Kabar Migas

Pertamina Bakal Olah Minyak Jelantah Jadi BioAvtur

JATIMPEDIA, Jakarta – Setelah pengembangan Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel (USAF) dilakukan di Kilang Cilacap, PT Pertamina melalui Subholding Refinery and Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menyiapkan dua kilang lain untuk proyek tersebut, yakni Kilang Dumai dan Kilang Balongan.

USAF sendiri merupakan proyek pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku avtur. Proyek itu menjadi andalan PT KPI untuk mendukung agenda transisi energi nasional, sekaligus mengejawantahkan dual growth strategy, yakni penguatan core business dan pengembangan new business.

Perluasan proyek USAF ke Kilang Balongan dan Kilang Dumai jadi bentuk komitmen PT KPI untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas produksi avtur ramah lingkungan yang diikuti uji coba komersial.

“Lalu pada tahun 2028, kami berharap dapat menyaksikan startup Green Refinery Project di Cilacap, dengan kapasitas 6 MBSD, mengolah feedstock dari UCO, POME, dan lainnya. Ini akan menjadikan Pertamina sebagai pelopor energi hijau,” tegas Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman lewat keterangan tertulis,di Jakarta, Selasa (27/5/2025).

Baca Juga  Preston : Inovasi Infrastruktur Jargas PGN, Tingkatkan TKDN dan Catat Efisiensi Capex 50 Persen

Taufik pun menceritakan jenjang pengembangan Bioavtur oleh PT KPI telah dimulai pada 2020. Kala itu, Kilang Cilacap berhasil memproduksi J2.4 dari Palm Kernel Oil. Setahun setelahnya, produk tersebut digunakan dalam uji coba penerbangan menggunakan pewasat CN-235. Bahkan pada 2023, penerbangan komersial Garuda Indonesia rute Jakarta-Solo sudah menggunakan bioavtur yang diproduksi PT Kilang Pertamina Internasional. “Dua uji coba tersebut membuktikan bahwa bahan bakar aviasi berbasis nabati bukan lagi konsep, tapi realitas,” tegas dia.

Berikutnya pada 2024 lalu, PT KPI mencanangkan proyek USAF sebagai langkah penting memulai komersialisasi Sustainable Aviation Fuel berbahan baku minyak jelantah. Serangkaian aktivitas pun dijalankan, mulai dari pengembangan teknologi katalis bersama Pertamina Technology Innovation, manufacturing katalis oleh PT Katalis Sinergi Indonesia, hingga sertifikasi sustainability ISCC EU dan CORSIA.

Baca Juga  SKK Migas Kembali Gelar Konvensi Hulu Migas Indonesia

Puncaknya ialah turn around pada Januari 2025, di mana PT KPI melaksanakan change out catalyst USAF di Refinery Unit IV (RU IV) sebagia penanda kesiapan uji komersial produksi SAF bersertifikat dari minyak jelantah. Proyek UCO to SAF sendiri merupakan inisiatif yang dinilai relevan untuk menuju pemanfaatan EBT. Penggunaan SAF itu diperkuat dengan lahirnya Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2025 dan sejalan dengan roadmap yang diluncurkan beberapa tahun lalu oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

“KPI memiliki mandat besar dalam mendukung agenda tersebut. Project USAF ini adalah bukti nyata bahwa kami berkomitmen untuk tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional, tetapi juga mengembangkan portofolio energi rendah karbon yang berkelanjutan,” ujar Taufik.

Tidak sendirian, PT KPI dalam mengembangkan minyak jelantah menjadi bioavtur juga menggandeng PT Pertamina Patra Niaga yang akan mengambil peran untuk membuka peluang bisnis supaya produk itu bisa digunakan secara lebih luas. Pelaksana Tugas Harian (PTH) Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra menerangkan pihaknya telah menyiapkan alat pengumpul minyak jelantah pada 10 SPBU yang tersebar di sekitaran DKI Jakarta.

Baca Juga  Pertamina Resmikan Terminal LPG Bima

Dengan alat itu, Subholding Commercial and Trading PT Pertamina tersebut berupaya untuk menggandeng masyarakat agar berpartisipasi dalam pengembangan USAF. Antusiasme masyarakat pun ia sebut cukup tinggi untuk memberikan minyak goreng bekas yang sudah mereka gunakan.

“Alat ini masih dalam skala piloting, tapi sampai hari ini sudah tercatat sedikitnya 6.042 orang yang secara sukarela menyetorkan UCO di alat-alat yang tersebar di sepuluh SPBU di Jakarta,” tandas Mars Ega.  (raf)