BPS : Nilai Tukar Petani Agustus 2025 Naik 0,76 Persen

JATIMPEDIA, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional meningkat 0,76 persen menjadi 123,57 pada Agustus 2025 dari sebelumnya 122,64 pada Juli 2025.

“Peningkatan NTP terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) naik 0,84 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) naik sebesar 0,08 persen,” kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam Rilis BPS di Jakarta, Senin.

Dengan demikian, Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) menjadi 153,95 dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) menjadi 124,58.

Pudji menjelaskan komoditas yang mendominasi kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) nasional adalah gabah, kelapa sawit, jagung, dan bawang merah.

Baca Juga  Menteri PU Tinjau Tol Fungsional Probolinggo–Banyuwangi Segmen Gending–Kraksaan

Bila ditinjau berdasarkan subsektor, yang mengalami peningkatan NTP tertinggi adalah subsektor tanaman pangan (NTPP) sebesar 2,40 persen, sehingga berubah dari 110,99 pada Juli menjadi 113,65 pada Agustus 2025.

Kenaikan itu berkat peningkatan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) 2,31 persen dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) turun 0,09 persen.

Pada subsektor ini, komoditas yang dominan mempengaruhi peningkatan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) adalah gabah, jagung, ketela rambat dan kacang hijau.

Di sisi lain, subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan paling signifikan, sebesar 6,21 persen. NTP subsektor hortikultura tercatat turun dari 131,04 pada Juli menjadi 122,89 pada Agustus.

Bila ditinjau secara provinsi, sebanyak 26 provinsi mengalami kenaikan dan 12 provinsi mengalami penurunan NTP.

Baca Juga  Raih Opini WTP dari BPK Ke-7, Ini Pesan Bupati Gresik

Kenaikan tertinggi pada Agustus 2025 terjadi di Provinsi Bengkulu, yaitu sebesar 3,89 persen, berkat kenaikan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), khususnya khususnya komoditas kelapa sawit yang naik sebesar 7,29 persen.

Sedangkan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Bali yaitu sebesar 2,69 persen akibat melemahnya subsektor hortikultura, khususnya komoditas tomat yang turun sebesar 21,40 persen.

Lebih lanjut, Nilai Tukar Nelayan (NTN) mengalami peningkatan sebesar 0,77 persen, berkat kenaikan ks Harga yang Diterima Petani (lt) 0,87 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) sebesar 0,10 persen. Komoditas yang berperan di antaranya tongkol, cakalang, kembung dan selar. (raf)