Pupuk Indonesia Bakal Produksi 4,3 Juta Ton Blue Ammonia
JATIMPEDIA, Jakarta – PT Pupuk Indonesia (Persero) mengungkapkan bahwa teknologi Carbon Capture Storage atau CCS dapat menjadi mesin pertumbuhan baru bagi perusahaan pada masa depan. Hal ini sejalan dengan komitmen Pupuk Indonesia dalam penurunan emisi karbon, sekaligus memperkuat posisi Perusahaan sebagai penopang ketahanan pangan nasional.
Hal ini disampaikan Rahmad Pribadi, Direktur Utama Pupuk Indonesia saat menjadi pembicara di salah satu acara panel diskusi The International Indonesia CCS (IICS) Forum 2024 yang mengangkat topik ‘Industries Ccommitment for Long-term Decarbonization Effort’ di Jakarta, Kamis (31/7).
“Bagi kami, ini adalah cara untuk menciptakan mesin pertumbuhan baru, karena kami perlu tumbuh dengan lebih sedikit karbon, dan CCS memberikan jalan untuk mencapai hal tersebut. Kami sudah memiliki CO2 dengan kemurnian tinggi, jadi yang kami butuhkan hanya penyimpanan dan cara untuk memasukkan CO2 tersebut ke dalam tanah. Kami tidak perlu proses penangkapan lebih lanjut. Yang diperlukan hanya memasukkan CO2 ke dalam tanah,” jelasnya.
Pada awal tahun ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah membuat Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur tentang penyelenggaraan kegiatan penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS).
Perpres Nomor 14 Tahun 2024 ini dimaksudkan untuk memenuhi target iklim dalam nationally determined contribution (NDC) dan mencapai netralitas karbon atau net zero emission (NZE). Pupuk Indonesia menegaskan komitmennya untuk turut andil dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi CCS.
Pupuk Indonesia telah merencanakan beberapa proyek terkait CCS, termasuk rencana produksi 4,3 juta ton blue ammonia. Proyek-proyek ini mencakup greenfield projects di Aceh dan Sumatera Selatan. Selain itu, pabrik amonia yang sudah ada juga akan digunakan dalam pengembangan ini.
Masih dalam rangkain acara IICCS 2024, Pupuk Indonesia juga menandatangani Joint Development Study Agreement (JDSA) atau perjanjian studi pengembangan bersama dengan Chevron New Energies International Pte. Ltd., terkait penangkapan karbon untuk dekarbonisasi dan memungkinkan Produksi Ammonia Rendah Karbon di Kalimantan Timur. Fasilitas penyimpanan karbon di Kalimantan Timur tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2030.
“Kedepan, produksi amonia kami akan meningkat dari 7 juta ton menjadi 12 juta ton. Tetapi sebagian besar akan berasal dari amonia bersih. Grey ammonia kami akan dikurangi menjadi hanya 2,3 juta ton. Kami akan mengonversi beberapa pabrik kami menjadi amonia biru dan membangun greenfield projects untuk amonia biru dan hijau. Inilah gambaran perusahaan kami pada tahun 2045,” lanjut Rahmad.
“Bagi Pupuk Indonesia, CCS bukan hanya upaya dekarbonisasi. Jika dilihat sebagai upaya dekarbonisasi saja, maka ini hanya dianggap sebagai biaya. Tetapi bagi kami, ini adalah jalan yang akan membawa kami ke masa depan yang lebih baik. Ini adalah mesin pertumbuhan baru kami di masa depan,” tegas Rahmad.
Dengan rencana strategis ini, Pupuk Indonesia menunjukkan kesiapan dan tekadnya dalam memanfaatkan teknologi CCS untuk mendorong pertumbuhan perusahaan dan mendukung komitmen global untuk mengurangi emisi karbon.
Turut berpartisipasi pada panel tersebut Vice President of Energy Transition and Climate Change at PT PLN (Persero) Anindita Satria Surya, Deputy Director General, CCS Project Department JOGMEC (Japan Organization for Metals and Energy Security) Dr. Hiroshi Okabe, Sales Director (APAC) Carbon Clean Solutions Limited Beng Chong Lim dan Executive Officer Green Business Group NYK Line Tsutomu Yokoyama.(raf)