Tag: #universitas brawijaya

  • Ekonomi Digital Indonesia Bisa Capai US$ 360 Miliar pada 2030

    Ekonomi Digital Indonesia Bisa Capai US$ 360 Miliar pada 2030

    JATIMPEDIA, Malang – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, dalam orasi ilmiahnya di Sidang Terbuka Universitas Brawijaya, mengungkapkan visi besar ekonomi digital sebagai motor utama menuju Indonesia Emas 2045.

    Dalam orasi bertema “EkonomiDigital: Peluang dan Tantangan Menuju Indonesia Emas”, Menteri memaparkan bahwa transformasi digital berpotensi menghasilkan nilai ekonomidigital hingga US$ 360 miliar pada tahun 2030, atau setara dengan sepertiga dari nilai ekonomi digital di Asean.

    “Ekonomi digital Indonesia saat ini menunjukkan tren positif, dengan pertumbuhan transaksi digital mencapai US$ 90 miliar pada 2024, terbesar di Asia Tenggara,” kata Meutya Hafid di Gedung Samantha Krida, Malang, Minggu (5/1/2025), berdasarkan keterangan resmi.

    Meutya menyatakan bahwa sektor e-commerce mendominasi dengan pertumbuhan 11% dan nilai transaksi sebesar US$ 65 miliar, berkat inovasi, seperti video commerce. “Kami berkomitmen mempercepat transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, dan berdaulat,” ujar dia.

    Lebih lanjut, Menkomdigi juga menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur digital, pengembangan talenta digital, dan tata kelola yang adaptif untuk memperkuat ekonomi digital nasional. Dalam orasinya, Meutya menekankan tiga pilar utama transformasi digital:

    Infrastruktur Digital: Pemerataan akses dan peningkatan kecepatan internet di seluruh Indonesia.

    Talenta Digital: Target 9 juta talenta digital pada 2030 melalui program Digital Talent Scholarship.

    Tata Kelola Ekosistem Digital: Menciptakan ruang digital yang aman dan berkelanjutan.

    Melihat besarnya potensi ekonomi digital, ia pun mengajak civitas akademika Universitas Brawijaya untuk berperan aktif dalam pengembangan ekonomi digital, melalui kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan dunia usaha. “Universitas memiliki potensi besar dalam membangun ekosistem digital lokal dan nasional,” kata Meutya.

    Orasi ilmiah yang disampaikan dalam rangka perayaan Dies Natalis ke-62 Universitas Brawijaya dihadiri oleh Rektor Universitas Brawijaya Malang, Prof Widodo, M.Si, PhD Med.Sc, Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P, Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Brawijaya, Mahfud MD, para guru besar, dosen, dan mahasiswa.

    Pada kesempatan yang sama, Menkomdigi juga meresmikan AI Centre Universitas Brawijaya serta menyaksikan deklarasi Satgas Anti Judi Online dan Pinjaman Online Ilegal dari Universitas Brawijaya. (sat)

  • Prodi Kewirausahaan UB Gandeng Lincoln University dan University of Otago

    Prodi Kewirausahaan UB Gandeng Lincoln University dan University of Otago

    JATIMPEDIA, Malang – Program Studi Kewirausahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (PSKWU FEB UB) berkolaborasi dengan Lincoln University New Zealand, University of Otago New Zealand, dan Persatuan Pelajar Indonesia Canterbury (PPIC) New Zealand. Mereka menyelenggarakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat hubungan kedua negara dalam bidang pendidikan.

    Ketua tim peneliti, Raditha Hapsari, Ph.D menjelaskan, kolaborasi ini terdiri dari tiga rangkaian kegiatan. Pertama adalah visitasi dan diseminasi internasional joint research antara peneliti dari Universitas Brawijaya dengan Lincoln University.
    Kedua kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bekerjasama dengan Lincoln University New Zealand sebagai mitra institusi internasional, dan Perhimpunan Pelajar Indonesia Canterbury (PPIC) New Zealand sebagai mitra penerima manfaat, dan ketiga benchmarking dan penjajakan kerjasama dengan University of Otago New Zealand.
    “Rangkaian kegiatan pertama berupa visitasi dan diseminasi international joint research antara peneliti dari UB dengan Lincoln University.  Kami juga melakukan penandatanganan Implementation Arrangement dengan Lincoln University. Kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam meningkatkan reputasi akademik dan memperkuat jaringan kerja sama internasional UB,” kata Raditha.
    Melalui kegiatan ini, diharapkan terjalin kerja sama yang lebih erat antara institusi pendidikan di Indonesia dan New Zealand, sehingga keduanya dapat saling berbagi pengetahuan dan praktik terbaik demi meningkatkan kualitas pendidikan dan reputasi akademik di tingkat global.
    Menurutnya, kegiatan pengabdian ini difokuskan pada penyampaian materi terkait personal branding dalam dunia profesional, terutama di bidang akademik. Materi ini disampaikan oleh Prof. Ananda Sabil Ananda Hussein dan Dr. Ani Kartikasari, yang memiliki pengalaman dan wawasan luas dalam pengembangan personal branding, khususnya di dunia pendidikan tinggi.
    Dalam kesempatan ini, Prof. Ananda Sabil menekankan pentingnya personal branding sebagai elemen esensial bagi para akademisi, baik yang baru memulai karir maupun yang sudah berpengalaman.
    “Seorang akademisi yang memiliki personal branding yang kuat tidak hanya dikenal karena reputasi keilmuannya, tetapi juga karena kemampuan untuk membangun hubungan yang baik dengan mahasiswa, kolega, dan komunitas ilmiah yang lebih luas,” ujar Prof. Sabil.
    Ia menilai, pembentukan personal branding yang efektif dapat membantu akademisi untuk mendapatkan pengakuan di bidangnya, membuka peluang untuk kolaborasi penelitian, serta memperkuat posisi mereka dalam lingkungan akademik yang kompetitif. Selain itu, kegiatan kedua juga diisi dengan pengabdian masyarakat yang mengangkat judul “Optimizing Personal Branding Strategies to Empower Young Professionals: Case Study of Diaspora in New Zealand”.(sat)
  • Prof Arifin dari UB Kembangkan Jagung Unggulan di NTT

    Prof Arifin dari UB Kembangkan Jagung Unggulan di NTT

    JATIMPEDIA, Malang – Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) Prof arifin mengembangkan inovasi jagung pakan dengan nama “Jagung Brawijaya Nusa”, yang merupakan inovasi pembuatan varietas hibrida dari UB dengan keunggulan produktiftas tinggi dan waktu panen lebih cepat.

    “Jika produktivitas jagung pada umumnya hanya mencapai 9 ton per hekatere, maka dengan menggunakan benih Jagung Brawijaya Nusa, peningkatan produktifitasnya bisa mencapai diatas 30 persen,” kata Arifin dalam keterangannya, Senin (23/9/2024).

    Dia mengatakan, inovasi yang telah diterapkan di Nusa Tenggara Timur (NTT) itu mempunyai dua jenis, yakni jenis Nusa 1 dan Nusa 3, dan keduanya mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan benih jagung pada umumnya.

    “Benih jagung Brawijaya Nusa bisa menghasilkan hingga 12.9 ton per hektare dan 13,7 ton per hektare dibandingkan benih jagung pada umumnya yang hanya sebesar 9 ton per hektar,” katanya.

    Dia mengatakan, awalnya mengusulkan lima jenis, tapi dua yang lolos dari Kementerian Pertanian untuk dilepas.

    Dikatakannya, selain dua keunggulan, Jagung Brawijaya Nusa juga toleran terhadap wilayah semi arit atau berlahan kering seperti di wilayah NTT khususnya di Sumba dan Timor.

    “NTT merupakan daerah potensial untuk penanaman jagung dan ternak sapi tapi produktiftasnya masih rendah sekali. Jika rata-rata secara nasional menghasilkan jagung sebanyak 5.8 sampe 5.9 ton per hectare, di NTT hanya 2.3 ton per hektare,” katanya.

    Oleh karena itu, melalui teknologi inovasi jagung dari Maize Riset Center (MRC) harapannya bisa menaikkan dan bisa sama dengan produktiftas nasional.

    Arifin menambahkan, proses masuknya inovasi itu di NTT yakni dimulai tahun 2022, dan bersama tim menyosialisasikan dan memperkenalkan teknologi pembuatan benih dan budidayanya.

    “Nah pada tahun 2024 ini, keinginan provinsi NTT itu agar added value itu bisa dinikmati oleh masyarakat setempat. Karena selama ini kalau ada bantuan benih jagung itu dari pasti dari luar NTT, seperti Jawa. Sehingga diminta untuk membuat di sana. Siapa yang membuat itu harus kerja sama dengan swasta. Kenapa harus dengan swasta? Karena ini sebenarnya benih, varietas dan teknologinya dari universitas. Sementara untuk proses bisnisnya supaya bisa tertangani dengan baik manajemennya maka perlu menggandeng swasta dengan melibatkan petaninya,” katanya.

    Ia mengatakan, jagung yang dikembangkan di NTT adalah jenis pakan (field corn), jagung pangan yang rasanya manis, jagung ketan, dan agung fungsional.

    “Pakan itu sebetulnya istilah sendiri karena 70 persen digunakan untuk pakan . Tapi bukan berarti tidak bisa untuk pangan, karena seperti di Afrika, di Indonesia juga masih digunakan sebagai pangan penduduk setempat. Di mana ini, di Madura juga ada, di Indonesia Timur juga sebagian besar menggunakan jagung,” katanya. (cin)

  • UB Malang Kembangkan Jagung Raja di Kabupatan Malaka

    UB Malang Kembangkan Jagung Raja di Kabupatan Malaka

    JATIMPEDIA,Malang – Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Dr Budi Waluyo bersama warga dan mahasiswa melakukan uji coba pengembangan Jagung Raja R7 di lahan seluas satu hektare di Satuan Pemukiman Transmigrasi Kapitan Meo, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Jagung Raja R7 merupakan hasil pemulia Universitas Brawijaya bekerja sama dengan perusahaan swasta yang produktivitasnya rata-rata mencapai 12 ton per hektare.

    “Jagung Raja R7 ini bisa dijadikan sebagai tanaman pakan ternak maupun silase. Jika dijadikan silase produktivitasnya bisa mencapai 35-40 ton per hektare,” kata pendamping pengembangan Jagung Raja R7, Dr Budi Waluyo dalam keterangan di Malang, Jawa Timur, Rabu.

    Ia menjelaskan tentang percepatan kemandirian masyarakat transmigran melalui optimalisasi pengelolaan pemasaran komoditas Jagung Raja R7 di Kapitan Meo, yang berada di wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste.

    “Hasil diskusi dengan Kepala Dinas Pertanian Malaka, daerah ini menginginkan produktivitas Jagung Raja R7 bisa mencapai 12-16 ton per hektare. Dari percobaan yang dilakukan di beberapa daerah dengan benih Jagung Raja R7, bisa menghasilkan 16 ton per hektare asalkan ada input berupa pupuk,” kata Budi.

    Jika bisa menghasilkan produk tinggi, katanya, tentu bisa diolah menjadi industri masyarakat, sedangkan silasenya bisa menjadi pakan ternak.

    “Ke depan kami dari universitas dan dinas berharap wilayah Kapitan Meo menjadi salah satu pusat unggulan yang berdampak pada masyarakat,” kata Budi.

    Malaka, khususnya Trans Kapitan Meo dipilih menjadi lokasi uji coba, karena sumber daya alamnya bagus, tanah subur, namun ada keterbatasan di bidang pengairan.

    Kegiatan ini melibatkan Kampus UB, Kampus Undana, juga dari Dinas Transmigrasi dan Pertanian.

    Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Dana Padanan 2024–Kedaireka tentang Percepatan Kemandirian Masyarakat Transmigran Melalui Optimalisasi Budi Daya, Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas Jagung Raja R7 di Kawasan Transmigrasi Perbatasan Indonesia-Timor Leste.

    Uji coba pengembangan Jagung Raja R7 diketuai oleh Dr Panji Deoranto dengan anggota Dr Budi Waluyo, Dr. nat.techn. Sudarma Dita Wijayanti, Dr Ida Nurwiana, Dr Alfred O.M Dima, dan Dr Johana Suek. (cin)

  • UB Adopsi 500 Ekor Tukik Penyu Lekang di Trenggalek

    UB Adopsi 500 Ekor Tukik Penyu Lekang di Trenggalek

    JATIMPEDIA, Trenggalek – Menghadapi kekhawatiran punahnya spesies langka tukik Penyu Lekang, dua guru besar dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Prof. Anik Marinah Hariati dan Prof. Gede Raka Wiadya, melakukan adopsi terhadap 500 ekor tukik Penyu Lekang.

    Tukik-tukik ini kemudian dilepasliarkan di kawasan konservasi Pantai Taman Kili-Kili. Pantai Taman Kili-Kili di Kabupaten Trenggalek menjadi salah satu kawasan konservasi penting bagi kelangsungan hidup Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea).

    Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, Prof. Anik Marinah Hariati, Senin (20/8/2024) mengungkapkan, kepuasannya setelah terlibat dalam program adopsi ini. “Saya merasa lega bisa berkontribusi langsung dalam upaya konservasi untuk menyelamatkan penyu dan menjaga keseimbangan ekosistem alam,” ujarnya.

    Kegiatan konservasi penyu di Pantai Taman Kili-Kili diinisiasi oleh POKMASWAS, yang dibentuk pada tahun 2010. Menurut Sukandar, pembina POKMASWAS Jawa Timur, penjualan telur dan daging penyu di pasar lokal Desa Wonocoyo dahulu cukup sering terjadi. Namun, setelah masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga ekosistem, perdagangan tersebut mulai berkurang. “Hal ini diperkuat dengan terbentuknya kelompok sadar lingkungan yang fokus pada penyelamatan telur dan tukik,” tambahnya.

    POKMASWAS secara resmi dibentuk oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek, Ir. Cusi Kurniawati, M.Si., berdasarkan SK No. 188.45/436/406.056/2011 pada 6 April 2011. Saat ini, POKMASWAS beranggotakan lima orang, dengan Ari Gunawan sebagai ketua, Eko Margono sebagai sekretaris, serta Yudi Sudarmanto, Eka Agustina, dan Jalimanto sebagai anggota.

    Sejak Januari 2012, kelompok ini bersama mahasiswa FPIK UB melakukan patroli, pengawasan, dan pencatatan jumlah penyu yang naik ke darat. Telur-telur yang ditemukan kemudian dipindahkan ke sarang semi-alamiah yang lebih aman hingga menetas. Tukik-tukik yang berhasil menetas dilepasliarkan kembali ke laut.

    Hingga Desember 2023, tercatat sebanyak 53.516 telur, dengan 42.411 di antaranya berhasil menetas, mencapai tingkat penetasan sebesar 79%. Pada periode Januari hingga Juni 2023, tercatat 147 ekor penyu mendarat untuk bertelur dengan total 11.369 telur, jumlah ini mengalami peningkatan tiga kali lipat dari periode tahun sebelumnya, yaitu 2012 hingga 2023.

    Melihat peningkatan ini, melalui SK Gubernur Jawa Timur No. 188/39/KPTS/013/2020 tertanggal 7 Februari 2020, Pantai Taman Kili-Kili ditetapkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE). Pemerintah juga berencana menjadikan pantai ini sebagai Kawasan Hutan Dengan Perlindungan Khusus (KHDPK).

    Untuk mendukung pengembangan dan keberlanjutan wisata bahari, tim multi-fakultas dari Universitas Brawijaya melaksanakan program Doktor Mengabdi di Desa Wonocoyo. Dalam program ini, mereka menyerahkan seperangkat alat pembuat kopi dan memberikan pelatihan cara pembuatannya kepada masyarakat pesisir. Diharapkan, warung kopi yang dikelola oleh masyarakat setempat dapat meningkatkan kenyamanan wisatawan yang menikmati udara segar dan pemandangan indah di pantai tersebut.

    POKMASWAS berharap dukungan dari berbagai pihak, baik akademisi maupun pemerintah, dapat menjadikan Pantai Taman Kili-Kili sebagai pusat konservasi penyu dan ekowisata yang unik serta menarik di Indonesia. (jal/hjrhj

  • UB Kembangkan Limbah Pisang dan Enceng Gondok

    UB Kembangkan Limbah Pisang dan Enceng Gondok

    JATIMPEDIA, Malang – Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan pita mulsa organik dari limbah pisang, enceng gondok, dan daun paitan (Crotalaria sp) untuk mencegah pertumbuhan gulma dan mengurangi laju evaporasi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Inovasi ini dipelopori oleh Dr. Rita Parmawati, SP, ME, IPU, ASEAN Eng., seorang dosen di Fakultas Pertanian UB.

    Rita Parmawati, Selasa (16/7/2024) menjelaskan, bahwa pita mulsa organik adalah teknologi pengganti mulsa plastik yang selama ini digunakan dalam pertanian. Mulsa plastik, meskipun efektif, memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena tidak mudah terurai dan dapat menurunkan kualitas tanah serta meningkatkan serangan hama. Sebaliknya, pita mulsa organik dari bahan alami ini akan terurai menjadi pupuk saat terkena sinar matahari, sehingga lebih ramah lingkungan.

    “Mulsa plastik memiliki kelemahan seperti menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman, meningkatkan serangan hama, kontaminasi mikroplastik, genangan air, hilangnya struktur tanah, dan mengurangi aktivitas mikroorganisme tanah,” ungkap Rita. “Pita mulsa organik ini, selain ramah lingkungan, juga dapat menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi laju evaporasi hingga 40%.”

    Teknologi ini akan diterapkan di Kabupaten Malaka, NTT, saat mendekati musim tanam kedua. Wilayah tersebut dipilih karena memiliki limbah pisang yang melimpah. “Kami memanfaatkan limbah pisang bersama enceng gondok dan daun paitan untuk dihancurkan, dicacah, dan dicetak menjadi lembaran selebar 25 cm,” jelasnya.

    Saat ini, penerapan pita mulsa dilakukan pada skala laboratorium dan sudah tahap sosialisasi kepada Bupati Kabupaten Malaka, beberapa gabungan kelompok tani (gapoktan), dan kepala dinas di lingkungan Kabupaten Malaka. “Kami memilih Kabupaten Malaka karena data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan pertanian di daerah tersebut masih rendah. Padahal, masyarakat Kabupaten Malaka menggantungkan perekonomian dari bidang pertanian,” kata Rita.

    Rita menambahkan bahwa Kabupaten Malaka juga merupakan wilayah perbatasan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rendah. “Produktivitas padi di Kabupaten Malaka dari tahun 2020 hingga 2022 mengalami penurunan. Selain itu, terdapat masalah lain seperti kesulitan pasokan benih padi, gulma, evaporasi, suhu tanah, dan sistem irigasi. Hal ini yang berusaha kami pecahkan dengan harapan produktivitas padi di tahun 2024 dapat meningkat,” tambahnya.

    Untuk proses penerapan pita mulsa organik di lahan seluas 10 hektar, UB bekerja sama dengan pabrik mesin PT. Widjaya Teknik Indonesia (Witech). “Kami akan ke Malaka akhir Juli ini untuk memulai proses pembuatan pita mulsa,” ungkap Rita.

    Dalam upaya keberlanjutan teknologi ini, masyarakat akan diajarkan cara membuat pita mulsa organik mulai dari pengenalan bahan, mencacah, pembuatan bubur pita, pengeringan, dan pengepresan. “Kami berharap masyarakat mampu memproduksi pita mulsa organik secara mandiri,” tutupnya. (sat)

  • Bantu Petani, Dosen UB Kembangkan Pita Mulsa Organik

    Bantu Petani, Dosen UB Kembangkan Pita Mulsa Organik

    JATIMPEDIA, Malang –  Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Dr Rita Parmawati mengembangkan pita mulsa organik dari limbah pisang, enceng gondok, dan daun paitan (crotalaria sp) untuk membantu petani di Kabupaten Malaka Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam mencegah pertumbuhan gulma dan mengurangi laju evaporasi.

    Rita Parmawati di Malang Jawa Timur Kamis mengatakan, pita mulsa organik merupakan sebuah teknologi untuk menggantikan mulsa dari plastik yang tidak ramah lingkungan, karena tidak bisa terurai dengan baik.

    Ia menjelaskan, kelemahan penggunaan mulsa plastik terhadap tanaman dapat menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman, meningkatkan serangan hama, meningkatkan kontaminasi mikroplastik, genangan air, hilangnya struktur tanah, dan mengurangi aktivitas mikroorganisme tanah.

    “Teknologi pita mulsa organik ini akan diterapkan pada saat mendekati musim tanam kedua di Kabupaten Malaka, NTT, karena di daerah itu limbah pisang sangat melimpah,” ujarnya.

    Karena itu, ia manfaatkan limbah pisang tersebut bersama enceng gondok dan daun paitan untuk dihancurkan, dicacah, dan dicetak menjadi sebuah lembaran selebar 25 cm.

    Fungsinya, lanjutnya, untuk menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi laju evaporasi sampai dengan 40 persen, dan jika terkena sinar matahari, pita mulsa organik akan terurai menjadi pupuk.

    Saat ini, katanya, proses penerapan pita mulsa dilakukan pada skala laboratorium dan sudah pada tahap sosialisasi pada Bupati Malaka dan beberapa gabungan kelompok tani (Gapoktan) serta kepala dinas di lingkungan Pemkab Malaka.

    “Kenapa kita pilih Kabupaten Malaka sebagai lokasi penerapan teknologi pita mulsa organik? Karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik -BPS- pertumbuhan pertanian di daerah tersebut masih rendah. Padahal, masyarakat setempat menggantungkan perekonomiannya dari pertanian,” katanya.

    Rita menambahkan, Kabupaten Malaka juga termasuk wilayah perbatasan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rendah.

    “Permasalahan di sana, produktivitas padi mulai tahun 2020 sampai 2022, mengalami penurunan dan kesulitan untuk pasokan benih padi, ada masalah pertanian lainnya, seperti gulma, evaporasi, suhu tanah, dan sistem irigasi. Hal itu yang saat ini berusaha kita pecahkan. Harapannya produktivitas padi di tahun 2024, mengalami kenaikan,” katanya.

    Ia mengemukakan bahwa pihaknya pada akhir Juli ini ke Kabupaten Malaka untuk proses pembuatan untuk lahan seluas 10 hektare, yang bekerja sama dengan pabrik mesin PT Widjaya Teknik Indonesia (Witech).

    Kemudian untuk keberlanjutan penerapan teknologi ini, kata Rita, masyarakat akan diajari bagaimana pembuatan pita mulsa organik, mulai dari pengenalan bahan, mencacah, pembuatan bubur pita, pengeringan, dan pengepresan.

    “Harapannya masyarakat petani di daerah ini mampu memproduksi secara mandiri pita mulsa organik tersebut,” katanya.(ind)

  • Mahasiswa FT Unibraw Raih Medali Emas World Young Exhibition

    Mahasiswa FT Unibraw Raih Medali Emas World Young Exhibition

    JATIMPEDIA, Malang – Lima mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FTUB Unibraw) berhasil meraih medali emas diajang World Young Inventors Exhibition yang diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia.

    Kelima mahasiswa Unibraw ini adalah Rahmat Rayansha, M. Filzah Zulfaqar, Elviana Fauziyah, Sri Dyah Nurul F, dan Andreas Hutabarat di Kuala Lumpur Convention Center.

    “Alhamdulillah kesempatan yang luar biasa bisa mengikuti perlombaan internasional dan diberikan kemenangan setelah persiapan yang cukup panjang. Kami mendapatkan gold medal dengan persaingan dari berbagai negara dan universitas top. Semoga ini bukan menjadi penutup namun menjadi langkah untuk kemenangan selanjutnya,” kata Rayansha mewakili tim, di Malang, Sabtu(25/5/2024).

    Dalam kompetisi ini, tim melewati tahapan seleksi karya ilmiah dan prototype, serta presentasi di hadapan para juri. Dengan inovasi karya yang berfokus pada bidang agrikultur dan diberi nama “Victuality”. “Inovasi mengembangkan solusi inovatif ini untuk membantu petani dan mendukung pengembangan ekonomi nasional melalui pemberdayaan petani muda,”tambahnya.

    Sistem “Victuality” memfasilitasi pembelian produk pertanian langsung dari produsen utama dan menyediakan informasi pasar lokal kepada produsen dan konsumen untuk mempermudah transaksi jual beli melalui situs web dan aplikasi dengan metode auction.

    Rayansha menceritakan, “Victuality” juga menawarkan database informasi terkini yang berbasis sistem informasi geospasial (SIG) dan menerapkan konsep keterlacakan bagi petani dan pembeli. Tujuannya adalah membangun kepercayaan antara kedua belah pihak serta menyediakan platform yang memudahkan kegiatan jual beli. Persiapan tim dalam mengikuti kompetisi ini dibimbing oleh dosen FT Unibraw, Fauzul Rizal Sutikno, ST., MT., Ph.D. (sat)