Pemerintahan

Dua Kelurahan di Kota Mojokerto Sukses Capai Zero Stunting, Bukti Nyata Komitmen Pemkot

JATIMEPDIA, Mojokerto – Upaya Pemerintah Kota Mojokerto dalam menurunkan angka stunting membuahkan hasil menggembirakan. Per akhir 2024, dua kelurahan—Meri dan Purwotengah—berhasil mencapai status nol kasus stunting, menandai langkah besar dalam agenda kesehatan masyarakat setempat.

Capaian ini disampaikan langsung oleh Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari atau yang akrab disapa Ning Ita, saat mengikuti kegiatan Penilaian Kinerja Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting yang digelar daring oleh Tim Provinsi Jawa Timur, Rabu (11/6/2025), dari Ruang Sabha Mandala Madya Balai Kota Mojokerto.

Menurut Ning Ita, angka prevalensi stunting tertinggi masih terdapat di Kelurahan Kedundung sebesar 2,10%, namun perlu dicatat bahwa kelurahan ini memiliki jumlah penduduk paling banyak dibandingkan wilayah lainnya. Di sisi lain, Kelurahan Kauman menjadi kelurahan dengan angka stunting terendah, yaitu 1,02%.

Baca Juga  Jelang Idul Adha, Pemkot Malang Optimis Inflasi Terkendali

Berdasarkan data dari sistem EPPBGM, tren penurunan stunting di Kota Mojokerto terus bergerak positif dalam lima tahun terakhir. Dari angka 7,71% di tahun 2020, turun menjadi 1,54% di 2024, dan hingga April 2025 berhasil ditekan menjadi 1,47%.

“Semua data terpantau secara real-time melalui aplikasi Gayatri yang terhubung dengan posyandu, puskesmas, hingga rumah sakit. Ditambah dengan peran aktif lebih dari 1.600 kader motivator yang rutin memantau kondisi kesehatan di lingkungannya,” ujar Ning Ita.

Pemkot Mojokerto juga menerapkan strategi berbasis data, mencakup pemetaan kelompok sasaran, evaluasi program tahun sebelumnya, serta penyesuaian subkegiatan yang relevan di tahun berjalan. Seluruh 18 kelurahan pun ditetapkan sebagai wilayah prioritas penanganan stunting.

Baca Juga  Pemkot Mojokerto Pantau Layanan Publik Berjalan Normal

Keterlibatan lintas sektor turut diperluas. Jika pada 2022 ada 10 Perangkat Daerah (PD) yang aktif menangani stunting, maka di tahun 2025 jumlahnya meningkat menjadi 19 PD dengan total 179 subkegiatan.

Sejumlah inovasi juga digerakkan untuk mempercepat penanganan stunting, seperti Gempa Genting, Canting Gula Mojo, Berkate Pak Miang, Pasupati, Gemulai, Jarik Linting, dan Gentala, yang melibatkan pemberdayaan masyarakat, edukasi, hingga pemantauan tumbuh kembang anak secara terpadu.(raf)