Tag: #Kilang Pertamina Internasional

  • Tiap Bulan Kilang Pertamina Plaju Produksi 124.000 Kiloliter Biosolar

    Tiap Bulan Kilang Pertamina Plaju Produksi 124.000 Kiloliter Biosolar

    JATIMPEDIA, Jakarta –  PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Refinery Unit (RU) III Plaju, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), dalam beberapa tahun terakhir konsisten memproduksi 124.000 kiloliter (kl) Biosolar B35 per bulan.

    “Seluruh produksi bahan bakar minyak (BBM) biosolar itu disalurkan langsung ke Integrated Terminal (IT) Palembang guna memastikan pasokan bahan bakar yang andal bagi pengguna kendaraan diesel,” kata Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI RU III Plaju Siti Rachmi Indahsari, di Palembang, Senin.

    Dia menjelaskan, kegiatan produksi Biosolar B35 di Kilang Pertamina Plaju merupakan upaya memenuhi kebutuhan energi ramah lingkungan untuk kendaraan diesel.

    Kilang Plaju secara konsisten mendukung kebijakan energi ramah lingkungan melalui produksi Biosolar B35.

    Produk itu merupakan campuran bahan bakar solar dengan 35 persen Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang berbasis bahan bakar nabati, sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ESDM No.12 Tahun 2015.

    Proses produksi Biosolar B35 di Kilang Pertamina Plaju dimulai dengan memproduksi minyak diesel hasil distilasi kilang B35 kemudian melalui proses blending dengan FAME.

    Kilang Pertamina Plaju berkomitmen untuk terus mendukung transisi energi hijau nasional dengan memproduksi biosolar yang berkualitas tinggi dan berkelanjutan.

    “Kami berharap produksi Biosolar B35 ini dapat menjadi solusi bahan bakar yang efisien dan ramah lingkungan bagi masyarakat,” ujarnya.

    Produksi Biosolar B35 ini juga merupakan bagian dari strategi Pertamina dalam mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, sekaligus meningkatkan ketahanan energi berbasis sumber daya lokal, serta bentuk dukungan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) serta sesuai dengan prinsip Environmental, Social, Governance (ESG).

    Kilang Pertamina Plaju telah berkomitmen memproduksi biosolar sejak 2019, dimulai dengan Biosolar B20, kemudian berlanjut pada Biosolar B30 di tahun 2020, dan kini berhasil memproduksi Biosolar B35 sejak Februari 2023, kata Siti Rachmi.(raf)

  • Kilang Pertamina Dukung Penurunan Emisi Melalui Green Refinery

    Kilang Pertamina Dukung Penurunan Emisi Melalui Green Refinery

    JATIMPEDIA, Jakarta –  PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menegaskan, kesiapan dalam mendukung program pemerintah untuk mengurangi emisi karbon melalui pengembangan fasilitas produksi BBM ramah lingkungan dari green refinery yang telah dimasukkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP).

    Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman mengatakan, dalam RJPP dicanangkan pembangunan fasilitas produksi BBM ramah lingkungan atau green refinery untuk mendukung target Net Zero Emission di tahun 2060.

    Sejumlah proyek kilang ramah lingkungan sedang berjalan, termasuk pengembangan kilang Cilacap Tahap 2 yang diproyeksikan pada 2027 dengan kapasitas produksi 6 ribu barel per hari (bph) Hydrotreated Vegetable Oil (HVO).

    Adapun Tahap 1 telah selesai dengan kapasitas 3 ribu barel. Secara keseluruhan Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang terbesar Pertamina dengan kapasitas pengolahan 348 ribu barel per hari.

    “Selain itu, kilang Plaju ditargetkan rampung pada 2030 dengan kapasitas pengolahan biofuel 20 ribu bph, kilang Dumai pada 2031 dengan kapasitas 30 ribu bph, dan kilang Balikpapan pada 2034 dengan kapasitas 30 ribu bph,” ujar Taufik dalam diskusi bertajuk “Decarbonizing the Future: The Role of Green Fuel in Reducing Emissions” di Jakarta, Kamis.

    Taufik menjelaskan, KPI juga sudah siap menjalankan program pemerintah jika diberikan mandat untuk meluncurkan produk BBM solar dengan kadar sulfur rendah. Kilang Balongan saat ini sudah siap untuk memproduksi BBM dengan kadar sulfur 10 ppm.

    Saat ini, KPI siap memproduksi diesel dengan produk low sulphur 10 ppm dari Balongan. Kilang lainnya masih bervariasi.

    Namun, pada tahun depan, kilang Balikpapan akan mulai beroperasi pada 2025 dan mampu memproduksi BBM EURO 5 dengan kadar sulfur 10 ppm, baik untuk bensin (gasoline) maupun diesel.

    “Ini akan meningkatkan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Jawa dan Kalimantan,” jelas dia.

    Saat ini, KPI mampu memproduksi biofuel melalui beberapa metode. Salah satunya melalui co-processing bahan baku nabati yang dicampur dengan conventional feedstock pada existing process. Proses ini dilalui untuk memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF).

    “Kami melakukan modifikasi unit THDT untuk co-processing SAF di Kilang Cilacap dengan kapasitas 9.000 bph,” ujarnya.

    Dalam memproduksi biofuel, KPI juga melakukan pengolahan bahan baku nabati (CPO Based) dengan komposisi 100 persen yang seluruhnya menjadi feedstock Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Ini dilakukan untuk memproduksi green diesel atau B100.

    “HVO dari kilang Cilacap merupakan konversi dari feedstock RDBPO, khususnya produk renewable diesel 100 persen atau B100 dengan kapasitas 3.000 bph,” katanya.

    Arie Rachmadi, Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan, penggunaan biofuel adalah salah satu cara terbaik untuk bisa menekan emisi yang selama ini banyak dihasilkan oleh kendaraan.

    Indonesia berada di jalur yang tepat dengan keberhasilan program biodiesel, sejalan dengan tren global yang semakin mengarah pada penggunaan biofuel.

    “Salah satu fokus yang harusnya bisa dikejar adalah penggunaan gasoline ramah lingkungan karena konsumsi terbesar ada di bensin gasoline,” katanya.

    Menurut Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies (CESS) Ali Ahmudi Achyak, tantangan terbesar untuk bisa mendorong program biofuel selain pasokan bahan baku adalah harganya yang masih tinggi.

    Ini dinilai wajar karena energi baru terbarukan (EBT) masih dianggap energi mahal karena penggunaannya tidak sebanyak energi fosil. Untuk itu penetrasi dan dukungan dari pemerintah menjadi krusial.

    “Harus ada kemauan baik dari pemerintah caranya dengan memberikan insentif untuk memastikan ketersediaan feedstockFeed in tariff harus dikeluarkan,” ungkap Ali. (raf)

  • Pertamina KPPI-TPI Produksi Heavy Aromatic

    Pertamina KPPI-TPI Produksi Heavy Aromatic

    JATIMPEDIA, Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menjalin kolaborasi dengan PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dalam memproduksi heavy aromatic, yang merupakan bahan baku pelarut atau solvent.

    Saat ini, kapasitas produksi TPPI untuk menghasilkan produk heavy aromatic mencapai 18 ribu barel atau setara 2.500 metrik ton per bulan.

    “Komersialisasi heavy aromatic merupakan salah satu inisiatif PT Kilang Pertamina Internasional, selaku Sub Holding Refining & Petrochemical, dalam melakukan diversifikasi dan ekspansi portofolio produk petrokimia,” kata Vice President Commercial & Sales KPI Aji Danardono dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu.

    Aji mengatakan selama ini sinergi KPI dan TPPI telah terjalin dengan solid. KPI merupakan pemasok semua kondensat yang diolah TPPI menjadi berbagai produk petrokimia.

    “Produk-produk yang dihasilkan dari sinergi ini termasuk heavy aromaticsgasolineparaxylene, dan benzene,” jelasnya.

    Sementara itu, Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen menjelaskan heavy aromatic berfungsi untuk menjadi bahan baku produksi pelarut.

    Selain itu, Kilang TPPI yang berlokasi di Tuban, Provinsi Jawa Timur, memiliki portofolio menghasilkan produk-produk unggulan aromatik dan petroleum.

    Untuk produk aromatik mencakup paraxylene, benzene, dan orthoxylene, sementara produk petroleum mencakup mogas 92/Pertamax, mogas 90/Pertalite, dan gas oil/minyak solar.

    Aji mengatakan KPI dan TPPI serta PT Pertamina Petrochemical Trading melakukan pengapalan produk heavy aromatic dengan volume sebesar 31 ribu barel ke Hazira Port, India.

    Secara akumulatif, pada 2024, sinergi itu telah berhasil mengapalkan 56 ribu barel produk heavy aromatic menyusul pengapalan perdana pada Juni 2024.

    Sinergi tersebut dilakukan sejalan dengan target Pertamina untuk meningkatkan pendapatan dari petrokimia sebesar 10 miliar dolar AS hingga 30 miliar dolar AS pada 2030.

    Lebih lanjut, Hermansyah juga memaparkan bahwa KPI melalui unit operasi dan anak usahanya mengemban amanah menyokong industri petrokimia nasional menyusul adanya tren kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dan petrokimia hingga 2030 yang terus meningkat hingga mencapai 7.646 kiloton per tahun.

    Sementara, saat ini kapasitas domestik baru dapat memproduksi produksi sekitar 1.000 kiloton produk per tahun.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa KPI melakukan transformasi bisnis model kilang dan petrokimia guna mewujudkan visi profitable refinery.

    “Selain TPPI, KPI telah mengembangkan kilang petrokimia terintegrasi termasuk polypropylene di Kilang Plaju, yang memproduksi Polytam (Polypropylene Pertamina), kilang paraxylene di Cilacap yang memproduksi paraxylene dan benzene serta produk lainnya, dan Kilang OCU (Olefin Convertion Unit) di Balongan yang memproduksi propylene,” kata Hermansyah.

    Agresivitas portofolio kilang petrokimia terintegrasi KPI ditunjukkan dari performanya.

    Adapun TPPI saat ini mampu mengolah hingga 100 ribu barel per hari kondensat dan/atau nafta, menghasilkan 780 ribu ton paraxylene per tahun, 528 ribu ton benzene per tahun, dan 112 ribu ton orthoxylene per tahun.

    Selain itu, Kilang TPPI juga mampu memproduksi LPG hingga 140 ribu ton per tahun, 1 juta ton light naphtha per tahun, 3,6 juta barel gas oil per tahun, dan 23,7 juta barel migas (92 dan 90) per tahun.

    Pascarestrukturisasi holding-subholding Pertamina, lanjutnya, kegiatan bisnis dilakukan dengan spirit “One Pertamina” yang berorientasi pada kolaborasi untuk memperkuat sinergi.

    Pengapalan kargo heavy aromatic merupakan bagian dari Strategic Initiative Diversifikasi dan Optimasi Komersialisasi Produk Petrochemical dan dilakukan bersama dengan dengan Direktorat Operasi KPI, TPPI dan PT Pertamina Petrochemical Trading.

    “Ke depannya KPI bersama-sama dengan Subholding Pertamina lainnya akan terus melakukan kolaborasi dan optimasi dalam produksi dan penjualan produk-produk petrokimia yang ramah lingkungan, serta dapat turut serta memberikan kontribusi positif untuk Indonesia,” tutur Hermansyah.

    KPI merupakan anak perusahaan Pertamina yang menjalankan bisnis utama pengolahan minyak dan petrokimia sesuai dengan prinsip lingkungan, sosial dan tata kelola (environmentsocial & governance/ESG).

    KPI juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi operasional sebagai bagian dari penerapan aspek ESG.(cin)

  • Pertamina Percepat Proyek Green Refinery Kilang Cilacap

    Pertamina Percepat Proyek Green Refinery Kilang Cilacap

    JATIMPEDIA, Jakarta –  PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refinery & Petrochemical Pertamina, terus berkomitmen menyelesaikan Green Refinery Cilacap, sebuah proyek strategis nasional (PSN) dengan target kapasitas produk biofuel hingga 6.000 barel.

    Proyek itu merupakan salah satu program unggulan dalam transisi energi untuk mewujudkan target pemerintah bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen pada 2025.

    Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, menjelaskan Green Refinery Cilacap dapat menjawab tantangan produk yang lebih ramah lingkungan, karena kilang tersebut dapat memproduksi hydrotreated vegetable Oil (HVO) atau bahan bakar dengan komponen nabati.

    Selain itu, juga memproduksi produk bionafta dan bioavtur/sustainable aviation fuel (SAF) yang berbahan baku minyak inti kelapa sawit (yang telah melalui proses refined, bleached, and deodorized yang diolah bersamaan dengan avtur fosil melalui metode co-processing.

    “Dengan kemampuan untuk mengolah sumber energi nabati, proyek Kilang Cilacap ini dapat memberikan nilai tambah bagi bangsa. Hal ini semakin diperkuat oleh pengalaman dan keahlian KPI di bisnis kilang, sejalan dengan perannya sebagai induk usaha kilang dan petrokimia Pertamina,” ujar Hermansyah.

    Kilang Cilacap merupakan contoh kilang terintegrasi yang sejalan dengan transisi energi. Proyek itu ditargetkan dapat menambah kapasitas produksi dari 3.000 barel per hari menjadi 6.000 barel produk HVO, SAF, dan bionafta yang berasal dari used cooking oil (UCO) atau minyak jelantah.

    Unit baru dari Green Refinery Cilacap tersebut juga akan dilengkapi dengan infrastruktur termasuk palm oil treater, faractionator, dan fasilitas offsite.

    Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menuturkan Green Refinery Cilacap memiliki peran besar dalam energi transisi di Indonesia sejalan dengan produk ramah lingkungan yang akan diproduksinya.

    “Proyek green refinery ini akan berdampak positif mendukung program bauran energi pemerintah serta tercapainya pengurangan emisi menuju net zero emission,” kata Fadjar.(raf)

  • Kolaborasi Pertamina NRE dan KPI Kolaborasi Sediakan Energi Rendah Karbon

    Kolaborasi Pertamina NRE dan KPI Kolaborasi Sediakan Energi Rendah Karbon

    JATIMPEDIA, Jakarta –  Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) berkolaborasi dengan melakukan penandatanganan perjanjian studi bersama terkait pengelolaan dan penyediaan pembangkit tenaga listrik rendah karbon di area operasi KPI.

    John Anis, CEO Pertamina NRE mengatakan, langkah ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina Group untuk aktif dan menjadi penggerak dalam pengembangan energi baru dan terbarukan serta upaya menekan emisi karbon.

    Kerjasama ini berfokus pada upaya pengelolaan aset pembangkit listrik baik berupa pembangunan dan pengoperasian pembangkit baru (new capacity installation) maupun pemeliharaan pembangkit eksisting (maintenance asset), dan pembangunan fasilitas atau penyediaan energi rendah karbon di lingkungan KPI.

    “Kerjasama ini komitmen Pertamina untuk menjaga ketahanan energi nasional sembari terus berupaya melakukan inisiatif-inisiatif untuk menekan emisi karbon,” kata John dalam keterangan resmi, Senin (24/6).

    Direktur Utama KPI Taufik Adityawarman menyatakan sangat mendukung kerja sama ini. KPI sangat menyambut baik rencana pemanfaatan energi ramah lingkungan yang sejalan dengan semangat Pertamina serta peta jalan NZE KPI di tahun 2023.

    “Semoga kerja sama ini mampu menjadi wadah peningkatan pengetahuan untuk meningkatkan kehandalan operasional kilang. Dan juga menjadi sarana dalam mengimplementasikan energi masa depan yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” tambah Taufik.

    Selain berkomitmen menekan emisi karbon dalam operasionalnya, menurut Taufik KPI juga terus mengembangkan produk yang lebih ramah lingkungan. KPI juga terus menunjukkan komitmen terhadap produksi energi bersih melalui produk seperti HVO, LSFO V 1250, Musicool, dan Biosolar 30 (B30), yang semuanya menunjukkan dedikasi PT KPI terhadap inisiatif dekarbonisasi dan keberlanjutan.

    Inisiatif-inisiatif dalam pengembangan energi baru dan terbarukan serta dekarbonisasi yang dilakukan Pertamina NRE dan KPI juga bagian terintegrasi dari implementasi aspek environment, social, and governance (ESG) serta dukungan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama tujuan ke-13, yaitu penanganan perubahan iklim.(raf)

  • Kilang Balongan Siap Penuhi Kebutuhan BBM Ramadhan-Idul Fitri

    Kilang Balongan Siap Penuhi Kebutuhan BBM Ramadhan-Idul Fitri

    JATIMPEDIA, Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) VI Balongan memastikan produksi bahan bakar minyak (BBM) pada seluruh kilang di wilayah kerjanya dapat memenuhi kebutuhan selama masa libur Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriah/2024 Masehi.

    Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman dalam keterangannya, di Indramayu, Jawa Barat, Senin, mengatakan kesiapan itu telah dibahas secara komprehensif dalam rapat koordinasi Management Walkthrough (MWT) bersama jajaran direksi holding dan subholding, di RU VI Balongan.
    Menurut dia, secara umum produksi di seluruh kilang milik PT KPI berjalan optimal, sehingga diestimasikan dapat memasok kebutuhan BBM selama Lebaran nanti.
    “Secara umum kilang di PT KPI tengah beroperasi secara optimal. Produksi dari seluruh kilang mencapai 1.100.000 barel per hari,” ujarnya.
    Selain itu, pihaknya pun telah membentuk satuan tugas (satgas) khusus yang menjamin kelancaran dalam pemenuhan kebutuhan BBM bagi masyarakat. “Tim Satgas Ramadhan dan Idul Fitri (RAFI) 2024 ini sudah bertugas, serta akan siaga hingga H+14 Lebaran,” ujarnya pula.
    General Manager PT KPI RU VI Balongan Sugeng Firmanto menyampaikan bahwa koordinasi dengan unit bisnis Pertamina di Balongan serta otoritas lainnya terus dijaga, agar kegiatan produksi maupun penyaluran BBM berjalan maksimal.
    Ia menyebut koordinasi juga dilakukan pada aspek keamanan, dengan melibatkan tenaga pengaman internal serta aparat kepolisian dan TNI di wilayah setempat.
    “Untuk menjaga kelancaran kegiatan operasi selama masa RAFI 2024, mulai level supervisor di tingkat operasional sampai manager akan kami standby-kan untuk tetap bekerja,” kata dia pula.
    Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Emma Sri Martini menambahkan PT KPI RU VI Balongan perlu memperhatikan aspek common symptom atas lesson learn suatu insiden dengan menjamin kesiapan kamera CCTV serta pergantian manpower yang sesuai.
    Emma mengatakan hal tersebut harus diterapkan karena diprediksi selama musim libur kali ini, akan ada peningkatan mobilisasi khususnya terkait pasokan kebutuhan BBM.
    “Kami sangat mengapresiasi atas persiapan yang sudah dilakukan seluruh Kilang PT KPI dalam menjaga pasokan BBM,” ujar dia lagi. (raf)