Bank Mandiri Jaga Proyeksi Bunga Bersih 5,4 Persen
Jakarta, JP – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memproyeksi margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bisa dijaga di level 5,4% atau lebih hingga akhir 2022. Di samping itu, perseroan tetap berupaya mengelola biaya dana (cost of fund/CoF) direntang moderat yakni 1,2% sampai 1,3%.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo menyampaikan, rasio NIM telah diukur setidaknya bisa mencapai 5,1% sampai dengan 5,4% hingga akhir tahun ini. Pada semester I-2022 perseroan berhasil membukukan NIM sebesar 5,4%.
“Kita meyakini bahwa rate 5,4% dapat dijaga pada level yang sama. Bahkan, kita punya keyakinan akan sedikit meningkat dengan apa yang telah dicapai pada semester I-2022,” ucap Sigit pada Public Expose Live Bank Mandiri, Kamis (15/9).
Tapi di sisi lain, dia mengatakan, bank perlu mengantisipasi hal-hal yang berpotensi menurunkan NIM, salah satunya yakni mengelola CoF dalam level baik. Apalagi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi tantangan yang berimplikasi mengerek naik CoF perseroan.
Meski begitu, risiko tersebut bisa ditekan selama rasio dana murah (current account saving account/CASA) dijaga seperti saat ini di level 75%. Berikut dengan inisiatif menghimpun dana murah melalui aplikasi Livin’ dan Kopra dalam beberapa waktu belakangan.
“Tentu kita memproyeksikan ada sedikit kenaikan CoF. Kalau CoF saat ini ada di kisaran 1,2% sampai 1,3%, ke depan kita perkirakan ada kenaikan 10 basis poin (bps). Ini angka yang sangat minimal dibandingkan kenaikan angka BI Rate yang kita perkirakan sampai akhir tahun sampai dengan 50-100 bps,” kata Sigit.
Sigit mengakui bahwa kenaikan BI7DDR sampai akhir tahun ini akan mendorong bank menyesuaikan tingkat bunga kredit (lending rate). Tapi sebelum itu, Bank Mandiri perlu menimbang sejumlah faktor dan tidak seketika meningkatkan suku bunga kreditnya.
Faktor pertama terkait dengan likuiditas. Dengan rasio CASA tadi bisa dipertahankan, maka risiko kenaikan bunga kredit pun bisa ditekan. “Ini bagian dari strategi yang sudah kita lakukan, sehingga CoF bisa terjaga di angka yang rendah dan bisa menjaga NIM di angka yang sehat,” kata dia seperti dikutip Investor.
Kedua, Sigit menyatakan, Bank Mandiri perlu menilik kondisi usaha debitur. Memandang BI Rate bisa jadi ikut mempengaruhi kemampuan nasabah dalam membayar angsurannya. Sehingga hal ini perlu dipertimbangkan agar nantinya kenaikan suku bunga kredit tidak berdampak lebih jauh pada kualitas aset.
Sementara faktor ketiga adalah melihat aspek kompetisi. Jika kebanyakan bank lain tidak menaikkan suku bunganya, hal ini akan direspons perusahaan untuk ikut tren industri.
“Kenaikan BI7DRR tidak serta merta akan diikuti di sisi lending rate, sangat tergantung atau mempertimbangkan banyak sekali faktor. Bank Mandiri akan mempertimbangkan sisi yang terbaik secara keseluruhan supaya bisa memberikan return yang baik, sekaligus terjaga baik serta tumbuh secara sehat,” jelas dia.
Terpisah, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menambahkan, industri perbankan harus mewaspadai perkembangan NPL dan kecukupan cadangan pada 2023, khususnya portofolio restrukturisasi kredit akibat pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Bank Mandiri cukup konservatif dalam melakukan pencadangan secara bertahap.
“Sehingga apabila kebijakan OJK tersebut tidak diperpanjang tahun depan, kami sudah siap dengan semua CKPN yang diperlukan dan juga kita sudah melakukan account downgrades untuk akun-akun yang tidak bisa bertahan. Sehingga untuk kami, NPL dan CKPN tidak akan ada cliff effect,” jelas dia.
Di sisi lain, Siddik mengatakan, Bank Mandiri dan industri perbankan nasional siap mendukung pertumbuhan dari sektor industri energi baru terbarukan atau (renewable energy) Hal ini merupakan bagian dari strategi bisnis yang akan diutamakan pada tahun ini dan ke depan.
“Portofolio kredit Bank Mandiri yang memiliki kriteria sebagai sustainable finance itu sekitar 25% dari total portofolio kredit atau Rp 250 triliun. Kita sudah memiliki strategi khusus untuk pertumbuhan bisnis di sustainable finance yang termasuk di dalamnya adalah energi baru terbarukan,” kata dia. (raf)