Pemkab Trenggalek Gelar Festival Gempi 2025 di Munjungan
JATIMPEDIA, Trenggalek – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek menggelar Festival Gempi (Kesiapsiagaan Gempa Bumi dan Tsunami) 2025 di Lapangan Desa Masaran, Kecamatan Munjungan, Trenggalek, Sabtu, yang bertepatan dengan peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana.
Festival Gempi ini diisi sosialisasi, simulasi evakuasi, serta kegiatan mitigasi berupa penanaman bibit cemara udang dan mangrove sebagai sabuk hijau (green belt) di wilayah pesisir.
Kegiatan diikuti ratusan warga pesisir yang diharapkan memahami langkah evakuasi saat terjadi peringatan tsunami.
Dalam sambutannya Wakil Bupati (Wabup) Trenggalek Syah Muhamad Nata Negara menekankan pentingnya kesiapsiagaan berbasis komunitas, mengingat wilayah pesisir Trenggalek termasuk kawasan rawan tsunami.
“Saya berharap seluruh masyarakat mengikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh. Ilmu dan simulasi yang diberikan jangan hanya dipahami sendiri, tetapi harus disebarluaskan kepada keluarga, tetangga, dan warga lainnya,” kata Wabup.
Menurut dia, kesiapsiagaan tidak hanya bergantung pada aparat atau pemerintah, melainkan harus tumbuh dari kesadaran masyarakat itu sendiri.
“Kalau kita siap, kita tahu harus berbuat apa saat ada peringatan dini, maka potensi jatuhnya korban bisa ditekan sekecil mungkin,” ujarnya.
Wabup juga meminta masyarakat mengikuti seluruh rangkaian simulasi dengan serius dan menyebarluaskan pengetahuan yang didapat kepada warga lainnya.
“Saya berharap kegiatan ini bisa diikuti dengan baik. Ilmu, materi, maupun simulasi yang diajarkan BPBD Kabupaten Trenggalek ini disebarkan kepada masyarakat lain, terutama yang tinggal di pesisir, agar hal-hal yang tidak kita inginkan bisa dihindari,” ujarnya.
Festival Gempi 2025 digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek sebagai bagian dari upaya memperkuat budaya kesiapsiagaan di wilayah rawan bencana.
Sementara Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek, Stefanus Triadi Atmono menjelaskan Munjungan dipilih sebagai lokasi Festival Gempi 2025 karena daerah ini termasuk zona merah rawan tsunami berdasarkan peta risiko bencana.
“Melalui kegiatan ini kami ingin memperkuat budaya siaga bencana, agar masyarakat tidak panik saat situasi darurat, melainkan tahu langkah-langkah penyelamatan diri,” katanya.(sat)