Berkunjung ke Kota Taif ARab Saudi, Serasa Liburan di Batu Malang

JATIMPEDIA, Makkah – Di sela kesibukan beribadah di Masjidil Haram, jamaah haji atau umrah dari Indonesia menyempatkan diri berkunjung ke situs sejarah atau tempat-tempat yang pernah dikunjungi dan ditinggali Nabi Muhammad SAW. Salahsatunya berkunjung ke Kota Taif.

Arab Saudi selama ini cuma dikenal dengan negara memiliki suhu panas. Tapi siapa sangka ternyata negeri penghasil minyak terbesar di dunia tersebut ternyata memiliki daerah cukup dingin. Daerah itu bernama Taif. Bahkan suhu di daerah ini tak kalah dingin dengan Kota Batu.

Berada di ketinggian 1.828 Mdpl, cuaca dingin jamaah akan disuguhi pemandangan sangat berbeda dengan kota-kota di Arab Saudi pada umumnya. Di Taif suasana tampak hijau, cuaca sejuk dan dingin, serta angin sepoi-sepoi. Selain lewat Makkah, Taif juga bisa melalui Jeddah dengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam.

Saat mengunjungi Taif, suhu udara saat itu cuma 34 derajat celcius. Beda dengan kota-kota lain di Arab Saudi seperti Makkah, Madinah dan Jeddah yang rata-rata suhunya bisa mencapai 45 derajat celcius.

Baca Juga  Langgar Izin, 22 WNI Dideportasi dan Dilarang ke Arab Saudi Selama 10 Tahun

Untuk mencapai Taif, harus melewati dataran tinggi penuh kelokan. Tak kurang dari 91 kelokan harus dilalui, lumayan curam tapi kita akan dimanjakan dengan indahnya pemandangan kiri kanan, kelokan jalan yang kita lewati bak liukan penari yang indah dipandang. Dari perbukitan juga bisa melihat kota Mekkah dari atas.

Tak cuma itu, di kawasan puncak Taif masih masuk wilayah Makkah tersebut bisa menyaksikan segerombolan monyet di kanan kiri jalan berebut makanan dilempar para pengendara jalan.

Tapi jangan sembarangan blusukan di kawasan ini. Sebab, menurut Allahdad, di daerah tersebut banyak terdapat vila-vila pribadi milik keluarga kerajaan Arab Saudi. Di sekitar kawasan tersebut tidak boleh dilewati masyarakat umum.

Kota Taif ini memang tak jauh beda dengan kawasan Batu. Selain memiliki daerah yang dingin, untuk menuju Batu atau pun Thaif juga harus melewati jalanan berliku yang cukup curam dan menantang adrenalin.

Di sebuah bukit yang paling tinggi di Shafa, bisa menyaksikan pemandangan hijau sejauh mata memandang. Bahkan di puncak bukit terdapat sebuah ‘gardu pandang’ yang bentuknya mirip sebuah benteng. Untuk menuju ke sana harus jalan kaki beberapa ratus meter. Tak ada jalan mulus untuk menuju ke sana, melainkan melewati jalan setapak dengan bebatuan yang terjal.

Baca Juga  Jamaah Haji Indonesia Dapat Jatah 15 Kali Makan Selama Armuzna

Tak cuma sebagai kota wisata, Taif dulu juga menjadi salah satu tempat hijrah Nabi Muhammad SAW untuk menyebarkan ajaran Islam. Namun Nabi cuma berada 10 hari di sana lantaran mendapatkan perlawanan penduduk setempat. Bersama sahabat Zait bin Haritsah, Nabi Muhammad mengalami kisah sedih lantaran diusir oleh penduduk setempat.

Momen ini terjadi pada tahun ke-10 kenabian (619 Masehi). Saat itu Nabi Muhammad yang sudah tak tahan dengan tekanan penduduk Makkah memutuskan untuk hijrah ke Taif. Apalagi, saat itu Nabi juga sedang bersedih lantaran baru saja ditinggal wafat istri tercinta Siti Khadijah dan Pamannya Abu Thalib.

Penduduk asli Taif, kaum Tsaqif melempari Rasulullah SAW hingga kakinya terluka. Zaid bin Haritsah pun mencoba melindungi Nabi, tapi kepalanya justru terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah.

Baca Juga  Haji 2024, Angkasa Pura 1 Layani 120 Ribu Jamaah Haji

Mengalami penderitaan ini, Rasulullah pun berdoa kepada Allah SWT. hingga akhirnya malaikat Jibril datang dan atas kehendak Allah menawarkan malaikat penjaga gunung untuk membalikkan gunung Akhsyabin dan ditimpakan ke penduduk setempat. Rasulullah pun menolak dan menjawab

“Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun,” demikian petikan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Asiyah RA (istri kedua Rasulullah SAW).

Doa Nabi Muhammad itu pun terkabulkan. Saat ini, meski Taif menjadi kawasan wisata, namun suasana religius juga tampak di kawasan tersebut. Bahkan di salah satu masjid di Taif, bernama Masjid Wadi Mahram, menjadi salah satu tempat miqat (tempat memulai mengenakan pakaian ihram) bagi umat Islam yang hendak menjalankan ibadah umrah.(cin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *