Bisnis

Jaga Kinerja Positif, BNI Perketat Kredit Valas

JATIMPEDIA, Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI meningkatkan kehati-hatian dalam penyaluran kredit berdenominasi valuta asing (valas) untuk menjaga kinerja perusahaan di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah.

“BNI secara berkala terus menerapkan manajemen risiko yang ketat, salah satunya dengan melakukan stress test terhadap kondisi makro ekonomi termasuk pergerakan nilai tukar guna mengantisipasi agar tidak berdampak terhadap kualitas aset,” kata Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo, dikutip di Jakarta, Kamis.

Pengetatan kredit valas itu dilakukan dengan memprioritaskan pemberian kredit kepada debitur yang memiliki natural hedge dalam bisnis model mereka.

Terkait kondisi likuiditas valas, Okki menegaskan bahwa likuiditas dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) masih berada pada level yang sangat memadai.

Baca Juga  Inovasi PLN lP Hasilkan Percepatan Transisi Energi Menuju NZE

 

“BNI menjaga kecukupan likuiditas di atas rasio yang ditetapkan oleh regulator,” ujar dia.

Saat ini, rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) valas BNI masing-masing tercatat sebesar 151,72 persen dan 135,13 persen, jauh di atas batas minimum yang ditetapkan regulator.

Loan to Deposit Ratio (LDR) juga tetap berada dalam koridor yang ditetapkan oleh manajemen.

Selain itu, BNI memiliki posisi alat likuid dalam bentuk dolar AS yang mencukupi dan dijaga pada level lebih tinggi dari risk appetite internal bank.

Dengan pengelolaan risiko yang disiplin serta posisi likuiditas yang kuat, BNI optimistis dapat menjaga stabilitas kinerja dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di tengah kondisi pasar global yang penuh tantangan.

Baca Juga  OJK : Penyaluran Kredit UMKM Jatim Hingga Kuartal III-2022 Naik 17 Persen

 

“Hal ini mencerminkan kesiapan BNI dalam menghadapi potensi tekanan likuiditas yang mungkin timbul akibat dinamika nilai tukar global,” tutur Okki.

Untuk diketahui, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 50 poin atau 0,29 persen menjadi Rp16.823 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.873 per dolar AS.

Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi ekspektasi resesi AS mereda.

Hal itu dipengaruhi pengumuman Presiden AS Donald Trump terkait 75 negara lain akan diberikan penangguhan pemberlakuan kebijakan tarif selama 90 hari dari tenggat waktu Rabu (9/4). Sebelumnya, mereka dijadwalkan akan dikenakan tarif lebih tinggi dari batas dasar 10 persen, bahkan dalam beberapa kasus, tarifnya bisa jauh lebih tinggi. (cin)

Baca Juga  Dukungan Bale, BTN Siapkan Capex Rp 1Triliun