Tag: #BadanPusatStatistik

  • BPS Catat RI Alami Deflasi 0,37% pada Mei 2025

    BPS Catat RI Alami Deflasi 0,37% pada Mei 2025

    JATIMPEDIA, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Mei 2025 terjadi deflasi sebesar 0,37% secara bulanan (mtm). Sementara secara tahunan (year on year/yoy), menunjukkan tingkat inflasi sebesar 1,60%.

    “Tingkat deflasi Mei 2025 terjadi lebih dalam dibandingkan deflasi Mei 2024,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, Senin 92/6/2025).

    Pudji menjelaskan, pada kelompok pengeluaran, penyumbang inflasi terbesar pada Mei 2025 terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan deflasi sebesar 1,40% dengan andil 0,41%.

    “Komoditas yang dominan mendorong deflasi pada kelompok ini adalah cabai merah dan cabai rawit dengan masing-masing memberikan andil 0,12 persen,” jelasnya.

    Adapun komoditas lain yang memberikan andil deflasi pada kelompok tersebut adalah bawang merah dengan andil deflasi 0,09%. Kemudian, ikan segar dengan andil 0,05 persen, bawang putih dengan andil 0,04%, dan daging ayam ras 0,01%.

    “Selain itu, terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi pada Mei 2025 antara lain, tomat dengan andil inflasi 0,03%, tarif pulsa ponsel 0,02 persen, dan tarif angkutan udara 0,01%,” ungkapnya.

    Secara rinci, kata Pudji, berdasarkan komponen deflasi yang terjadi di Mei 2025 utamanya didorong oleh komponen bergejolak. Komponen ini mengalami deflasi 2,48% dengan andil deflasi sebesar 0,41%.

    “Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen bergejolak adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih,” paparnya.

    Selanjutnya, komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,02%. Komponen ini juga memberikan andil inflasi sebesar 0,01%. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah tarif angkutan antar kota dan bensin.

    Sementara, untuk komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,08% dengan andil sebesar 0,08%. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah tarif pulsa ponsel, emas perhiasan, dan kopi bubuk.

    Pudji menyebutkan, sebaran inflasi bulanan menurut wilayah, ada 31 provinsi yang mengalami deflasi dan 7 provinsi lainnya mengalami inflasi.

    “Deflasi terdalam terjadi di Gorontalo sebesar 1,68 persen month to month (mtm). Sedangkan, inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan sebesar 0,91 persen mtm,” tandasnya. (cin)

  • Mei 2025, BPS Gresik Catat Inflasi 0,6 Persen, Dipengaruhi Penurunan Harga Ikan dan Cabai

    Mei 2025, BPS Gresik Catat Inflasi 0,6 Persen, Dipengaruhi Penurunan Harga Ikan dan Cabai

    JATIMPEDIA, Gresik  – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gresik mencatat, inflasi tahun ke tahun (year on year/y-on-y) pada Mei 2025 di Gresik sebesar 0,60 persen. Angka ini menjadi yang terendah di antara kabupaten/kota Index Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur, meski sebagian kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga.

    Kepala BPS Kabupaten Gresik, Indriya Purwaningsih, menyampaikan bahwa inflasi ini disebabkan naiknya harga pada sejumlah kelompok pengeluaran.

    “Kelompok pengeluaran yang paling tinggi menyumbang inflasi adalah kesehatan, dengan kenaikan sebesar 7,97 persen, disusul perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,47 persen, serta pendidikan sebesar 2,48 persen,” jelasnya.

    Dirinya menambahkan bahwa salah satu pemicu utama inflasi adalah meningkatnya tarif layanan kesehatan. “Kami mencatat kenaikan tarif rumah sakit, tarif dokter umum, dan dokter spesialis sebagai penyumbang terbesar pada kelompok kesehatan,” ungkapnya.

    Meskipun demikian, Gresik mencatat deflasi secara bulanan (month to month/m-to-m) sebesar 0,51 persen. Penurunan ini utamanya berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang mengalami deflasi 1,66 persen. Komoditas yang paling berpengaruh antara lain cabai rawit, bawang merah, ikan mujair, daging ayam ras, dan bawang putih.

    “Deflasi pada bulan Mei ini merupakan yang terdalam selama tahun 2025. Ini menunjukkan penurunan harga bahan pangan yang cukup signifikan dan juga dipengaruhi faktor cuaca seperti kemarau basah,” terang Indriya.

    Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, inflasi Gresik mengalami penurunan yang cukup tajam. Pada Mei 2024, inflasi y-on-y mencapai 2,84 persen, sementara tahun ini hanya 0,60 persen. Sementara itu, inflasi tahun kalender (year to date/y-to-d) Gresik hingga Mei 2025 tercatat 0,46 persen, juga lebih rendah dari tahun lalu di periode yang sama.

    “Kami berharap masyarakat tetap bijak dalam berbelanja dan terus memantau pergerakan harga, terutama pada sektor-sektor penting seperti kesehatan, pendidikan, dan bahan pangan,” tutupnya. (eka)

    _Sumber Data: Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Gresik_

  • Triwulan I-2025, Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 1,14 persen

    Triwulan I-2025, Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 1,14 persen

    JATIMPEDIA, Surabaya – Ekonomi Jawa Timur tumbuh 1,14 persen (q-to-q) pada triwulan I-2025 dibanding triwulan IV-2024. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 14,17 persen. Sektor Industri Pengolahan sebagai penyumbang terbesar PDRB juga tumbuh 1,48 persen. Sebaliknya, sektor Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor terkontraksi 0,76 persen, dan sektor Konstruksi terkontraksi 8,25 persen.

    Beberapa sektor lain yang mencatat pertumbuhan signifikan antara lain Jasa Keuangan 6,19%, Pengadaan Listrik dan Gas 4,56%, Jasa Pendidikan 4,22%, dan Informasi dan Komunikasi 3,59%

    “Secara y-on-y hampir semua kategori mengalami pertumbuhan positif kecuali lapangan usaha pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang yang terkontraksi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang terjadi puncak masa panen komoditas tanaman pangan.” kata kepala BPS Jawa Timur Zulkipli.

    Struktur PDRB Jawa Timur atas dasar harga berlaku tidak banyak berubah. Industri Pengolahan tetap mendominasi dengan kontribusi 31,42 persen, diikuti Perdagangan Besar-Eceran (18,70%), Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (10,22%), serta Konstruksi (8,49%). Keempat sektor ini menyumbang 68,83 persen terhadap PDRB Jawa Timur.

    “Lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib yang tumbuh positif dipicu oleh pembayaran tunjangan hari raya TNI, Polri, ASN dan PNS di bulan Maret. Kinerja triwulan I-2025 juga ditopang oleh meningkatnya produksi pertambangan migas Jawa Timur yang sebelumnya terkontraksi.” ujarnya.

    Komponen Ekspor Barang dan Jasa tumbuh 2,18 persen, dan Konsumsi Rumah Tangga naik 0,77 persen. Sementara itu, tiga komponen mengalami kontraksi yakni Konsumsi Lembaga Nonprofit (PK-LNPRT) -0,96%, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) -6,40% dan Konsumsi Pemerintah (PK-P) -22,95%.

    Impor Barang dan Jasa juga terkontraksi sebesar 4,13 persen. Struktur PDRB menurut pengeluaran tetap stabil dengan komposisi terbesar berasal dari Konsumsi Rumah Tangga 60,94%, Ekspor Barang dan Jasa 48,39%, PMTB 26,15%, Konsumsi Pemerintah 3,16%, Konsumsi Lembaga Nonprofit 1,31% dan Impor (pengurang) 40,54%.

    Pada triwulan I-2025, DKI Jakarta memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Pulau Jawa sebesar 29,35 persen. Disusul oleh Jawa Timur (25,11%), Jawa Barat (22,50%), Jawa Tengah (14,49%), Banten (6,99%), dan DI Yogyakarta (1,56%).

    Dari sisi pertumbuhan tahunan (y-on-y), Provinsi Banten mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 5,19 persen, diikuti DI Yogyakarta (5,11%), Jawa Timur (5,00%), Jawa Barat (4,98%), Jawa Tengah (4,96%), dan DKI Jakarta (4,95%). (cin)

     

  • BPS : Inflasi April 2025 Capai 1,17 Persen

    BPS : Inflasi April 2025 Capai 1,17 Persen

    JATIMPEDIA, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) di April 2025 menunjukkan inflasi sebesar 1,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara secara tahunan (yoy), menunjukkan tingkat inflasi sebesar 1,95 persen.

    “Inflasi April 2025 lebih rendah dibanding bulan sebelumnya, namun lebih tinggi dibandingkan April 2024,” kata Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini di Kantor Pusat BPS, Jumat (2/5).

    Pudji mengatakan, tingkat inflasi tahun kalender per April 2025 sebesar 1,56 persen. Penyumbang inflasi bulanan terbesar utama pada bulan April ini berasal kelompok tarif listrik dengan andil inflasi 0,98 persen.

    Komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 5,21 persen, dengan andil inflasi 0,98 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api. Kemudian, komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 0,04 persen, dengan andil deflasi 0,01 persen.

    Dengan komoditas penyumbang adalah cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras, wortel, dan jagung manis.

    “Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,31 persen dengan andil inflasi sebesar 0,20 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan dan mobil,” ungkapnya.

    Informasi penting disajikan secara kronologis Pudji mencatat 37 provinsi di Indonesia mengalami inflasi, sementara satu provinsi mengalir deflasi. Adapun total provinsi Indonesia saat ini ada 38 provinsi.

    “Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Barat sebesar sebesar 1,77 persen. Sementara deflasi terjadi di Papua Pegunungan sebesar 0,90 persen,” pungkasnya. (cin)

  • BPS : Maret 2025 Surplus Dagang RI Capai 4,33 Miliar Dolar AS

    BPS : Maret 2025 Surplus Dagang RI Capai 4,33 Miliar Dolar AS

    JATIMPEDIA, Jakarta – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan Indonesia meraih surplus dagang sebesar 4,33 miliar dolar AS atau Rp72,78 triliun (kurs Rp16.809) pada bulan Maret 2025.

    “Pada Maret 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar 4,33 miliar dolar AS atau naik sebesar 1,23 miliar dolar AS secara bulanan,” kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

    Angka tersebut berasal dari selisih ekspor pada Maret 2025 yang mencapai 23,25 miliar dolar AS atau Rp390,643 triliun dan impor yang mencapai 18,92 miliar dolar AS atau Rp317,94 triliun.

    Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, Amerika Serikat (AS) konsisten menjadi salah satu penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia selama 2015 hingga 2025 atau satu dekade terakhir, bersama dengan India dan Filipina.

    “India, Filipina dan Amerika Serikat merupakan penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia dalam 10 tahun terakhir,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin.

    Ia menyatakan pihaknya melakukan tinjauan khusus perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat untuk memberikan gambaran yang relevan terkait penerapan tarif resiprokal oleh negara tersebut.

    Apabila dilihat dari neraca dagang, menurut Amalia volume perdagangan dengan AS mengalami tren peningkatan dalam 10 tahun terakhir yang ditopang peningkatan pesat ekspor nonmigas.

    “Surplus neraca perdagangan tertinggi dengan Amerika Serikat terjadi pada tahun 2022, yakni sebesar 16,57 miliar dolar AS (Rp278,54 triliun, kurs Rp16.810),” katanya.

    Lebih lanjut, dia mencontohkan komoditas unggulan Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat selama periode Januari sampai dengan Maret 2025 yakni mesin dan perlengkapan elektrik, dengan nilai ekspor 1,2 miliar dolar AS atau Rp20,1 triliun, sektor alas kaki dengan nilai ekspor 657,9 juta dolar AS atau Rp11 triliun, yang memiliki kontribusi 9,01 persen dari total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat yang sebesar 7,3 miliar dolar AS atau Rp122 triliun.

    Selain kedua sektor tersebut, Amalia menyatakan subsektor pakaian dan aksesoris rajutan maupun bukan rajutan juga memberikan kontribusi signifikan terhadap ekspor Indonesia ke AS, dengan persentase 16,39 persen serta memiliki nilai sebesar 1,19 miliar dolar AS atau Rp20 triliun.

    Sementara sektor lemak dan minyak hewan nabati memberikan andil ekspor sebanyak 6,94 persen, dengan nilai 507,19 juta dolar AS atau Rp8,52 triliun.

    “Sepanjang Januari sampai dengan Maret 2025 nilai ekspor keempat komoditas ini mengalami peningkatan yang relatif baik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu,” kata dia.

    Sedangkan untuk impor, disampaikan Amalia, Indonesia membeli produk mesin/peralatan mekanik, biji dan buah mengandung minyak, mesin/perlengkapan elektrik, ampas dan sisa industri makanan, serta instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis dengan nilai perdagangan secara keseluruhan pada Januari hingga Maret 2025 mencapai 2,98 miliar dolar AS atau Rp50,12 triliun. (cin)

  • NTP Jatim Naik 0,64 Persen pada Maret 2025

    NTP Jatim Naik 0,64 Persen pada Maret 2025

    JATIMPEDIA, Surabaya – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim) Zulkipli menyatakan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Maret 2025 adalah sebesar 111,61 atau naik 0,64 persen dari 110,90 dibandingkan Maret 2024.

    “NTP salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan,” kata Zulkipli, di Surabaya, Selasa.

    Zulkipli menuturkan kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (lt) naik 0,98 persen, sedangkan indeks harga yang dibayarkan petani (lb) turun 0,27 persen.

    Kenaikan NTP ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,99 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 1,34 persen.

    Pada Maret 2025, dua subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP dan tiga subsektor lainnya mengalami penurunan NTP.

    Subsektor yang mengalami kenaikan NTP tertinggi, yaitu subsektor hortikultura sebesar 10,51 persen dari 133,38 menjadi 147,40 dan diikuti subsektor peternakan sebesar 0,98 persen dari 100,35 menjadi 101,33.

    Sementara itu, subsektor yang mengalami penurunan NTP terdalam, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 1,59 persen dari 110,27 menjadi 108,52 dan diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,89 persen dari 118,23 menjadi 117,18 dan subsektor perikanan sebesar 0,21 persen dari 100,45 menjadi 100,24.

    Selanjutnya, sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap kenaikan indeks harga yang dibayar petani adalah tarif listrik, bawang merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, beras, kelapa tua, semangka, bibit bawang merah, dan sigaret kretek mesin (SKM).

    Sedangkan sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap penurunan indeks harga yang dibayar petani pada Maret 2025 adalah kacang panjang, tomat sayur, terong, bakalan sapi (umur > 12 bulan), buncis, bekatul, jeruk, kangkung, bensin, dan sawi hijau.(eka)

  • Diskon Tarif Listrik Penyebab Jatim Deflasi 0,59 Persen Februari 2025

    Diskon Tarif Listrik Penyebab Jatim Deflasi 0,59 Persen Februari 2025

    JATIMPEDIA, Surabaya – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat deflasi Jatim sebesar 0,59 persen (month-to-month/mtm) pada Februari 2025 yang dipengaruhi oleh turunnya beberapa harga komoditas mulai dari tarif listrik, bawang merah, cabai rawit, daging ayam ras, tomat, kacang panjang dan cabai merah.

    “Pada Februari kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi yang didorong penurunan beberapa harga komoditas,” kata Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli dalam konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Senin.

    Zulkipli menjelaskan tarif listrik pada Februari mengalami deflasi hingga 25,03 persen sehingga memiliki andil terhadap deflasi secara keseluruhan sebesar 0,7 persen.

    Untuk bawang merah mengalami deflasi 16,58 persen dengan andil 0,07 persen, cabai rawit mengalami deflasi 5,92 persen dengan andil 0,03 persen, daging ayam ras deflasi 1,46 persen dengan andil 0,03 persen.

    Untuk tomat mengalami deflasi 12,82 persen dengan andil 0,02 persen, kacang panjang deflasi 14,96 persen dengan andil 0,01 persen sedangkan cabai merah deflasi 6,54 persen dengan andil 0,01 persen.

    Ia mengatakan dengan terjadinya deflasi pada Februari maka inflasi tahun kalender Februari 2025 terhadap Desember 2024 sebesar minus 1,13 persen (year-to-date/ytd) dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Februari 2025 terhadap Februari 2024 sebesar minus 0,03 persen.

    “Ini sudah terjadi dua kali deflasi yaitu Januari dan Februari 2025,” ujarnya.

    Dari 11 kabupaten/kota keseluruhannya mengalami deflasi dengan tertinggi terjadi di Kediri sebesar 0,98 persen (mtm) sedangkan deflasi terendah adalah Sumenep sebesar 0,17 persen (mtm).

    Sedangkan kota lain yaitu Banyuwangi 0,24 persen, Probolinggo 0,43 persen, Surabaya 0,53 persen, Malang 0,69 persen, Tulungagung 0,72 persen, Jember 0,76 persen, Madiun 0,78 persen, Gresik 0,8 persen, dan Bojonegoro 0,84 persen.

    “Dari 38 provinsi sebanyak 33 provinsi mengalami deflasi. Jadi semua bisa melihat bahwa perkembangan-perkembangan harga sepanjang Februari memang cenderung ke arah negatif,” kata Zulkipli. (cin)

  • Konsumsi Warga Selama Ramadan 2025 Diproyeksikan Capai Rp1.188 Triliun

    Konsumsi Warga Selama Ramadan 2025 Diproyeksikan Capai Rp1.188 Triliun

    JATIMPEDIA, Jakarta –  Momen Ramadan 2025 diprediksi akan mengalami lonjakan konsumsi yang signifikan, meskipun konsumen akan lebih berhati-hati atau lebih selektif dalam membelanjakan uangnya.

    Berdasarkan laporan terbaru dari Redseer Strategy Consultants, total belanja masyarakat Indonesia selama Ramadan 2025 diperkirakan mencapai US$ 73 miliar atau setara Rp 1.188 triliun.

    “Ini setara dengan sekitar US$ 300 per orang, menyoroti besarnya daya beli konsumen Indonesia selama musim  Ramadan,” tulis Redseer dalam laporannya, dikutip Minggu(23/2/2025).

    Berdasarkan survei yang dilakukan, sebanyak 93% konsumen Indonesia menyatakan antusiasmenya dalam menyambut Ramadan tahun ini.

    Kaum muda perkotaan menjadi kelompok yang paling bersemangat dan diperkirakan akan menjadi konsumen terbesar dalam berbagai sektor belanja.

    Namun, kehati-hatian dalam pengeluaran menyebabkan sebagian masyarakat menunda pembelian barang-barang bernilai tinggi. “Kehati-hatian di antara konsumen telah menyebabkan mereka menunda beberapa pembelian tiket (barang) mahal,” katanya.

    Kendati begitu, dengan cairnya Tunjangan Hari Raya (THR), diperkirakan akan terjadi lonjakan belanja barang mewah.

    Bagi mereka yang menunda pembelian besar, dana yang tersisa kemungkinan akan dialihkan ke pembelian produk dengan harga lebih terjangkau, seperti barang tren dan produk yang telah lama diinginkan.

    Seperti tahun-tahun sebelumnya, sektor belanja yang mendominasi meliputi grocery (kebutuhan sehari-hari, makanan di luar, fashion serta produk kecantikan dan perawatan wanita.

    Namun, laporan Redseer juga mencatat bahwa kategori Gifting (Hadiah) serta Kesehatan & Kebugaran diperkirakan akan mengalami lonjakan signifikan.

    Meskipun memiliki harga tinggi, sektor perjalanan juga mengalami peningkatan signifikan dalam belanja konsumen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Hal ini mencerminkan tingginya minat masyarakat untuk melakukan perjalanan selama Ramadan dan Idul Fitri, baik untuk mudik maupun liburan.

    “Perjalanan adalah kategori menarik lainnya, meskipun memiliki harga tiket yang tinggi namun memiliki salah satu peningkatan tertinggi dalam pengeluaran konsumen dari tahun ke tahun,” tulis Redseer.

    Ada beberapa alasan yang membuat konsumsi masyarakat akan meningkat selama Ramadan 2025.

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi mencapai 5,0% pada 2025, melanjutkan tren ekspansi moderat dari tahun sebelumnya. Kebijakan moneter juga mengalami perubahan dengan Bank Indonesia yang baru-baru ini memangkas suku bunga acuan menjadi 5,75% guna mendorong pertumbuhan di tengah volatilitas pasar keuangan dan pelemahan rupiah.

    Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekspor yang cenderung melemah.

    Dengan inflasi yang tetap terkendali di angka 1,57% pada Desember 2024 dan meningkatnya kepercayaan konsumen di beberapa wilayah, pasar ritel diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih stabil, meskipun dengan sikap optimisme yang berhati-hati dari masyarakat.

    “Merek (perusahaan ritel) harus mengharapkan optimisme yang hati-hati dari pembeli,” katanya. (cin)

  • Jelang Ramadan, Impor Kurma Melonjak Jadi 16.430 Ton

    Jelang Ramadan, Impor Kurma Melonjak Jadi 16.430 Ton

    JATIMPEDIA, Surabaya –  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan impor kurma pada Januari 2025 atau menjelang Ramadan 1446 Hijriah.

    Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, volume impor kurma Januari 2025 mencapai 16.430 ton dengan nilai 20,68 juta dolar Amerika Serikat (AS). Jumlah ini meningkat 5.871 ton dibandingkan Desember 2024 yang tercatat 10.555 ton.

    Tren kenaikan imporkurma sudah terlihat sejak Oktober 2024. “Dapat dilihat tren impor kurma dalam beberapa bulan terakhir sudah mulai meningkat sebagai persiapan menjelang Ramadan dan Lebaran,” kata Amalia, dikutip Selasa (18/2/2025).

    Amalia menjelaskan, impor kurma Januari 2025 didominasi dari Mesir sebanyak 10.150 ton atau 61,80 persen dari total impor. Arab Saudi menyusul dengan volume 1.880 ton atau 11,42 persen, diikuti Uni Emirat Arab dengan 1.760 ton atau 10,71 persen dari total impor kurma.

    Selain kurma, sejumlah komoditas pangan lain juga mengalami peningkatan menjelang Ramadan dan Lebaran 2025. Impor gula tercatat 208.800 ton dengan nilai 162,8 juta dolar AS.

    Namun, dibandingkan Desember 2024, nilainya turun 42,39 persen. Impor daging sapi mencapai 18.200 ton dengan nilai 61,2 juta dolar AS, turun 39,62 persen secara bulanan.

    Sementara itu, impor gandum dan meslin tercatat 728.000 ton dengan nilai 208,4 juta dolar AS. Secara nilai, terjadi kenaikan 8,29 persen, tetapi volume turun 34,77 persen dibandingkan bulan sebelumnya.(raf)

  • BPS : Produksi Beras Januari-Maret Diproyeksikan Tumbuh 52,32 Persen

    BPS : Produksi Beras Januari-Maret Diproyeksikan Tumbuh 52,32 Persen

    JATIMPEDIA,  Jakarta  – Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan produksi beras secara nasional pada periode Januari-Maret 2025 diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai 52,32 persen.

    “Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), potensi produksi beras Januari-Maret 2025 diperkirakan mencapai 8,67 juta ton, meningkat tajam sebesar 52,32 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 yang tercatat sebesar 5,69 juta ton,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

    Peningkatan itu sejalan dengan meluasnya potensi luas panen padi yang diperkirakan mencapai 2,83 juta hektare. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 970.330 hektare atau 52,08 persen dibandingkan dengan luas panen pada Januari-Maret 2024 yang hanya sebesar 1,86 juta hektare.

    Amalia juga menyampaikan rata-rata harga beras di tingkat petani, penggilingan, grosir, dan eceran. Rata-rata harga beras di penggilingan pada bulan Januari 2025 turun sebesar 4,30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

     

    “Harga beras ini turun 4,30 persen secara tahunan alias year on year (yoy),” ujarnya.

    Menanggapi hal itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa capaian itu merupakan hasil dari upaya sinergis berbagai pihak dalam meningkatkan produktivitas pertanian nasional.

    “Peningkatan produksi ini tidak terlepas dari perbaikan infrastruktur irigasi termasuk pompanisasi, ketersediaan pupuk bersubsidi yang memadai, serta implementasi teknologi pertanian modern yang lebih efisien,” kata Mentan.

    Mentan juga mengapresiasi pencapaian itu sebagai bukti nyata efektivitas berbagai program strategis yang dijalankan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

    Menurutnya, peningkatan produksi beras itu menunjukkan keberhasilan langkah-langkah strategis Kementerian Pertanian dalam mendorong produktivitas. Pihaknya akan terus bekerja keras memastikan ketersediaan pangan nasional terjaga dengan baik.

     

    Lebih lanjut, Mentan menegaskan bahwa keberhasilan itu juga dicapai melalui implementasi berbagai program unggulan, seperti optimasi lahan rawa, pompanisasi, perluasan areal tanam, serta mekanisasi pertanian.

    “Program-program ini terbukti efektif dalam meningkatkan produktivitas lahan dan efisiensi usaha tani, sehingga berdampak langsung pada peningkatan hasil panen dan ketersediaan beras nasional,” ujarnya pula.

    Ia juga mengatakan, pompanisasi merupakan salah satu program andalan yang berperan penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

    Melalui program itu, Kementerian Pertanian memfasilitasi penggunaan pompa air untuk mengatasi keterbatasan irigasi, khususnya di lahan-lahan tadah hujan dan daerah yang mengalami kekeringan.

     

    Dengan sistem pompanisasi, petani dapat mengairi lahan mereka secara lebih efektif, meningkatkan indeks pertanaman, dan memperluas masa tanam sepanjang tahun.

    “Kami optimis, dengan dukungan penuh Bapak Presiden Prabowo, berbagai pihak terkait dan kebijakan yang tepat, Indonesia mampu mencapai swasembada pangan secepatnya dan menghentikan impor beras selamanya di masa mendatang,” katanya lagi.

    Mentan melanjutkan bahwa peningkatan signifikan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, khususnya dalam menjaga stabilitas harga beras di pasar domestik serta meningkatkan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia.

    Pada kesempatan ini, kata Mentan, BPS juga mencatat nilai tukar petani (NTP) mencapai 123,68 pada Januari 2025. NTP ini meningkat 0,73 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 122,78.

     

    “Komoditas yang mempengaruhi harga yang diterima petani nasional adalah cabai rawit, cabai merah, kakao atau coklat biji, dan gabah,” kata Mentan. (raf)