Tag: #neraca perdagangan

  • Neraca Perdagangan di Oktober 2024 Catat Laba USD 2,48 Miliar

    Neraca Perdagangan di Oktober 2024 Catat Laba USD 2,48 Miliar

    JATIMPEDIA, Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 mengalami surplus USD 2,48 miliar.

    Surplus neraca perdagangan ini terutama berasal dari sektor nonmigas sebesar USD 4,80 miliar, sementara sektor migas defisit senilai USD 2,32 miliar.

    Dengan surplus neraca perdagangan yang dibukukan pada Oktober 2024 ini, neraca perdagangan Indonesia surplus 54 bulan secara beruntun sejak Mei 2020.

    “Pada Oktober 2024 nilai ekspor mencapai USD 24,41 miliar atau naik 10,69% dibandingkan September 2024,” kata Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Jumat (15/11).

    Ia menjelaskan, nilai ekspor migas tercatat senilai USD 1,35 miliar atau naik sebesar 16,88 persen.

    Nilai ekspor nonmigas juga tercatat naik sebesar 10,35 persen dengan nilai USD 23,07 miliar.

    Peningkatan nilai ekspor ini didorong oleh ekspor nonmigas, terutama kode HS 15 atau lemak dan minyak nabati, HS 27 bahan bakar mineral, serta HS 64 atau alas kaki.

    “Adapun lemak dan minyak nabati mengalami peningkatan nilai ekspor terbesar yakni 52,67 persen atau sebesar dengan nilai USD 1.046,5 juta (mtm),” lanjutnya.

    Disusul bahan bakar mineral sebesar 5,50 persen dengan nilai ekspor USD 180,9 juta, kemudian alas kaki meningkat sebesar 25,87 persen atau dengan nilai USD 154,6 juta.

    Komoditas lain yakni mesin dan perlengkapan elektrik serta bagian lainnya sebesar USD 124,9 juta atau naik 9,78 persen; mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya USD 113,7 juta atau 20,28 persen; besi dan baja USD 41,6 juta atau 1,89 persen; berbagai produk kimia USD 34,6 juta atau 6,18 persen.

    Komoditas yang mengalami penurunan terbesar adalah logam mulia dan perhiasan atau permata sebesar 14,46 persen atau USD 102 juta,” ujar Amalia.

    Sementara itu, capaian ekspor nonmigas pada Oktober meningkat 10,35 persen menjadi USD 23,06 juta dibandingkan dengan periode September (mtm), dan naik 11,04 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).

    Secara total, periode Januari hingga Oktober nilai ekspor mencapai USD 217,24 miliar atau naik 1,33 persen (yoy).

    “Nilai ekspor nonmigas juga mencapai USD 204,21 miliar atau naik 1,48 persen,” sambungnya.

    Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada periode Januari-Oktober meningkat 3,75 persen dibanding periode yang sama tahun 2023 (yoy). Hal ini disumbangkan oleh meningkatnya ekspor logam dasar mulia.

    “Demikian juga dengan ekspor hasil pertanian, kekuatan dan perikanan naik 23,78 persen yang ditopang oleh peningkatan ekspor kopi. Sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 8,65 persen disumbangkan oleh penurunan ekspor batu bara,” jelas Amalia.

    Negara tujuan ekspor nonmigas Oktober 2024 terbesar adalah Tiongkok yaitu USD 5,66 miliar, disusul Amerika Serikat USD 2,34 miliar, India sebesar USD 2,02 miliar dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,49 persen.

    “Sementara untuk tujuan ASEAN dan 27 negara di Uni Eropa masing-masing sebesar USD 4,32 miliar dan USD 1,59 miliar,” imbuhnya.

    Provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Oktober 2024 berasal dari Provinsi Jawa Barat dengan nilai USD 31,52 miliar AS atau 14,51 persen, diikuti Jawa Timur USD 21,44 miliar atau 9,87 persen dan Kalimantan Timur USD 20,86 miliar atau 9,60 persen.

    Sedangkan nilai impor Indonesia Oktober 2024 mencapai USD 21,94 miliar, naik 16,54 persen dibandingkan September 2024 atau naik 17,49 persen dibandingkan Oktober 2023.

    Impor migas Oktober senilai USD 3,67 miliar, naik 44,98 persen dibandingkan September 2024 atau naik 14,32 persen dibandingkan Oktober 2023.

    “Impor nonmigas Oktober 2024 senilai USD 18,27 miliar, naik 12,13 persen dibandingkan September 2024 atau naik 18,14 persen dibandingkan Oktober 2023,” ungkap Amalia. (cin)

  • September 2024, Ekspor RI Turun 5,8% Jadi US$23,56 Miliar

    September 2024, Ekspor RI Turun 5,8% Jadi US$23,56 Miliar

    JATIMPEDIA, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia mencapai US$22,08 miliar sepanjang September 2024. Nilai ekspor ini turun 5,80% dibandingkan US$23,56 miliar pada bulan sebelumnya.

    Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, penurunan ekspor ini dipicu oleh penurunan nilai nonmigas pada September 2024. Nilai ekspor nonmigas juga turun 5,96% dengan nilai US$20,91 miliar. Sementara itu, ekspor migas mencapai US$1,17 miliar atau turun 2,81%.

    “Penurunan nilai ekspor September secara bulanan terutama didorong penurunan ekspor nonmigas terutama pada komoditas lemak hewan nabati HS 15, biji logam terak dan abu mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya,” paparnya dikutip dari rilis data BPS, Selasa (15/10/2024).

    Sementara itu, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, nilai ekspor September ini naik sebesar 6,44%. Kenaikan ini didorong peningkatan ekspor nonmigas, terutama bahan bakar mineral dan logam mulia serta permata dan kakao. Sepanjang September, komoditas yang mengalami peningkatan adalah besi dan baja US$207,6 juta.

    Peningkatannya tercatat sebesar 10,41%. Lebih lanjut, Amalia mengungkapkan secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari-September 2024 adalah sebesar US$192,85 miliar atau naik 0,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    “Peningkatan nilai ekspor nonmigas kumulatif ini terjadi di sektor industri pengolahan dan pertanian yang menjadi pendorong utama atas peningkatan kinerja ekspor nonmigas Januari sampai September 2024 dengan andil masing-masing 1,82% dan 0,30%,” papar Amalia.

    Sementara itu neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$3,26 miliar. Adapun ekspor Indonesia mencapai US$22,08 miliar sepanjang September 2024. Sementara impor US$18,82 miliar.

    Surplus pada bulan September ini lebih tinggi dibandingkan surplus bulan sebelumnya, yakni sebesar US$2,9 miliar. Surplus ini adalah surplus ke-53 bulan beruntun sejak Mei 2020. Adapun, surplus ditopang oleh impor yang menurun.

    Kondisi surplus pada September 2024 ini ditopang surplus pada komoditas nonmigas yang mencapai sebesar US$4,62 miliar. Adapun, Amalia mengatakan komoditas yang beri sumbang sih surplus utama adalah bahan bakar mineral lemak dan hewan nabati (HS15) dan besi baja (HS72). (raf)

  • Nilai Ekspor Agustus 2024 Tercatat 23,56 Miliar Dolar AS

    Nilai Ekspor Agustus 2024 Tercatat 23,56 Miliar Dolar AS

    JATIMPEDIA, Jakarta –  Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat total ekspor Indonesia pada periode Agustus 2024 sebesar 23,56 miliar dolar AS, terbesar sejak Desember 2022.

    “Ekspor Indonesia pada Agustus 2024 yang tercatat sebesar 23,56 miliar dolar AS. Ini merupakan nilai terbesar sejak akhir Desember 2022,” kata Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional Bara Khrisna Hasibuan dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

    Bara menyampaikan bahwa nilai itu merupakan ekspor tertinggi dalam 20 bulan terakhir. Hal ini merupakan pencapaian besar, khususnya di tengah kondisi ekonomi global

    Bara menjelaskan, peningkatan ekspor Agustus 2024 sangat signifikan dibandingkan dengan kinerja ekspor Juli 2024 yang sebesar 22,24 miliar dolar AS.

    Selain itu, surplus neraca perdagangan Agustus 2024 juga meningkat signifikan sebesar 2,9 miliar dolar AS dibandingkan Juli 2024 yang hanya meningkat 0,5 miliar dolar AS dari bulan sebelumnya.

    “Kami menyambut baik peningkatan ekspor pada Agustus 2024. Peningkatan kinerja ekspor Agustus 2024 secara signifikan ini tentunya berkontribusi terhadap neraca perdagangan Indonesia. Kami berharap, ekspor Indonesia dapat terus meningkat,” ujar Bara.

    Ekspor Indonesia pada Agustus 2024 naik 5,97 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) serta 7,13 persen dibanding Agustus 2023 (YoY). Capaian tersebut didorong kenaikan ekspor nonmigas sebesar 7,43 persen dan kontraksi migas 15,41 persen dibandingkan Juli 2024 (MoM).

    Secara rinci, Bara menjelaskan, pada Agustus 2024, peningkatan kinerja ekspor nonmigas secara bulanan terjadi pada seluruh sektor.

    Sektor dengan kenaikan tertinggi dibanding bulan sebelumnya terjadi pada pertambangan dengan kenaikan sebesar 9,01 persen, diikuti pertanian 8,70 persen, dan industri pengolahan sebesar 7,09 persen (MoM).

    Komoditas unggulan dengan peningkatan ekspor terbesar di antaranya timah dan barang daripadanya (HS 80) yang naik sebesar 86,35 persen; bijih logam, terak, dan abu (HS 26) naik 47,23 persen; alas kaki (HS 64) naik 26,40 persen; mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) naik 25,74 persen; serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) naik 24,50 persen.

    Sedangkan, komoditas unggulan dengan pelemahan ekspor terbesar dari bulan sebelumnya di antaranya adalah barang dari besi dan baja (HS 73) yang turun 24,26 persen, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) turun 11,88 persen, nikel dan barang daripadanya (HS 75) turun 11,37 persen, tembaga dan barang daripadanya (HS 74) turun 10,88 persen, serta besi dan baja (HS 72) turun 1,42 persen (MoM).

    “Komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) menjadi pendorong pertumbuhan ekspor nonmigas terbesar pada Agustus 2024,” terangnya.

    Peningkatan ekspor itu ditopang peningkatan harga minyak sawit mentah (CPO) dunia sebesar 4,08 persen menjadi 932,63 dolar AS/MT. Selain itu, secara volume ekspor, komoditas ini juga naik 20,81 persen (MoM).

    Bara mengungkapkan, Tiongkok dan AS masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2024 dengan nilai mencapai 7,94 miliar dolar AS. Kedua negara ini berkontribusi sebesar 35,50 persen dari total ekspor nonmigas nasional.

    Dia menuturkan bahwa meskipun terjadi perlambatan ekonomi di kedua negara tersebut, ekspor nonmigas ke Tiongkok dan AS masih meningkat dibanding bulan sebelumnya (MoM). Ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok naik 10,42 persen dan ke AS 20,80 persen.

    Pada saat bersamaan, kinerja ekspor nonmigas Indonesia ke sejumlah negara mitra dagang juga meningkat signifikan. Ekspor nonmigas Indonesia ke Mesir tumbuh 115,26 persen, Turki 40,39 persen, Afrika Selatan 36,99 persen, Thailand 36,67 persen, serta Pakistan 25,00 persen.

    Ditinjau dari kawasannya, Bara menyebut, beberapa kawasan tujuan ekspor menunjukkan peningkatan ekspor nonmigas yang signifikan (MoM).

    Kawasan tersebut di antaranya Afrika Utara dengan kenaikan 74,73 persen, Afrika Selatan 35,97 persen, Eropa Utara 33,94 persen, Asia Tengah 26,28 persen, dan Amerika Tengah (24,44 persen).

    “Peningkatan ekspor ke beberapa kawasan tersebut menunjukkan bahwa potensi pasar nontradisional berpeluang besar untuk dikembangkan,” lanjut Bara.

    Bara juga menyebut, sepanjang periode Januari—Agustus 2024, total nilai ekspor Indonesia mencapai 170,89 miliar dolar AS atau turun tipis 0,35 persen dibanding periode yang sama pada 2023.

    “Penurunan ini disebabkan pelemahan ekspor nonmigas sebesar 0,46 persen dan penguatan ekspor migas sebesar 1,36 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Bara.(raf)

  • Surplus Perdagangan Agustus 2024 Naik jadi Rp32 Triliun

    Surplus Perdagangan Agustus 2024 Naik jadi Rp32 Triliun

    JATIMPEDIA, Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 kembali membukukan surplus sebesar USD2,90 miliar (Rp32 triliun/kurs Rp15.340). Naik sebesar USD2,40 miliar secara bulanan, namun secara tahunan menurun sebesar USD220 juta.

    “Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 52 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020. Surplus ditopang oleh surplus neraca perdagangan komoditas nonmigas sebesar USD4,34 miliar,” kata  Deputi Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini dalam keterangan pers di Jakarta.

    Komoditas utama nonmigas yang memberikan kontribusi pada surplus neraca perdagangan adalah bahan bakar mineral. Kemudian minyak lemak hewan/nabati serta besi dan baja.

    “Surplus neraca perdagangan nonmigas bulan Agustus sebesar lebih tinggi, dibandingkan surplus bulan Juli.  Tapi lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun 2023,” ucap Pudji.

    Sementara neraca perdagangan migas tercatat defisit sebesar USD1,44 miliar. Komoditas penyumbang defisit yang utama adalah hasil minyak dan minyak mentah.

    Defisit neraca perdagangan migas bulan Agustus 2024, tidak sedalam defisit  bulan Juli 2024. Tetapi defisitnya lebih dalam jika dibandingkan bulan yang sama tahun 2023.

    BPS mencatat ekspor Indonesia pada bulan Agustus 2024 sebesar USD23,56 miliar, secara bulanan meningkat 5,97 persen. Sedangkan nilai impor bulan Agustus 2024 sebesar USD20,67 miliar, secara bulanan turun sebesar 4,93 persen.

    “Perdagangan Indonesia pada Agustus 2024, membukukan surplus dengan mitra dagang Amerika Serikat, India dan Filipina. Sedangkan dengan Tiongkok, Australia dan Singapura, perdagangan Indonesia membukukan defisit,”  ujar Pudji menutup keterangannya. (raf)

  • Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 0,47 Miliar Dolar AS

    Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 0,47 Miliar Dolar AS

    JATIMPEDIA, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Neraca Perdagangan Barang Indonesia mengalami surplus sebesar 0,47 miliar dolar AS atau turun sebesar 1,92 miliar dolar AS secara bulanan.

    “Surplus Juli ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya ataupun dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya,” ujar Plt Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam acara Berita Resmi Statistik di Jakarta, Kamis.

    Amalia menyampaikan surplus neraca perdagangan Juli 2024 ini ditopang oleh surplus pada komoditas non migas yaitu sebesar 2,61 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, terutama batu bara, lemak dan minyak nabati, serta besi dan baja.

    Surplus neraca perdagangan non migas Juli 2024 ini, lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu maupun bulan yang sama pada tahun sebelumnya.

    Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar 2,13 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah.

    “Defisit neraca perdagangan migas bulan Juli 2024 lebih dalam dari bulan sebelumnya ataupun bulan yang sama tahun lalu,” kata Amalia.

    BPS juga mencatat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan beberapa negara, dan tiga terbesarnya adalah Amerika dengan nilai 1,27 miliar dolar AS, India 1,23 miliar dolar AS dan Filipina 740 juta dolar AS.

    Komoditas penyumbang surplus pada neraca perdagangan barang dengan Amerika antara lain perlengkapan elektronik serta bagiannya dan pakaian serta aksesoris.

    Dengan India, surplus disumbangkan oleh bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati serta besi dan baja, sedangkan Filipina melalui komoditas kendaraan dan bagiannya, bahan bakar mineral serta besi dan baja.

    Namun demikian, Indonesia juga mengalami defisit neraca perdagangan dengan beberapa negara. Adapun tiga terdalam tercatat dengan Tiongkok sebesar 1,7 miliar dolar AS, Australia sebesar 602 juta dolar AS dan Singapura 402 juta dolar AS.

    Secara kumulatif hingga Juli 2024, surplus neraca perdagangan barang Indonesia mencapai 15,92 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 5,28 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.(raf)

  • BPS : Nilai Impor Juli 2024 Naik 17,82 Persen

    BPS : Nilai Impor Juli 2024 Naik 17,82 Persen

    JATIMPEDIA, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia Juli 2024 mencapai 21,74 miliar dolar AS, naik 17,82 persen dibandingkan Juni 2024 atau naik 11,07 persen dibandingkan Juli 2023.

    Plt Kepala BPS Amalia A Widyasanti mengatakan impor migas Juli 2024 senilai 3,56 miliar dolar AS, naik 8,78 persen dibandingkan Juni 2024 atau naik 13,59 persen dibandingkan Juli 2023.

    “Impor nonmigas Juli 2024 senilai 18,18 miliar dolar AS, naik 19,76 persen dibandingkan Juni 2024 atau naik 10,60 persen dibandingkan Juli 2023,” ujar Amalia di Jakarta, Kamis.

    Dari sepuluh golongan barang utama nonmigas Juli 2024, mesin/peralatan mekanis dan bagiannya mengalami peningkatan terbesar senilai 555,4 juta dolar AS (21,25 persen) dibandingkan Juni 2024.

    Sementara golongan instrumen optik, fotografi,
    sinematografi, dan medis menjadi satu-satunya golongan barang utama nonmigas yang menurun 58,7 juta dolar AS (11,75 persen).

    Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Juli 2024 adalah Tiongkok 38,97 miliar dolar AS (35,49 persen), Jepang 7,88 miliar dolar AS (7,18 persen), dan Thailand 5,73 miliar dolar AS (5,21 persen). Sedangkan Impor nonmigas dari ASEAN 19,59 miliar dolar AS (17,84 persen) dan Uni Eropa 7,09 miliar dolar AS (6,45 persen).

    Data BPS juga mencatat, seluruh komponen golongan penggunaan barang selama Juli 2024 mengalami peningkatan nilai impor apabila dibandingkan bulan sebelumnya.

    Golongan bahan baku/penolong meningkat 2,35 miliar dolar AS (17,21 persen), diikuti oleh barang modal 636,1 juta dolar AS (21,21 persen) dan barang konsumsi 298,3 juta dolar AS (16,79 persen).

    Sementara selama Januari-Juli 2024, hanya golongan barang modal yang mengalami penurunan senilai 1,8 juta dolar AS atau 0,01 persen. Sementara golongan bahan baku/penolong dan barang konsumsi meningkat masing-masing senilai 2,44 miliar (2,60 persen) dan 638,4 juta dolar (5,38 persen).

    Neraca perdagangan Indonesia Juli 2024 mengalami surplus 0,47 miliar dolar AS terutama berasal dari sektor nonmigas 2,60 miliar dolar AS, tetapi tereduksi oleh defisit sektor migas senilai 2,13 miliar dolar AS.(raf)

  • BPS: Neraca Perdagangan Indonesia Surplus

    BPS: Neraca Perdagangan Indonesia Surplus

    JATIMPEDIA, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 tercatat surplus sebesar USD 2,39 miliar. Namun, surplus ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan atau turun USD 0,54 miliar secara bulanan Mei 2024.

    Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan angka tersebut tercatat sebagai surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

    “Dengan demikian, hingga Juni 2024, neraca perdagangan barang Indonesia telah mencatatkan surplus beruntun selama 50 bulan secara berturut-turut,” kata Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dikutip Selasa (16/7).

    Amalia menjelaskan surplus neraca perdagangan yang tercatat pada Juni 2024, didorong oleh nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor. Masing-masing tercatat USD 20,84 miliar untuk ekspor, sedangkan impor sebesar USD 18,45 miliar.

    BPS mencatat penyumbang utama penurunan ekspor secara bulanan adalah ekspor pertambangan dan lainnya. Sementara itu, penyumbang utama kenaikan ekspor Juni 2024 berasal dari ekspor industri pengolahan.

    Adapun jika dirinci berdasarkan sektor, ekspor migas di bulan Juni 2024 sebesar USD 1,23 miliar dan ekspor nonmigas mencapai USD 19,06 miliar. Sementara untuk impor migas di periode yang sama mencapai USD 3,27 miliar serta impor nonmigas mencapai USD 15,2 miliar.

    Menurut Amalia, surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebenarnya lebih tinggi, yakni USD 4,43 miliar, namun keuntungan itu tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas sebanyak USD 2,04 miliar.

    “Selama Januari–Juni 2024 sektor migas mengalami defisit USD 10,11 miliar, namun masih terjadi surplus pada sektor nonmigas USD 25,55 miliar, sehingga secara total mengalami surplus USD 15,44 miliar,” jelasnya.

    Sementara itu, berdasarkan negaranya, pada Juni 2024 Indonesia mengalami surplus perdagangan terbesar di antaranya dengan India sebesar USD 1,47 miliar. Selanjutnya, Amerika Serikat USD 1,22 miliar dan Filipina USD 0,69 miliar.

    Di sisi lain, Indonesia mengalami efisit perdagangan dengan tiga negara terbesar pada periode yang sama. Antara lain adalah China sebesar 0,693 miliar, Australia USD 0,331 miliar, dan Thailand USD 0,328 miliar.(raf)

  • Maret 2024 Nilai Ekspor Jatim  Naik 39,10 Persen

    Maret 2024 Nilai Ekspor Jatim Naik 39,10 Persen

    JATIMPEDIA, Surabaya – Bulan Maret 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat nilai ekspor Jawa Timur (Jatim) mencapai USD 2,51 miliar atau meningkat sebesar 39,10 persen dibandingkan Februari.

    Nilai tersebut jika dibandingkan dengan Maret 2023 juga naik sebesar 34,57 persen.

    “Ekspor nonmigas Maret 2024 mencapai USD 2,45 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 42,89 persen dibandingkan Februari 2024. Nilai tersebut dibandingkan Maret 2023 juga meningkat sebesar 38,16 persen,” ujar Kepala BPS Jatim Zulkipli.

    Ekspor perhiasan atau permata (HS 71) mendominasi ekspor non migas pada Maret 2024, nilai ekspornya mengalami kenaikan tinggi dibandingkan bulan Februari 2024.

    Ekspor Perhiasan didominasi oleh komoditas barang perhiasan dari logam mulia lainnya, disepuh atau dipalut dengan logam mulia maupun tidak yang diekspor ke negara Swiss.

    “Kelompok komoditas terbesar kedua yaitu tembaga diekspor ke Malaysia dan Tiongkok dalam bentuk katoda,” imbuhnya.

    Sedangkan ekspor migas Maret 2024 mencapai USD 58,78 juta atau turun sebesar 34,02 persen dibandingkan Februari 2024.

    Nilai tersebut juga mengalami penurunan sebesar 35,39 persen jika dibandingkan Maret 2023.

    Untuk negara tujuan utama ekspor non migas Jatim yakni Swiss sebesar USD 0,36 miliar, Jepang sebesar USD 0,32 miliar, Amerika Serikat sebesar USD 0,26 miliar, dan Tiongkok sebesar USD 0,24 miliar.

    Sementara itu, lanjut Zulkipli, nilai impor Jatim pada bulan Maret mencapai USD 2,50 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 4,03 persen dibandingkan Februari 2024.

    Nilai tersebut dibandingkan Maret 2023 justru mengalami penurunan sebesar 4,36 persen. (eka)

  • Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2024 Diprediksi Capai 5,1%

    Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2024 Diprediksi Capai 5,1%

    JATIMPEDIA, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 diperkirakan akan mencapai 5,1%. Hal ini tidak terlepas dari momentum Ramadan dan Lebaran yang biasanya baru terjadi pada kuartal II namun di tahun 2024 ini sudah berlangsung sejak kuartal I.

    “Secara umum, dampak Ramadan dan Lebaran ke ekonomi adalah dapat mendorong pertumbuhan sebesar 0,14 – 0,25%. Jadi kami masih lihat pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 berpeluang untuk tumbuh di kisaran 5 – 5,1%,” ujar Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede seperti dikutip pada Kamis (11/4/2024).

    Ada beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu meningkatnya belanja pemerintah khususnya yang terkait bantuan sosial, pelaksanaan Pemilu, dan adanya low-base effect dari kuartal I-2024 karena periode terlama Ramadan bergeser dari April pada tahun 2023 (kuartal II) menjadi Maret pada tahun 2024 (kuartal I). Pada saat yang sama ada faktor tunjangan hari raya (THR), bonus, serta kenaikan gaji dapat menahan penurunan daya beli akibat inflasi terutama bagi golongan kelas menengah.

     

    “Inflasi yang dalam tren meningkat karena kenaikan harga pangan akan menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi karena dapat mengganggu daya beli masyarakat,” ungkap Josua.

    Josua mengatakan pemerintah harus mulai merancang kebijakan untuk membantu daya beli kelas menengah dan segera dapat menurunkan inflasi pangan karena jika tidak maka kemungkinan momentum Ramadan dan Lebaran di mana tidak hanya primer, melainkan konsumsi sekunder dan tersier akan naik, bisa menjadi terganggu karena faktor inflasi pangan.

    “Kami melihat tantangan ekonomi pada periode Ramadan adalah pengendalian inflasi pangan di tengah supply yang terganggu karena El Nino, cuaca ekstrim, dan terganggunya jalur distribusi, namun demand yang meningkat secara musiman,” kata Josua.

    Di sisi lain, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Ferry Irawan mengatakan pemberian THR turut memacu peningkatan konsumsi masyarakat, terutama konsumsi yang berkaitan dengan kegiatan mudik, seperti kendaraan bermotor, pakaian, bahan makanan, maupun alat dan biaya komunikasi.

    “Pada periode Idulfitri biasanya kenaikan terbesar terjadi pada sektor transportasi dan komunikasi berada kisaran 7%, pakaian dan alas kaki 7% serta restoran dan hotel 6,7%,” ucap Ferry .

    Bila melihat pada kondisi mudik lebaran tahun 2023 memberikan kontribusi ke pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 sekitar sebesar 1,5%. Menurut Ferry, mudik lebaran tahun 2024 diperkirakan akan memberikan kontribusi yang lebih tinggi, mengingat sudah tidak ada pembatasan aktivitas akibat pandemi serta potensi pergerakan masyarakat pada mudik tahun 2024.

    “Kegiatan mudik 2024 diprediksi sebesar 193,6 juta, meningkat 69,8 juta orang atau sekitar 56% dari tahun 2023 yang sebesar 123,8 juta orang,” terang Ferry.

    Dengan berakhirnya pandemi covid-19 yang bersamaan dengan tidak adanya pembatasan kegiatan masyarakat menjadi salah satu faktor pendorong tingginya pergerakan masyarakat pada mudik 2024. Dengan demikian, masyarakat dapat beraktivitas lebih luas pada masa lebaran yang dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi nasional.

    Sementara itu, kebijakan pengendalian inflasi melalui strategi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif), terus diupayakan oleh pemerintah. Secara khusus Pemerintah melakukan sejumlah langkah kebijakan untuk menjaga stabilisasi harga pangan melalui penguatan cadangan beras pemerintah , percepatan penyaluran beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), penyaluran bantuan pangan beras, gerakan pangan murah, dan operasi pasar murah. Dengan berbagai upaya dalam menjaga agar harga pangan tetap terkendali di tengah peningkatan aktivitas ekonomi, dan diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    “Dengan didukung berbagai kegiatan yang berlangsung sepanjang tahun 2024, seperti pemilu pada kuartal I, mudik dan lebaran pada kuartal II, dan pilkada dan Nataru pada kuartal IV, pemerintah optimis ekonomi Indonesia dapat tumbuh mencapai target 5,2% pada 2024,” terang Ferry. (raf)

  • BPS : Nilai Ekspor Jatim 1,81 Miliar Dollar AS di Februari 2024

    BPS : Nilai Ekspor Jatim 1,81 Miliar Dollar AS di Februari 2024

    JATIMPEDIA, Surabaya – Nilai ekspor Jatim Februari 2024 senilai 1,81 miliar Dollar AS atau menurun sebesar 9,28 persen dibandingkan Januari 2024 yamg sebesar 1,99 miliar Dollar AS.

    Mengutip laman Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim), Selasa (9/4/2024), Kepala BPS Jatim, Zulkipli, menerangkan, nilai ekspor Jatim tersebut justru mengalami peningkatan sebesar 10,01 persen jika dibandingkan dengan Februari 2023 yang sebesar 1,64 miliar Dollar AS.

    Ekspor nonmigas Jatim pada Februari 2024 mencapai 1,72 miliar Dollar AS atau mengalami penurunan sebesar 9,85 persen dibandingkan Januari 2024 yang senilai 1,90 miliar Dollar AS.

    Nilai ekspor tersebut justru meningkat sebesar 9,80 persen dibandingkan Februari 2023 yang senilai 1,56 miliar Dollar AS.

    Sedangkan ekspor migas Februari 2024 mencapai 89,08 juta Dollar AS atau meningkat sebesar 3,32 persen dibandingkan Januari 2024 yang senilai 0,09 miliar Dollar AS.

    Nilai tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 14,11 persen jika dibandingkan Februari 2023 yang senilai 0,08 miliar Dollar AS. (eka)