Tag: #badan pusat statistik

  • BPS : Jawa Timur Jadi Destinasi Wisata Favorit Wisatawan Nusantara

    BPS : Jawa Timur Jadi Destinasi Wisata Favorit Wisatawan Nusantara

    JATIMPEDIA, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) sepanjang November 2024 mencapai 80,62 juta perjalanan, dengan wilayah Jawa Timur dan Sumatra Utara sebagai destinasi favorit.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, jumlah perjalanan wisatawan nasional tersebut turun secara bulanan (month-to-month/mom) sebesar 1% dibandingkan dengan Oktober 2024 yang tercatat sebesar 81,43 juta perjalanan.

    “Secara historis kita bisa lihat jumlah perjalanan wisnus di bulan November ini biasanya memang lebih rendah dan salah satu penyebabnya adalah karena jumlah event atau festival pada November biasanya tidak sebanyak bulan-bulan sebelumnya,” kata Pudji, dikutip Jumat (3/1/2025).

    Sementara itu, secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan November 2023, jumlah perjalanan wisnus pada November 2024 mengalami peningkatan sebesar 33,62%.

    Secara kumulatif periode Januari hingga November 2024, total perjalanan wisnus tercatat mencapai 919,99 juta perjalanan. Angka ini meningkat sebesar 22,81% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

    Dari total perjalanan yang dilakukan pada November 2024, sebanyak 80,61 juta perjalanan merupakan perjalanan bisnis. Sebagian besar, yakni 69,87%, dilakukan di Pulau Jawa. Jawa Timur menjadi provinsi tujuan utama dengan proporsi perjalanan bisnis mencapai 20,26%.

    Sementara itu, Sumatra Utara menjadi provinsi di luar Pulau Jawa yang mencatat jumlah perjalanan bisnis tertinggi, dengan kontribusi sebesar 4,17% dari total perjalanan wisnus. (raf)

  • Ekonomi Sampang Tumbuh Hingga 7,65 Persen

    Ekonomi Sampang Tumbuh Hingga 7,65 Persen

    JATIMPEDIA, Sampang – Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sampang, mengalami kenaikan triwulan 1 pada 2024 sebanyak 7,65 persen dibandingkan dengan triwulan 4 pada 2023 hanya tumbuh sebesar 1,14 persen.

    Ketua Tim Sosial BPS Kabupaten Sampang Santi Dewi Rahayu menyampaikan, berbagai sektor yang menjadi faktor kenaikan pertumbuhan dan kontribusi Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) berdasarkan kategori lapangan usaha, di antaranya sektor pertanian, perdagangan, informasi komunikasi, pertambangan dan konstruksi.

    “Untuk pertumbuhan ekonomi Triwulan 1-2024 tumbuh sebesar 7,65 persen dibandingkan dengan Triwulan 4-2023, dan tumbuh sebesar 1,14 persen dibandingkan dengan Triwulan 1-2023 (y-o-y),” jelas Santi Dewi, Rabu (1/1/2024).

    Kata Santi, kenaikan pertumbuhan ekonomi sebanding dengan jumlah penduduk miskin di wilayah Sampang penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di

    bawah Garis Kemiskinan/GK di Kabupaten Sampang. Pada bulan Maret 2024 mencapai 214,32 ribu jiwa. Jumlah ini berkurang sebesar 7,39 ribu jiwa, bila dibandingkan dengan kondisi Maret 2023 yang sebesar 221,71 ribu jiwa.

    “Meningkatnya jumlah penduduk miskin pada tahun 2023 mendorong pemerintah untuk menyalurkan banyak program intervensi kemiskinan seperti program RTLH (Rumah Tidak Layak Huni), BLT (Bantuan Langsung Tunai), PKH (Program Keluarga Harapan), dan lainnya pada tahun 2024,” pungkasnya. (sat)

  • 2024 BPS Jatim :  Inflasi di Jawa Timur YoY Sebesar 1,41%

    2024 BPS Jatim : Inflasi di Jawa Timur YoY Sebesar 1,41%

    JATIMPEDIA, Surabaya – Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) mencatat inflasi di Jawa Timur terbaru secara year-on-year (y-on-y) sebesar 1,41%. Sumenep menjadi daerah dengan inflasi tertinggi mencapai 2,15%, sedangkan Kota Kediri mencatat inflasi terendah sebesar 0,78%.

    Demikian disampaikan Kepala BPS Jatim, Zulkipli melalui Berita Resmi Statistik (BRS) yang dikonfirmasi Rabu (4/12/2024).

     

    Dinamika pergerakan inflasi Jatim  ini, menurut Zulkipli, dipengaruhi oleh kenaikan harga di berbagai kelompok pengeluaran. “Inflasi November 2024 di Jawa Timur sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok perawatan pribadi yang mengalami kenaikan signifikan hingga 7,05 %,” tukasnya.

     

    Terkait Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur, Zulkipli menyebutkan, pada bulan November 2024 tercatat sebesar 106,62. Kenaikan harga di beberapa kelompok pengeluaran utama menjadi pendorong inflasi. Selain kelompok makanan, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran juga mencatat kenaikan yang cukup tinggi sebesar 1,92%.

     

    “Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi di sektor jasa dan pariwisata. Namun, beberapa kelompok seperti transportasi dan komunikasi justru mengalami penurunan indeks, yang perlu menjadi perhatian,” sebut Zulkipli.

     

    Selain itu, untuk inflasi month-to-month (m-to-m), Zulkipli juga mengatakan, pada November 2024 tercatat sebesar 0,24%, sedangkan inflasi year-to-date (y-to-d) sejak Januari hingga November 2024 mencapai 1,04 %.

     

    Ia menuturkan, Sumenep menjadi daerah dengan inflasi tertinggi di Jawa Timur sebesar 2,15%, didorong oleh kenaikan harga pada kelompok makanan dan minuman. Sedangkan, Kota Kediri tercatat inflasi terendah hanya 0,78%.

     

    “Kondisi ini mencerminkan perbedaan dinamika ekonomi di setiap daerah di Jawa Timur, baik dari sisi konsumsi maupun distribusi,” tutur Zulkipli.

     

    Inflasi ini, dinilai Zulkipli, memiliki dampak yang beragam bagi masyarakat dan pelaku usaha. Meski ada kenaikan harga pada sektor jasa dan rekreasi menunjukkan adanya pergerakan ekonomi yang lebih aktif, namun, tekanan harga pada kelompok perawatan pribadi menjadi beban tersendiri bagi rumah tangga dengan pendapatan tetap.

     

    “Pemerintah daerah perlu memastikan distribusi bahan pokok berjalan lancar, terutama untuk daerah-daerah dengan tingkat inflasi tinggi seperti Sumenep. Selain itu, efisiensi di sektor transportasi dan komunikasi juga harus diperbaiki untuk menekan biaya logistik,” ucapnya.

     

    Meski demikian, Zulkipli tetap mengatakan bahwa Jawa Timur berada pada jalur yang baik untuk menjaga stabilitas ekonomi. Dengan catatan, kerja sama yang lebih erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat diperlukan untuk mengatasi tantangan yang muncul, terutama di sektor-sektor yang menjadi pemicu inflasi.

     

    “Data ini menjadi refleksi penting bagi kita semua, bahwa stabilitas harga harus tetap menjadi prioritas dalam menjaga kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. (cin)

  • November Inflasi di Jatim 0,24 Persen Akibat Kenaikan Harga Bawang dan Emas

    November Inflasi di Jatim 0,24 Persen Akibat Kenaikan Harga Bawang dan Emas

    JATIMPEDIA, Surabaya – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat inflasi sebesar 0,24 persen (month-to-month/mtm) pada November 2024 yang dipengaruhi oleh naiknya beberapa harga komoditas yaitu seperti bawang merah, tomat, dan emas.

    “Inflasi bulan ke bulan khususnya Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,24 persen jika dibandingkan dengan Oktober 2024,” kata Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli dalam konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Senin.

    Zulkipli menjelaskan produksi harga bawang merah dan tomat terjadi penurunan sejak Oktober 2024 sehingga berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur.

    Selain itu, tren harga emas dunia juga terus mengalami kenaikan sejak awal tahun sehingga mendorong harga emas di dalam negeri.

    Dengan terjadinya inflasi pada November maka inflasi tahun kalender November 2024 terhadap Desember 2023 sebesar 1,04 persen (year-to-date/ytd) dan inflasi tahun ke tahun (yoy) November 2024 terhadap November 2023 sebesar 1,41 persen.

    Inflasi tahunan itu terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran seperti kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,49 persen serta kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,54 persen.

    Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,55 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,75 persen; serta kelompok kesehatan sebesar 1,78 persen.

    Selanjutnya kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,44 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,54 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,92 persen; serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,05 persen.

    Di sisi lain, kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok transportasi sebesar 0,30 persen serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,25 persen.

    Dari dari 11 kabupaten/kota keseluruhannya mengalami inflasi terendah terjadi di Banyuwangi yaitu 0,11 persen (mtm) sedangkan tertinggi yaitu Kabupaten Bojonegoro yaitu 0,46 persen (mtm).

    Sementara kota lainnya yaitu Gresik 0,32 persen, Surabaya 0,19 persen, Sumenep 0,37 persen, Probolinggo 0,24 persen, Jember 0,17 persen, Kota Malang 0,24 persen, Tulungagung 0,35 persen, Kota Kediri 0,17 persen, dan Kota Madiun 0,29 persen.

    “Apabila sampai Desember kondisinya tidak berbeda dengan 2023 maka inflasi tahunan kita diperkirakan mencapai 1,11 persen,” ujar Zulkipli.(eka)

  • Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Malang Turun 0,1 Persen

    Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Malang Turun 0,1 Persen

    JATIMPEDIA, Malang –  Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Jawa Timur mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Malang pada Agustus 2024 turun 6,1 persen dibandingkan dengan Agustus 2023 yang berada di 6,8 persen.

    Kepala BPS Kota Malang Umar Sjaifudin di Kota Malang, Selasa, mengatakan di Agustus 2023 TPT Kota Malang 31.286 jiwa dan di Agustus 2024 menjadi 28.353 jiwa atau turun sebesar 2.933 jiwa.

    “Untuk TPT di Kota Malang mengalami penurunan untuk tahun 2024 dibanding tahun sebelumnya. Angkanya dari 6,8 persen menjadi 6,1 persen,” kata Umar.

    Berdasarkan data BPS Kota Malang, terdapat 688.865 jiwa merupakan masyarakat kategori penduduk usia kerja. Kemudian, dari jumlah itu ada 465.095 jiwa merupakan angkatan kerja (AK).

    Lalu, dari jumlah itu AK tersebut, sebanyak 28.353 jiwa sebagai pengangguran dan 436.742 jiwa berstatus pekerja.

    Sedangkan 223.770 jiwa dari 688.865 jiwa yang ada di Kota Malang berkategori bukan angkatan kerja (BAK).

    Umar menjelaskan jasa merupakan sektor yang paling tinggi menyerap tenaga kerja dengan persentase 76 persen dibanding lainnya.

    “Penyokongnya sektor jasa, jadi penyerapan tenaga kerja di Kota Malang 76,41 persen ada di sana. Pertanian satu persen dan industri 22 persen,” ucapnya.

    Selain itu, BPS Kota Malang memaparkan bahwa tingkat pendidikan penduduk bekerja paling banyak merupakan lulusan diploma IV, S1, S2, hingga S3 yang mencapai 25,93 persen atau 113.240 orang.

    “Kalau Agustus 2023 itu persentasenya 20,91 untuk tingkat pendidikan penduduk bekerja yang lulus diploma VI sampai S3,” ujar dia.

    Kendati demikian, lulusan diploma IV, S1, S2, hingga S3 juga menjadi penyumbang terbesar TPT di Kota Malang dengan persentase 7,50 persen.

    “Tapi untuk lulusan diploma IV sampai S3 ini turun kalau dibandingkan Agustus 2023 dengan 6,87 persen,” ucapnya.

    Urutan selanjutnya penyumbang TPT di Kota Malang hingga Agustus 2024 menurut jenjang pendidikan, yakni ada sekolah menengah kejuruan (SMK) 6,53 persen, diploma I-III 6,27 persen, sekolah menengah pertama (SMP) 6,26 persen, sekolah menengah atas (SMA) 6,53 persen, dan sekolah dasar ke bawah 4,69 persen. (sat)

  • Neraca Perdagangan di Oktober 2024 Catat Laba USD 2,48 Miliar

    Neraca Perdagangan di Oktober 2024 Catat Laba USD 2,48 Miliar

    JATIMPEDIA, Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 mengalami surplus USD 2,48 miliar.

    Surplus neraca perdagangan ini terutama berasal dari sektor nonmigas sebesar USD 4,80 miliar, sementara sektor migas defisit senilai USD 2,32 miliar.

    Dengan surplus neraca perdagangan yang dibukukan pada Oktober 2024 ini, neraca perdagangan Indonesia surplus 54 bulan secara beruntun sejak Mei 2020.

    “Pada Oktober 2024 nilai ekspor mencapai USD 24,41 miliar atau naik 10,69% dibandingkan September 2024,” kata Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Jumat (15/11).

    Ia menjelaskan, nilai ekspor migas tercatat senilai USD 1,35 miliar atau naik sebesar 16,88 persen.

    Nilai ekspor nonmigas juga tercatat naik sebesar 10,35 persen dengan nilai USD 23,07 miliar.

    Peningkatan nilai ekspor ini didorong oleh ekspor nonmigas, terutama kode HS 15 atau lemak dan minyak nabati, HS 27 bahan bakar mineral, serta HS 64 atau alas kaki.

    “Adapun lemak dan minyak nabati mengalami peningkatan nilai ekspor terbesar yakni 52,67 persen atau sebesar dengan nilai USD 1.046,5 juta (mtm),” lanjutnya.

    Disusul bahan bakar mineral sebesar 5,50 persen dengan nilai ekspor USD 180,9 juta, kemudian alas kaki meningkat sebesar 25,87 persen atau dengan nilai USD 154,6 juta.

    Komoditas lain yakni mesin dan perlengkapan elektrik serta bagian lainnya sebesar USD 124,9 juta atau naik 9,78 persen; mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya USD 113,7 juta atau 20,28 persen; besi dan baja USD 41,6 juta atau 1,89 persen; berbagai produk kimia USD 34,6 juta atau 6,18 persen.

    Komoditas yang mengalami penurunan terbesar adalah logam mulia dan perhiasan atau permata sebesar 14,46 persen atau USD 102 juta,” ujar Amalia.

    Sementara itu, capaian ekspor nonmigas pada Oktober meningkat 10,35 persen menjadi USD 23,06 juta dibandingkan dengan periode September (mtm), dan naik 11,04 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).

    Secara total, periode Januari hingga Oktober nilai ekspor mencapai USD 217,24 miliar atau naik 1,33 persen (yoy).

    “Nilai ekspor nonmigas juga mencapai USD 204,21 miliar atau naik 1,48 persen,” sambungnya.

    Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada periode Januari-Oktober meningkat 3,75 persen dibanding periode yang sama tahun 2023 (yoy). Hal ini disumbangkan oleh meningkatnya ekspor logam dasar mulia.

    “Demikian juga dengan ekspor hasil pertanian, kekuatan dan perikanan naik 23,78 persen yang ditopang oleh peningkatan ekspor kopi. Sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 8,65 persen disumbangkan oleh penurunan ekspor batu bara,” jelas Amalia.

    Negara tujuan ekspor nonmigas Oktober 2024 terbesar adalah Tiongkok yaitu USD 5,66 miliar, disusul Amerika Serikat USD 2,34 miliar, India sebesar USD 2,02 miliar dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,49 persen.

    “Sementara untuk tujuan ASEAN dan 27 negara di Uni Eropa masing-masing sebesar USD 4,32 miliar dan USD 1,59 miliar,” imbuhnya.

    Provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Oktober 2024 berasal dari Provinsi Jawa Barat dengan nilai USD 31,52 miliar AS atau 14,51 persen, diikuti Jawa Timur USD 21,44 miliar atau 9,87 persen dan Kalimantan Timur USD 20,86 miliar atau 9,60 persen.

    Sedangkan nilai impor Indonesia Oktober 2024 mencapai USD 21,94 miliar, naik 16,54 persen dibandingkan September 2024 atau naik 17,49 persen dibandingkan Oktober 2023.

    Impor migas Oktober senilai USD 3,67 miliar, naik 44,98 persen dibandingkan September 2024 atau naik 14,32 persen dibandingkan Oktober 2023.

    “Impor nonmigas Oktober 2024 senilai USD 18,27 miliar, naik 12,13 persen dibandingkan September 2024 atau naik 18,14 persen dibandingkan Oktober 2023,” ungkap Amalia. (cin)

  • BPS : Nilai Ekspor Oktober 2024 Capai 24,41 Miliar Dolar AS

    BPS : Nilai Ekspor Oktober 2024 Capai 24,41 Miliar Dolar AS

    JATIMPEDIA, Jakarta –  Badan Pusat Statistik menyebutkan nilai ekspor Indonesia pada periode Oktober 2024 mencapai 24,41 miliar dolar AS atau naik sebesar 10,69 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).

    “Pada Oktober 2024, nilai ekspor mencapai 24,41 miliar dolar AS atau naik 10,69 persen dibandingkan dengan bulan September 2024,” ujar Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia A Widyasanti dalam rilis berita statistik yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat.

    Peningkatan nilai ekspor ini didorong oleh ekspor nonmigas terutama kode HS 15 atau lemak dan minyak nabati, HS 27 bahan bakar mineral, serta HS 64 atau alas kaki.

    Adapun lemak dan minyak nabati dilaporkan mengalami peningkatan nilai ekspor terbesar yakni 52,67 persen atau sebesar dengan nilai 1.046,5 juta dolar AS (m to m).

    Disusul bahan bakar mineral sebesar 5,50 persen dengan nilai ekspor 180,9 juta dolar AS kemudian alas kaki meningkat sebesar 25,87 persen atau dengan nilai 154,6 juta dolar AS.

    Komoditas lain yakni mesin dan perlengkapan elektrik serta bagian lainnya sebesar 124,9 juta dolar AS atau naik 9,78 persen; mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya 113,7 juta dolar AS atau 20,28 persen; besi dan baja 41,6 juta atau 1,89 persen; berbagai produk kimia 34,6 juta dolar AS atau 6,18 persen.

    Sementara, komoditas yang mengalami penurunan terbesar adalah logam mulia dan perhiasan atau permata sebesar 14,46 persen atau 102 juta dolar AS.

    Capaian ekspor nonmigas pada Oktober 2024 meningkat 10,35 persen menjadi 23,06 juta dolar AS dibandingkan dengan periode September 2024 (mtm) dan naik 11,04 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).

    Secara total, periode Januari hingga Oktober nilai ekspor mencapai 217,24 miliar dolar AS atau naik 1,33 persen (yoy), nilai ekspor nonmigas juga dilaporkan mencapai 204,21 miliar dolar AS atau naik 1,48 persen.

    Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada periode Januari-Oktober 2024 meningkat 3,75 persen dibanding periode yang sama tahun 2023 (yoy) hal ini disumbangkan oleh meningkatnya ekspor logam dasar mulia.

    Demikian juga dengan ekspor hasil pertanian, kekuatan dan perikanan naik 23,78 persen yang ditopang oleh peningkatan ekspor kopi, sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 8,65 persen disumbangkan oleh penurunan ekspor batu bara.

    Negara tujuan ekspor nonmigas Oktober 2024 terbesar adalah Tiongkok yaitu 5,66 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat 2,34 miliar dolar AS, India sebesar 2,02 miliar dolar AS dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,49 persen.

    Sementara untuk tujuan ASEAN dan 27 negara di Uni Eropa masing-masing sebesar 4,32 miliar dolar AS dan 1,59 miliar dolar AS.

    Provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Oktober 2024 berasal dari Provinsi Jawa Barat dengan nilai 31,52 miliar dolar AS atau 14,51 persen, diikuti Jawa Timur 21,44 miliar dolar AS atau 9,87 persen dan Kalimantan Timur 20,86 miliar dolar AS atau 9,60 persen.(raf)

  • BPS : Triwulan III-2024, Ekonomi Jatim Tumbuh 4,9 Persen

    BPS : Triwulan III-2024, Ekonomi Jatim Tumbuh 4,9 Persen

    JATIMPEDIA, Surabaya – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat ekonomi Jatim pada triwulan III-2024 mampu tumbuh mencapai 4,91 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) atau 1,72 persen secara kuartalan (quartal-to-quartal/qtq).

    “Dengan demikian secara kumulatif ekonomi Jawa Timur tumbuh 4,9 persen,” kata Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli di Surabaya, Selasa.

    Zulkipli menjelaskan, perekonomian Jawa Timur triwulan III-2024 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp808,53 triliun sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp492,43 triliun.

    Ekonomi Jawa Timur triwulan III-2024 terhadap triwulan II-2024 yang mengalami pertumbuhan sebesar 1,72 persen (q-to-q) apabila dilihat dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha pengadaan listrik dan gas yang tumbuh sebesar 8,24 persen.

    Sementara apabila dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 4,62 persen.

    Kemudian, ekonomi Jawa Timur triwulan III-2024 terhadap Triwulan III-2023 meningkat sebesar 4,91 persen (y-on-y) apabila dilihat sisi produksi tercatat pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yaitu sebesar 9,85 persen.

    Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) yaitu tumbuh sebesar 10,95 persen.

    Selanjutnya sampai triwulan III-2024, ekonomi Jatim yang mengalami pertumbuhan 4,9 persen terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 10,39 persen sedangkan pertumbuhan terbesar dari sisi pengeluaran terjadi pada komponen Lembaga Non Profit sebesar 13,58 persen.

    Secara struktur, Lapangan Usaha Industri Pengolahan mendominasi struktur ekonomi Jawa Timur pada triwulan III-2024 dengan kontribusi sebesar 30,54 persen sedangkan dari sisi pengeluaran didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) dengan kontribusi sebesar 59,78 persen. (cin)

  • BPS Catat Jatim Inflasi 0,15 Pada Oktober 2024

    BPS Catat Jatim Inflasi 0,15 Pada Oktober 2024

    JATIMPEDIA, Surabaya – Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, pada Oktober 2024 secara bulan ke bulan atau month to month (m-to-m) Provinsi Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,15 persen.

    Catatan tersebut mengakhiri rentetan deflasi Jatim pada tahun ini. Sepanjang 2024, Jatim telah mengalami 5 kali deflasi m-to-m yang terjadi sejak awal tahun, meski terjadinya tak beruntun.

    Dalam laporan terbaru BPS Jatim, Jumat (1/11/2024), disebutkan bahwa inflasi bulan ke bulan (m-to-m) Provinsi Jawa Timur pada bulan Oktober 2024 utamanya dipicu oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau yang memberikan andil sebesar 0,12 persen terhadap inflasi umum

    Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m pada Oktober 2024, antara lain daging ayam ras, emas perhiasan, tomat, nasi dengan lauk, bawang merah, kopi bubuk, dan telur ayam ras. Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m adalah bensin, angkutan udara, cabai merah, mobil, kentang, dan cabai rawit. Dan kelompok transportasi rupanya menjadi penahan utama inflasi, baik secara bulan ke bulan (m-to-m), tahun kalender (y-to-d), maupun tahun ke tahun (y-on-y).

    Secara year on year (y-on-y), Jatim mengalami inflasi sebesar 1,66 persen,  atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,63 pada Oktober 2023 menjadi 106,37 pada Oktober 2024. Adapun secara  year to date (y-to-d) terjadi inflasi 0,81 persen.

    Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 2,38 persen. Kemudian kelompok pakaian dan alas kaki naik sebesar 1,68 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,47 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,60 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,87 persen.

    Selain itu, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya naik sebesar 1,43 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,54 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,24 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,04 persen.

    Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok transportasi serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan masingmasing sebesar 0,30 persen.

    Sebagai informasi, sebelumnya, pada Januari 2024, Jatim mengalami deflasi sebesar 0,10 persen. Sempat inflasi pada Februari-April, deflasi kembali terjadi di Jatim dua bulan beruntun, yakni pada Mei 2024 sebesar 0,21 persen dan Juni 2024 sebesar 0,37 persen.

    Deflasi Jatim pada Juni 2024 tersebut bahkan menjadi yang tertinggi di Pulau Jawa. Pada Juli 2024, Jatim sempat mengalami inflasi sebelum akhirnya dilanda deflasi lagi pada dua bulan beruntun, yakni bulan Agustus 2024 sebesar 0,07 persen dan September 2024 sebesar 0,12 persen.(eka) 

     

  • Deflasi Lima Bulan Berturut-turut, Oktober Catat Inflasi 0,08 Persen

    Deflasi Lima Bulan Berturut-turut, Oktober Catat Inflasi 0,08 Persen

    JATIMPEDIA, Jakarta –  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2024 mencatatkan inflasi 0,08% secara bulanan atau month to month (MtM).

    IHK akhirnya mencatatkan inflasi setelah terjadi deflasi selama lima bulan beruntun atau sejak Mei hingga September 2024.

    Adapun, inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 1,71% dan inflasi kalender (year to date) sebesar 0,82%.

    Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia A. Widyasanti mengungkapkan, inflasi Oktober 2024 mengakhiri deflasi selama lima bulan beruntun.

    “Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar perawatan pribadi dan jasa lainnya inflasi 0,94% dan memberi andil inflasi 0,06%,” kata Amalia, Jumat (1/11/2024).

    Adapun, komoditas dominan dorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang beri andil 0,06%. Juga daging ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,04%, bawang merah dengan andil inflasi 0,03%, tomat dan nasi dengan lauk dengan andil inflasi  masing-masing sebesar 0,02%.

    “Kopi bubuk, minyak goreng, sigaret kretek mesin, dan telur ayam ras memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01%,” ungkapnya.

    Sebanyak 28 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi, sedangkan 10 provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Maluku sebesar 0,65%. Sementara itu, deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara sebesar 1,65%. (raf)