PGN Kebut Konversi Transportasi Ramah Lingkungan di Jakarta

JATIMPEDIA, Jakarta – Tren konversi kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) menuju bahan bakar gas (BBG) semakin mendapat perhatian, terutama di sektor transportasi perkotaan.

Salah satu contohnya adalah keberadaan bajaj gas atau Kobagas di Jakarta, yang kini menjadi simbol transportasi ramah lingkungan sekaligus lebih efisien dibanding kendaraan konvensional.

Kendaraan roda tiga ini telah lama menjadi wajah khas ibu kota. Namun, dengan penggunaan BBG, bajaj gas tidak hanya membantu menekan biaya operasional bagi pengemudinya, tetapi juga berkontribusi mengurangi polusi udara di Jakarta.

Pemerintah dan perusahaan energi, termasuk PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), ikut mendorong peralihan ini dengan berbagai inisiatif. Termasuk upaya merangkul komunitas Bajaj gas.

Baca Juga  Pertamina Batasi Pembelian BBM Subsidi Untuk Cegah Penyimpangan

“Para pengemudi Kobagas berperan penting dalam memperluas pemanfaatan BBG di sektor transportasi. Mereka telah menjadi contoh nyata bagaimana energi bersih bisa digunakan secara luas dalam moda transportasi publik,” ujar Direktur Komersial PGN, Aldiansyah Idham, di sela acara bersama komunitas Kobagas di SPBG PGN Pusat, Jakarta (2/9).

Selain menegaskan komitmen pengembangan BBG, PGN juga memberikan dukungan sosial berupa 600 paket sembako kepada pengemudi bajaj gas.

Namun, bantuan ini lebih dipandang sebagai simbol penghargaan terhadap peran pengemudi bajaj gas dalam menggerakkan tren energi bersih ketimbang sekadar program bantuan sosial.

Sebagaimana diketahui, konversi kendaraan dari BBM ke BBG sebenarnya bukan isu baru. Pemerintah sudah sejak lama menggagas program ini untuk mengurangi ketergantungan pada impor BBM, menekan subsidi energi, sekaligus mendukung agenda transisi energi.

Baca Juga  Harga BBM Serentak Naik, Imbas Konflik Global di Timteng

Meski begitu, pelaksanaannya menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari ketersediaan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG), insentif bagi pemilik kendaraan, hingga keterbatasan sosialisasi di lapangan.

Namun, keberadaan Kobagas memberi gambaran bahwa konversi ini memungkinkan dilakukan secara masif, terutama jika ada dukungan kebijakan yang jelas dan kolaborasi dengan masyarakat pengguna.

Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Mirza Mahendara, menambahkan bahwa Kobagas bisa menjadi mitra strategis pemerintah dan masyarakat dalam menjaga ketertiban serta keberlanjutan energi.

“Kobagas bukan hanya alat transportasi ikonik, tetapi juga bukti bahwa energi bersih bisa berjalan beriringan dengan roda ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Seiring semakin tingginya kebutuhan transportasi ramah lingkungan, bajaj gas di Jakarta bisa menjadi contoh untuk diperluas ke moda transportasi lain.

Baca Juga  Daya Beli Turun Tapi 38 Ribu Kendaraan Laku di Pameran GIIAS 2025

Jika infrastruktur BBG diperkuat dan dukungan regulasi makin jelas, PGN meyakini, bukan tidak mungkin kendaraan ramah lingkungan ini akan semakin populer di kota-kota besar lainnya. (cin)