Haji

Masya Allah, Semua Jemaah Haji Aceh Terima Wakaf 2.000 Riyal

JATIMPEDIA, Makkah – Calon jemaah haji asal Aceh kembali menerima kabar gembira berupa pembagian uang wakaf dari Baitul Asyi, badan wakaf yang berdiri sejak abad ke-19 di Makkah. Total sebanyak 4.378 jemaah Aceh tahun ini menerima masing-masing SAR 2.000 atau sekitar Rp 8,6 juta, yang biasanya dimanfaatkan untuk membayar dam, kurban, atau kebutuhan selama berhaji.

“Alhamdulillah senang sekali pak,” ujar Ibu Nazariah, 53, jemaah Kloter Banda Aceh 04, saat ditemui di Hotel 908, Mekkah, Jumat (24/5). Nazariah menyebut uang itu akan ia gunakan untuk membayar dam, kurban, dan oleh-oleh.

Uang wakaf yan dibagikan kepada 4.378 jemaah haji Aceh tahun ini, naik dari tahun sebelumnya yang hanya 1.500 riyal per orang. Proses pembagian berlangsung tertib di hotel-hotel tempat jamaah Aceh menginap, dengan petugas memanggil berdasarkan nomor urut.

Pembagian langsung dilakukan oleh pengurus Baitul Asyi, Syeikh Abdul Latif M Baltho. Tak hanya itu, sebelumnya jemaah Aceh juga telah menerima bantuan biaya hidup dari pemerintah daerah sebesar Rp 3 juta per orang.

Baca Juga  1.551 JCH Bojonegoro Masuk Asrama Haji Sukolilo 11 Mei

“Senang sekali, dapat hampir Rp 12 juta,” ujar Etek Iyah, 63, tersenyum sambil menunggu antrean.

Menurut Syaifullah M Yunus, petugas wakaf Habib Bugak Asyi, seluruh jemaah dari Embarkasi Aceh, termasuk 12 kloter tahun ini, sudah tercatat dan dipastikan mendapat bagian.

“Semuanya dapat,” ujarnya. Proses distribusi di Makkah dilakukan langsung oleh pengurus wakaf, termasuk Syeikh Abdul Latif M Baltho, yang merupakan keturunan asli Habib Bugak.

“Habib Bugak itu seorang ulama sekaligus saudagar. Aslinya orang Mekah, tapi hijrah ke Aceh tahun 1800-an, mendapat kepercayaan dari Sultan Aceh Alauddin Mughayyad Syah untuk mengajarkan masyarakat,” jelas Yunus.

Dari situlah tumbuh gagasan membeli tanah wakaf di Makkah khusus untuk menampung jemaah Aceh yang datang berhaji. Tanah wakaf ini awalnya berdiri dekat tempat Sa’i di sekitar Masjidil Haram.

Baca Juga  Kuota Haji RI 241 Ribu Jemaah Tahun Ini Terpenuhi

Namun, akibat perluasan Masjidil Haram, pada 1950-an kerajaan Saudi memberikan kompensasi, yang kemudian dipakai untuk membeli lahan baru di kawasan Ajiad. Di sanalah kini berdiri Prestige Hotel, yang sepenuhnya dikelola oleh pihak wakaf dan menjadi sumber dana untuk pembagian setiap tahun kepada jemaah Aceh.

Menariknya, menurut Yunus, wakaf ini lebih tua dari berdirinya kerajaan Arab Saudi. “Wakafnya sudah ada sejak 1800-an, sementara kerajaan Saudi berdiri 1932,” ujarnya. Meski demikian, pengelolaan wakaf terus berjalan, dengan sertifikat tanah yang tetap diakui secara resmi oleh pemerintah Arab Saudi.

Sejarah Wakaf Habib Bugak Asyi

Pembagian wakaf ini bukanlah hal baru bagi jemaah Aceh. Sejarahnya sudah berjalan lebih dari 200 tahun. Sosok di baliknya adalah Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi atau dikenal sebagai Habib Bugak Asyi.

Baca Juga  Jamaah Haji Embarkasi Surabaya Dijadwalkan Pulang Mulai 22 Juni

Habib Bugak datang dari Mekkah ke Aceh pada 1760, menjadi orang kepercayaan Sultan Alauddin Mahmud Syah I. Ia menggagas pengumpulan dana umat Aceh yang kemudian ia bawa kembali ke Mekkah pada 1809.

Di sana, ia membeli tanah dekat Masjidil Haram untuk mendirikan rumah singgah khusus jemaah Aceh, yang dikenal dengan nama Baitul Asyi.

Dari tahun ke tahun, tanah wakaf berkembang menjadi properti yang dikelola profesional, menghasilkan keuntungan yang disalurkan kembali untuk jemaah Aceh.

Bukan hanya sebagai tempat singgah, kini hasil wakaf itu diwujudkan dalam bentuk uang tunai yang membantu jemaah membiayai ibadah seperti dam dan kurban.

Baitul Asyi menjadi bukti nyata kekuatan wakaf produktif yang bertahan lintas generasi, membawa manfaat abadi bagi masyarakat Aceh yang berhaji.(cin)