Vaksin Belum Merata, Peternak Sapi Gunakan Eco Enzym Untuk Obati Penyakit Kuku Mulut
Malang, JP – Wabah penyakit mulut kuku (PMK) yang saat ini merata terjadi di Jawa Timur membuat para peternak sapi kebingungan. Selain pendapatan terancam berkurang, mereka bingung dalam mengobati ternaknya yang terserang penyakit.
Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malng tercatat ada sebanyak 3.040 ekor sapi perah yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat desa. Sebanyak 600 ekor sapi yang mengalami gejala terpapar PMK.
Hingga kini pemerintah desa dan masyarakat sekitar meyakini seluruh ternak sapi perah yang ada di wilayah itu telah terpapar virus family Picornaviridae, genus Apthovirus. Dan parahnha, sampai saat ini masih belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak tersebut.
“Karena tidak ada satu rujukan pasti penyakit ini harus diobati dengan obat apa, maka kami berusaha menjaga daya tahan tubuh hewan ternak menggunakan ramuan tradisional seperti empon-empon,” kata Anang Wahyudi, salahsatu peternak di Desa Ngabab.
Seluruh sapi milik Anang, memiliki gejala yang cukup serius berupa suhu tubuh hewan yang meningkat, produksi air liur sangat tinggi, hewan ternak tidak mau makan, luka pada kuku yang mengakibatkan kuku tersebut lepas dan kesulitan menelan makanan.
Karena belum ada obat dan belum divaksin, Anang mencari informasi dari rekan-rekan sesama peternak. Ada sejumlah obat yang dipergunakan untuk penanganan PMK, termasuk menggunakan eco enzyme.
Eco enzyme merupakan hasil olahan kulit buah dan sayuran yang dipadukan dengan air dan tetes tebu. Setelah melalui proses fermentasi selama tiga bulan, hasil olahan tersebut menghasilkan eco enzyme atau cairan yang bermanfaat.
Cairan eco enzyme tersebut ternyata juga bisa dipergunakan untuk penanganan darurat wabah PMK. Anang menjelaskan, ia telah menggunakan eco enzyme untuk mengobati sapi-sapi miliknya tersebut pada tahap awal.
“Saya menggunakan eco enzyme. Itu memang membantu untuk penanganan PMK,” katanya.
Akan tetapi, penggunaan eco enzyme itu tidak serta merta akan mampu menyembuhkan hewan ternak yang terpapar PMK. Eco enzyme memang memberikan dampak yang cukup baik, namun pada saat hewan ternak terjangkit PMK tahap awal.
Ia mengatakan, penggunaan eco enzyme mampu mengurangi secara signifikan munculnya air liur yang berlebihan pada hewan ternak yang terpapar PMK. Namun, untuk kesembuhan hewan ternak tersebut, juga diperlukan obat-obatan lainnya.
“Eco enzyme untuk penanganan darurat saja, tapi kalau untuk menyembuhkan 100 persen saya kira belum bisa. Tapi memang mengurangi dampak dan membantu penanganan tahap awal,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Ngabab Amin Afandi mengatakan, memang penggunaan eco enzyme bisa membantu penanganan hewan ternak yang terserang PMK. Sapi-sapi yang masih pada tahap awal terserang PMK, kondisinya membaik setelah diberikan eco enzyme.
“Kondisi hewan ternak memang membaik, itu diberikan kepada sapi yang mulai berliur. Tapi kalau untuk sembuh total, itu tidak hanya dari eco enzyme saja. Memang, ini membantu untuk penanganan darurat,” katanya.
Penggunaan eco enzyme di Desa Ngabab untuk penanganan PMK tersebut dilakukan tidak secara sengaja. Kelompok ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di desa tersebut, sebelumnya mendapatkan pelatihan untuk pembuatan eco enzyme.
Eco enzyme itu bisa dimanfaatkan menjadi sejumlah keperluan rumah tangga seperti sabun cuci tangan, sabun cuci piring, pembersih dapur, pembersih lantai, pupuk tanaman dan lainnya. Eco Enzyme bisa mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan tersebut.
Namun, pada saat wabah PMK merebak di Desa Ngabab, ada sejumlah informasi yang menyebutkan bahwa cairan tersebut bisa dipergunakan untuk penanganan awal sapi-sapi yang sakit. Eco enzyme diyakini bisa meningkatkan daya tahan tubuh hewan ternak.
“Pembuatan eco enzyme itu bukan untuk PMK awalnya. Tapi akhirnya dimanfaatkan untuk penanganan darurat PMK. Kami memfasilitasi, karena bisa membantu para peternak,” ujarnya.
Terlepas dari penggunaan eco enzyme yang diproduksi secara swadaya oleh masyarakat tersebut, Pemerintah Desa Ngabab juga berharap bisa memberikan bantuan obat-obatan dan vitamin untuk hewan ternak dalam penanganan wabah PMK. (eka/Antara)