Melalui Bank Sampah, Pemkot Surabaya Berdayakan Ekonomi Kampung Pancasila

JATIMPEDIA, Surabaya – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberdayakan ekonomi Kampung Pancasila di Kelurahan Rangkah dengan kegiatan bank sampah dan menjahit.

Lurah Rangkah Kota Surabaya Jefri Arditya Pamungkas di Kota Surabaya, Kamis, menyampaikan penerapan Kampung Pancasila di wilayahnya telah berjalan baik dengan program yang sudah dijalankan yakni bank sampah dan menjahit.

“Selain itu kami juga terus mensosialisasikan implementasi Surat Edaran (SE) Wali Kota terkait larangan anak di bawah usia 18 tahun berkeliaran di atas pukul 22.00 WIB,” katanya.

Dalam pelaksanaannya, kata dia, Kelurahan Rangkah berfokus pada empat gagasan utama yakni satuan tugas (Satgas) lingkungan, kemasyarakatan, sosial budaya, dan ekonomi.

Ia menjelaskan program bank sampah merupakan inisiatif warga Kelurahan Rangkah dan sampai dengan saat seluruh RW telah memiliki bank sampah masing-masing.

Baca Juga  Lima Pabrik Gula PTPN X Mulai Giling Tebu Juni 2022

Menurutnya, warga secara mandiri mengumpulkan dan memilah sampah kemudian menjualnya kepada pengepul serta hasil penjualannya kembali dimanfaatkan untuk kepentingan warga.

“Bank sampah sudah berjalan tahunan, ini murni inisiasi dari warga. Mereka mengumpulkan sampah, memilah, lalu disetor ke pengepul. Nantinya, secara ekonomis hasilnya kembali lagi untuk masyarakat,” katanya.

Selain bank sampah, RW 9 Kelurahan Rangkah juga mengembangkan program pemberdayaan menjahit yang bermula dari aspirasi warga yang menyampaikan kepada pihak kelurahan bahwa mereka memiliki keterampilan menjahit yang lama tidak dimanfaatkan.

Menindaklanjuti hal tersebut, pihak kelurahan bekerja sama dengan Baznas dan Bangga Surabaya Peduli untuk menyediakan mesin jahit bagi warga. Hingga kini puluhan warga telah bergabung dalam Kampung Jahit Kabaya Rangka.

Baca Juga  All New Honda BeAT Siap Didistribusikan di Jatim

“Alhamdulillah, saat ini sudah ada puluhan warga yang tergabung dalam Kampung Jahit Kabaya Rangka dan sudah ada yang order,” ujarnya.

Ia menjelaskan mayoritas peserta program ini adalah ibu rumah tangga dari keluarga miskin dan pra-miskin yang sebelumnya memiliki keterampilan menjahit namun terkendala mesin.

“Program yang dimulai pada Juni 2025 ini diharapkan tidak hanya bersifat seremonial, tetapi dapat berjalan secara berkelanjutan,” katanya. (ind)