Menteri ESDM : Harga Pertalite Masih Bisa Turun, Asal

Jakarta, JP – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, opsi penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite masih terbuka. Peluang ini sangat bergantung pada pergerakan harga minyak ke depan.

Karena itu, ia mengaku tidak dapat memprediksi kapan harga Pertalite bisa turun.

Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan solar serta non subsidi yakni Pertamax. Kenaikan ini menyusul kenaikan harga energi, sehingga berdampak pada pembengkakan anggaran subsidi dan kompensasi dalam APBN. Saat ini, harga Pertalite mencapai Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter.

“Nanti kita lihat, kalau harga minyak membaik, ya Insya Allah,” kata Arifin di Jakarta, Jumat (9/9).

Baca Juga  GIIAS 2024, Pertamina Patra Niaga Sambut Era Energi Bersih

Di sisi lain, menurut Arifin, masyarakat diminta untuk berhemat mengonsumsi BBM untuk menjaga kuota dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. “Makanya sekarang tolong diminta untuk semua masyarakat, coba bisa tidak kita dengan kesadaran menghemat energi,” ujarnya.

Menurut dia, dengan berhemat BBM, artinya juga mengurangi polusi kendaraan. “Cara hemat energinya, yang biasanya keluar bensin 3 liter bisa tidak 2 liter saja, kurangin menghirup udara yang polusi dengan Co2,” tutur Arifin.

Meski demikian, pemerintah tetap mendukung daya beli masyarakat dengan merealokasi anggaran yang seharusnya merupakan subsidi energi sebesar Rp 24,17 triliun menjadi bantuan sosial.

Mengenai rencana pembatasan pembelian BBM bersubsidi, Arifin menuturkan hbahwa al tersebut masih dalam pembahasan dan pendalaman oleh pemerintah.

Baca Juga  Pelita Air Raih Penghargaan Penerbangan Berkelanjutan

Langkah pemerintah ini sejalan dengan upaya yang sedang berlangsung, yaitu merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran BBM. “Sekarang sedang dibahas karena ada beberapa opsi. Kan pertimbangannya dalam, kita juga mengindentifikasi. Harus teliti,” tegasnya.

Adapun anggaran subsidi energi sebesar Rp 502 triliun dialokasikan dengan asumsi volume konsumsi untuk BBM jenis solar sebanyak 15 juta kiloliter, sedangkan Pertalite 23 juta kiloliter hingga akhir tahun ini.

Namun, konsumsi masyarakat makin meningkat di tengah harga ICP yang naik, yaitu diprediksi volume konsumsi terhadap solar hingga akhir tahun ini mencapai 17 juta kiloliter dan Pertalite 29 juta kiloliter.

Baca Juga  Kejar Swasembada Migas, Ini Strategi SKK Migas

Faktor ini pun yang menyebabkan pemerintah harus menaikkan harga BBM, mengingat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) makin berat jika harus menambah alokasi subsidi energi dari Rp 502,4 triliun menjadi hampir Rp 700 triliun. “Itu bisa tembus Rp 700 triliun (subsidi dari pemerintah),” ucapnya. (raf)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *