Pemkot Surabaya Bakal Tambah Koleksi Ekosistem Mangrove
JATIMPEDIA, Surabaya – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana menambah koleksi tanaman mangrove di kawasan Kebun Raya Mangrove (KRM) Gunung Anyar, yang terletak di wilayah Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Surabaya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti, di Surabaya, Senin, mengatakan tanaman mangrove koleksi KRM saat ini sudah mencapai 59 jenis.
“Saat diresmikan jumlah awal mangrove 56 jenis, kemudian ada tambahan satu jenis dari Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia (Megawati Soekarnoputri). Setelah itu dua jenis tambahan dari hasil eksplorasi, sekarang ada 59 jenis mangrove,” kata Antiek.
Dua jenis mangrove terbaru itu kandelia candel dari Provinsi Kalimantan Barat dan heritiera lottoralis dari Kabupaten Gresik. Jenis itu melengkapi koleksi yang sudah ada, seperti bruguiera parviflora, bruguiera gymnorhiza, ceriops tagal, dan avicennia marina.
“Kemarin kami ambil dari Papua, ada spesies yang kami ambil dari Gorontalo,” tuturnya.
Kemudian, kata Antiek, satu jenis tambahan mangrove terbaru berasal dari wilayah hutan di Kabupaten Banyuwangi.Namun jenis koleksi terbaru tersebut masih belum diutarakannya.
“Ada koleksi baru yang akan kami ambil tetapi menunggu 2 bulan lagi,” ujarnya.
Antiek menjelaskan proses mengoleksi mangrove membutuhkan serangkaian prosedur dan persyaratan penelitian yang harus dipenuhi ketika melakukan eksplorasi, seperti mengambil dari tempat asal dan identifikasi sejak bentuk biji.
“Makanya kami punya kelompok kerja mangrove daerah sehingga membangun jejaring dan saling bertukar untuk melengkapi koleksi,” katanya.
Proses pengambilan mangrove juga harus dipantau langsung oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Setiap koleksi yang akan ditempatkan di KRM juga dicatat asal usul dan waktu pengambilannya oleh BRIN.
“Kalau misalkan tanaman itu belum kami tanam di atas lahan atau dengan kata lain masih ditempatkan di pot, maka jenis ini belum diakui oleh BRIN jadi koleksi. Sebab mangrove harus ditanam di tanah,” lanjutnya.
Langkah tersebut dilakukan untuk memastikan tanaman mangrove yang akan dikoleksi tidak mengalami dampak pada anatomi dan pertubuhannya.
“Mangrove ini berbeda-beda, ada jenis pasang surut, kering, dan ada yang harus kena air terus. Itu harus kami dalami dan data,” katanya.
Penambahan koleksi jenis mangrove tersebut, lanjutnya, untuk memaksimalkan fungsi kebun raya, yakni konservasi, penelitian, edukasi, wisata, dan jasa lingkungan.
“Kalau data dan informasi dari BRIN, KRM kami paling lengkap karena sudah masuk 59 dari 150-an jenis mangrove di dunia. Ke depan kami terus mencari dan berusaha mendapatkan koleksi baru,” ucap Antiek. (ind)