampaikan bahwa pihaknya juga mengadopsi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap (rooftop solar power plant) dengan target penurunan emisi sebesar 900 ton CO2 pada 2030.
Perusahaan pun mengoperasikan kendaraan listrik untuk keperluan operasional yang ditargetkan mampu mengurangi emisi hingga 110 ton CO2 pada tahun yang sama.
Ia mengatakan bahwa perseroan menargetkan untuk mampu mengurangi emisi CO2 hingga 32 persen pada 2030 sesuai dengan peta jalan (roadmap) dekarbonisasi perusahaan.
Sementara itu, dalam jangka panjang, Pupuk Kaltim menargetkan dapat mencapai target nol emisi karbon pada 2060, sejalan dengan target NZE yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia.
“Target penurunan emisi sebesar 32 persen yang diusung Pupuk Kaltim akan dicapai melalui serangkaian program strategis yang berfokus pada efisiensi energi, pemanfaatan energi terbarukan, serta penerapan ekonomi sirkular di lini produksi. Komitmen ini pada tahun 2060,” ujar Propan Weber Suhardiyatno. (ris)