Bangun Pabrik Urea dan NPK, Pupuk Indonesia Tingkatkan Produksi
Jakarta, JP – Untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri, Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) atau PT Pupuk Indonesia (PI Persero) berupaya meningkatkan kapasitas produksi. Upaya itu salah satunya dengan membangun pabrik baru.
Dalam strategi jangka pendek dan menengah perusahaan, PI tengah dan akan melakukan pembangunan pabrik pupuk urea baru dengan total kapasitas 2,1 juta ton per tahun dan pabrik pupuk NPK baru dengan total kapasitas 1,4 juta ton per tahun.
Direktur Transformasi Bisnis PI Panji Winanteya Ruky dalam diskusi bertajuk Ensuring Indonesian Agricultural and Food Security di sela acara BNI Investor Daily Summit 2022 di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (12/10), menjelaskan bahwa PI berupaya meningkatkan kapasitas dan melakukan pengamanan bahan baku serta menerapkan digitalisasi untuk sistem distribusi pupuk di pasar.
“Dalam meningkatkan kapasitas produksi, strategi jangka pendek dan menengah yang dilakukan PI adalah membangun pabrik baru untuk jenis pupuk urea maupun NPK,” kata Panji seperti dikutip Sabtu (15/10).
Pembangunan pupuk urea baru secara rinci berada di Palembang dengan kapasitas 0,97 juta ton per tahun dan Papua Barat 1,15 juta ton per tahun. Sedangkan untuk pabrik pupuk NPK baru berada di Aceh dengan kapasitas 0,5 juta ton per tahun, Cikampek 0,2 juta ton per tahun, dan Gresik 0,7 juta ton per tahun.
Menurut informasi dari perusahaan, total kapasitas produksi pupuk PI saat ini mencapai 13,9 juta ton. Sedangkan untuk mengamankan bahan baku pupuk NPK, PI di antaranya mengembangkan strategic reserve. Sementara, dari sisi distribusi dan pemasaran, PI juga menempuh strategi di antaranya membangun 1.800 Kiosk serta mengembangkan Kiosk App (Rekan) dan product tracking.
Panji menjelaskan, pupuk urea diproduksi dari gas bumi dan pasokan gas untuk pupuk dalam kerangka ketahanan pangan masih memadai. Sedangkan untuk pupuk jenis NPK, khususnya untuk fosfat dan kalium, harga bahan bakunya yang harus diimpor dari Rusia dan Belarusia yang melonjak tiga kali lipat karena dampak perang.
Lebih lanjut Panji mengatakan, peran pupuk kimia masih sangat diperlukan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Dengan melonjaknya harga pupuk, biaya pupuk yang biasanya hanya 10-11% dari biaya usaha tani saat ini menjadi 26-27% atau sepertiga biaya usaha tani.
“Ini harus jadi bahan perhatian karena pupuk sangat dibutuhkan untuk mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan. Karena itu, strategic reserve pun kami lakukan untuk bahan baku pupuk,” pungkas dia. (raf)