Tag: #OkupansiHotel

  • Usai Porprov, Okupansi Hotel di Malang Terdorong Libur Sekolah

    Usai Porprov, Okupansi Hotel di Malang Terdorong Libur Sekolah

    JATIMPEDIA, Malang –  Ajang Porprov IX Jatim 2025 memang telah usai 5 Juli 2025. Namun dampaknya terhadap sektor perhotelan di Kota Malang masih terasa. Whiz Prime Hotel Basuki Rahmat Malang mencatat tingkat hunian kamar tetap tinggi hingga akhir pekan ini, didorong oleh momen liburan sekolah yang belum berakhir.

    Selama penyelenggaraan Porprov, hotel ini menjadi tempat menginap bagi rombongan atlet dari Kota Surabaya yang bertanding di cabang olahraga hockey dan softball. Sekitar 50 kamar disiapkan khusus untuk atlet dan ofisial dari dua cabang tersebut.

    General Manager Whiz Prime Hotel Malang, Azis Sismono, menjelaskan bahwa meski kompetisi telah berakhir, permintaan kamar masih tinggi. Liburan anak-anak sekolah membuat banyak keluarga memilih staycation di Kota Malang.

    “Selama Porprov, okupansi kami sempat penuh 100 persen. Dan pasca Porprov, kami masih bertahan di angka 80 hingga 90 persen karena banyak keluarga memanfaatkan libur sekolah,” ujarnya, Jumat (4/7/2025).

    Azis juga menyampaikan bahwa masa inap para atlet yang mencapai enam hari membawa dampak positif terhadap hotel, baik dari sisi okupansi maupun atmosfer yang hangat dan bersemangat.

    Sebagai bagian dari strategi mempertahankan kunjungan tamu selama musim liburan, pihak hotel juga menggandeng sejumlah tempat wisata di Kota Malang untuk menawarkan promo bundling spesial.

    Tamu yang menginap di Whiz Prime selama periode libur sekolah akan mendapatkan tiket gratis ke wahana bermain anak yang telah bekerja sama dengan hotel.

    “Kami sediakan paket spesial liburan sekolah, tamu yang menginap bisa langsung mendapatkan tiket masuk wahana rekreasi keluarga. Ini bentuk dukungan kami terhadap sektor pariwisata lokal sekaligus upaya memberikan pengalaman liburan yang menyenangkan bagi keluarga,” tambahnya.

    Azis berharap, momentum Porprov dan libur sekolah ini bisa mendorong kolaborasi lebih erat antara industri perhotelan, pariwisata, dan kegiatan olahraga di Jawa Timur.

    “Kami senang bisa mendukung Porprov. Sekarang kami fokus menghadirkan pengalaman terbaik bagi tamu keluarga. Semoga Kota Malang tetap menjadi pilihan utama untuk berlibur,” pungkasnya.(sat)

  • Hingga Mei, Okupansi Hotel di Sumenep Turun Drastis

    Hingga Mei, Okupansi Hotel di Sumenep Turun Drastis

    JATIMPEDIA, Sumenep – Okupansi atau tingkat hunian kamar hotel di di Kabupaten Sumenep, Madura, mengalami penurunan selama empat bulan pertama 2025.

    Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, okupansi kamar hotel atau Tingkat Penghunian Kamar (TPK) tercatat mengalami penurunan yang cukup mencolok bila dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.

    Dalam laporan yang dirilis oleh BPS, terlihat bahwa selama Januari hingga April 2025, angka TPK menunjukkan performa paling rendah selama tiga tahun terakhir.

    Kepala BPS Sumenep, Joko Santoso, menilai bahwa melemahnya sektor akomodasi ini tidak lepas dari tekanan ekonomi yang dialami masyarakat, sehingga daya belanja pun ikut tertekan.

    “Salah satu penyebab lainnya adalah efisiensi anggaran perjalanan dinas oleh berbagai instansi, serta semakin berkurangnya kegiatan rapat atau forum diskusi yang biasanya diselenggarakan di hotel,” jelas Joko dalam keterangan tertulisnya pada Klikjatim, Jumat (6/6).

    Untuk menggambarkan situasi tersebut, Joko menyebutkan bahwa sepanjang April 2025, dari setiap 100 kamar hotel yang tersedia di Sumenep, hanya sekitar 17 hingga 18 kamar yang berhasil ditempati per malamnya.

    Kendati tingkat hunian turun signifikan, Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) tetap stagnan di kisaran satu malam. Hal ini sejalan dengan pola kunjungan tamu hotel di Sumenep selama beberapa tahun terakhir.

    “Ini menunjukkan bahwa para pengunjung umumnya hanya tinggal untuk waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari satu malam,” tambah Joko.

    Sebagai informasi, TPK menjadi indikator kunci dalam mengukur kinerja industri perhotelan. Angka yang tinggi mencerminkan keberhasilan hotel dalam menarik tamu, sedangkan TPK yang rendah bisa menjadi cerminan persoalan dalam sektor ini, termasuk kemungkinan merosotnya jumlah wisatawan yang datang ke wilayah tersebut.

    RLMT pun tak kalah penting sebagai indikator. Kenaikan durasi tinggal biasanya menandakan adanya peningkatan aktivitas ekonomi, baik dari sisi pariwisata maupun kegiatan usaha di daerah tersebut. (sat)

  • BPS : Okupansi TPK Hotel Kota Malang Naik 0,48 Poin Februari 2025

    BPS : Okupansi TPK Hotel Kota Malang Naik 0,48 Poin Februari 2025

    JATIMPEDIA, Malang – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, mencatat tingkat penghunian kamar (TPK) atau okupansi  hotel bintang maupun non-bintang di wilayah setempat pada Februari 2025 naik 0,48 poin dibanding bulan sebelumnya.

    Kepala BPS Kota Malang Umar Sjarifudin di Kota Malang, Selasa, mengatakan pada Januari 2025 TPK hotel di Kota Malang tercatat sebesar 47,12 persen, dan naik pada Februari menjadi 47,60 persen.

    “Untuk TPK hotel secara keseluruhan (hotel bintang dan non-bintang) pada Januari 47,12 persen dan di Februari menjadi 47,60 persen. Ada kenaikan 0,48 poin secara month to month,” kata Umar.

    Kenaikan TPK hotel pada Januari ke Februari 2025 dikarenakan adanya beberapa even yang diselenggarakan di Kota Malang dalam rentang waktu tersebut, seperti Pro Liga dan bridge competition.

    Berdasarkan data BPS Kota Malang, untuk kategori hotel bintang pada Januari 2025, TPK tercatat mencapai 52,78 persen, lalu pada Februari 2025 naik menjadi 53,61 persen.

    “Untuk TPK hotel berbintang dari Januari 2025 ke Februari 2025 naik 0,82 poin,” ucap dia.

    Sedangkan, untuk hotel non-bintang, TPK pada Januari 2025 sebesar 29,92 persen dan pada Februari 2025 tercatat menurun menjadi 29,24 persen.

    “Yang non bintang TPK-nya dari Januari ke Februari turun 0,68 poin,” kata Umar.

    Dia menyebut untuk rata-rata lama menginap tamu (RLMT) pada Januari 2025 mencapai 1,48 hari dengan komposisi lama menginap di hotel bintang 1,54 hari dan 1,18 hari untuk hotel non-bintang.

    Pada Februari RLMT dari akumulasi hotel bintang dan non bintang mencapai 1,55 hari atau mengalami kenaikan 0,07 hari jika dibanding bulan sebelumnya.

    “Lama menginap di hotel bintang pada Februari 2025 tercatat 1,61 hari dan non-bintang 1,28 hari,” ujarnya.

    Selain itu, baik Januari maupun Februari 2025 mayoritas tamu di hotel bintang maupun non bintang didominasi masyarakat dari dalam negeri.

    Rinciannya, pada Januari 2025 tamu dalam negeri di hotel bintang mencapai 97,43 persen dan 99,61 persen menginap di hotel non-bintang.

    “Tamu dari mancanegara yang menginap di hotel bintang pada Januari 2,57 persen dan hotel non-bintang 0,39 persen,” ucap Umar.

    Sedangkan, pada Februari 2025 untuk tamu dalam negeri yang menginap di hotel bintang ada 96,91 persen dan 99,41 persen memilih hotel non-bintang untuk menginap.

    “Tamu mancanegaranya yang ada di hotel bintang 3,09 persen, kalau non-bintang 0,59 persen,” tuturnya. (cin)

     

  • PHRI Sebut Okupansi Hotel di Kota Batu Libur Lebaran Capai 70 Persen

    PHRI Sebut Okupansi Hotel di Kota Batu Libur Lebaran Capai 70 Persen

    JATIMPEDIA, Batu – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu, menyatakan okupansi hotel pada libur Lebaran 2025 berada di angka 70 persen.

    Ketua PHRI Kota Batu Sujud Hariadi di Kota Batu, Senin, mengatakan tingkat keterisian kamar hotel pada libur Lebaran tahun ini lebih rendah jika dibandingkan momen serupa pada periode 2024.

    “Okupansi hotel (libur Lebaran) saat ini 70 persen, itu turun kalau dibanding tahun lalu yang mencapai 85 persen,” kata Sujud.

    Sedangkan ketika momen libur Isra Miraj dan Tahun Baru Imlek 2025 okupansi hotel bisa mencapai 80 persen.

    PHRI Kota Batu masih belum mengetahui penyebab turunnya angka okupansi hotel pada libur Lebaran tahun ini.

    Namun, dia memperkirakan salah satu turunnya persentase okupansi karena waktu libur Lebaran yang berdekatan dengan momen lainnya.

    “Kemungkinan juga bisa karena daya beli masyarakat memang menurun dan itu sudah terlihat sejak tahun lalu, sekarang semakin menurun,” ujar dia.

    Namun, meski turun, persentase yang ada ini mengalami peningkatan sekitar 20 persen jika dibandingkan saat Ramadhan 2025.

    Sujud menyebut menyambut libur Hari Raya Idul Fitri 2025, pihak manajemen hotel lebih memilih menjual kamar dengan harga di bawah momen high season lainnya.

    Lanjut dia, cara itu dilakukan untuk menarik lebih banyak wisatawan menginap di hotel-hotel yang ada di Kota Batu.

    “Kalau rate (harga) kamar hotel sekarang lebih rendah dari tahun lalu. Kalau yang tahun lalu kami bisa menaikkan harga hampir dua kali lipat tapi sekarang ini cuma sampai harga saat akhir pekan saja,” kata dia.

    Selain itu, Sujud menyebut bahwa kondisi serupa juga terjadi pada vila yang ada di Kota Batu. Hal tersebut diketahuinya setelah bertemu dengan para pengelola vila beberapa waktu lalu.

    “Pengelola vila mengutarakan hal yang sama, baik itu menurunkan rate maupun mengalami penurunan okupansi dari lebaran tahun lalu,” ucap Sujud. (sat)

  • Libur Lebaran, Okupansi Hotel di Malang Capai 80 Persen

    Libur Lebaran, Okupansi Hotel di Malang Capai 80 Persen

    JATIMPEDIA, Malang – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Jawa Timur mencatat rata-rata okupansi atau tingkat penghunian kamar hotel selama libur Lebaran 2025 mencapai 80 persen.

    “Tingkat hunian (kamar hotel) di Kota Malang saat libur Lebaran 2025 tergolong cukup tinggi, dengan rata-rata di angka 80 persenan,” kata Ketua PHRI Kota Malang Agoes Basoeki di Kota Malang, Minggu.

    Persentase okupansi hotel pada momen libur Lebaran 2025 jumlahnya tidak berbeda ketimbang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 yang juga berada di kisaran 80 persen.

    Agoes menyebutkan tingkat okupansi tertinggi terjadi dalam rentang periode 2-5 April 2025 atau sejak H+1 hingga H+4 Lebaran 2025.

    Tamu hotel di Kota Malang pada libur lebaran saat ini, kebanyakan merupakan wisatawan asal Surabaya, Jakarta dan Jawa Barat.

    “Kalau rata-rata waktu menginap para wisatawan itu selama dua harian,” ucapnya.

    Saat itu, lanjutnya, kondisi hunian kamar di beberapa hotel di dekat tempat wisata ada yang mencapai 100 persen. Hal itu menyebabkan okupansi pada libur Lebaran tahun ini mampu menyamai persentase serupa saat Natal dan tahun baru.

     

    “Kalau sekarang sudah mulai turun karena wisatawan mulai meninggalkan Kota Malang,” ujar dia.

    Selain itu, Agoes menjelaskan rata-rata manajemen hotel maupun tempat penginapan menerapkan skema harga penuh, lantaran momen Lebaran merupakan high season atau periode waktu dengan jumlah permintaan yang tinggi dari masyarakat.

    Meski begitu, harga per kamar hotel yang dipatok oleh manajemen dipastikannya tetap sesuai dengan standar.

    “Misalnya, kalau hari biasa harga per kamar ada di angka Rp500 ribu tapi ketika dijual paling sekitar Rp400 ribu sampai Rp450 ribu. Lalu, begitu masuk high season harganya full rate jadi Rp 500 ribu,” kata dia.

    Dia menambahkan bahwa persentase okupansi yang mencapai 80 persen di momen libur Lebaran 2025 juga berdampak bagus bagi kunjungan di restoran.

    “Wisatawan ini kan tidak hanya menginap tetapi juga kulineran. Untuk restoran tidak hanya yang ada di hotel tetapi juga di tempat lain,” ucapnya.

    Berdasar data, terdapat 77 hotel, 10 restoran dan lima lembaga afiliasi lainnya yang berstatus sebagai anggota PHRI Kota Malang. (sat)