Tag: #Aceh

  • Dukung Pembangunan SPAM, BCA Syariah Kucurkan Rp318,298 Miliar

    Dukung Pembangunan SPAM, BCA Syariah Kucurkan Rp318,298 Miliar

    JATIMPEDIA,  Jakarta – PT Bank BCA Syariah (BCA Syariah) memberikan fasilitas pembiayaan investasi senilai Rp318,298 miliar kepada PT Toya Perdana Lhokseumawe (Aceh Water) untuk mendukung pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh.

    Penyaluran pembiayaan investasi ini dilakukan dengan akad musyarakah mutanaqisah (MMQ). Adapun penandatanganan perjanjian pembiayaan dilaksanakan pada Senin, di Ciputra World 1, Jakarta, yang dihadiri oleh jajaran manajemen kedua belah pihak.

    “Penyaluran pembiayaan ini merupakan bagian dari komitmen BCA Syariah untuk terus mendukung pembangunan infrastruktur dasar yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” kata Presiden Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum dalam keterangannya, di Jakarta, Senin.

    Yuli menambahkan bahwa ketersediaan air bersih dan aman konsumsi merupakan fondasi penting dalam menciptakan kehidupan yang sehat, produktif, dan berkelanjutan.

     

    Proyek SPAM Lhokseumawe akan menjangkau ribuan rumah tangga di empat kecamatan, yaitu Muara Satu, Muara Dua, Blang Mangat, dan Banda Sakti. Sumber air baku berasal dari Cot Trieng, dengan lebih dari 27 kilometer pipa utama telah dipasang.

    Pembangunan infrastruktur ini dilengkapi dengan proses uji tekanan (hydrotest), pengerasan ulang jalan, serta penerapan standar keselamatan kerja.

    Dengan hadirnya sistem air siap minum langsung dari keran, masyarakat Lhokseumawe dapat merasakan peningkatan kualitas hidup dengan kemudahan akses air minum berkualitas dalam jangka panjang.

    Proyek ini sekaligus mendorong pengurangan ketergantungan terhadap air tanah, yang selama ini menjadi salah satu pemicu intrusi air laut dan kerusakan ekosistem.

    Direktur Utama PT Toya Perdana Lhokseumawe Cipta Ciputra Harun menyampaikan bahwa kerja sama ini akan menjadi awal yang baik bagi kedua belah pihak dalam mendukung kesejahteraan masyarakat di Lhokseumawe.

     

    “Proyek ini tidak hanya menyasar pelayanan publik, tetapi juga menjadi solusi inovatif dalam pengelolaan air yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan,” kata Cipta.

    BCA Syariah melihat pembiayaan ini sebagai bagian dari kontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), khususnya SDG 6 terkait akses air bersih dan sanitasi.

    Pembiayaan ini, menurut perseroan, juga menegaskan peran BCA Syariah sebagai mitra strategis dalam pembangunan nasional melalui skema pembiayaan syariah yang produktif, inklusif, dan bertanggung jawab.

    Per Maret 2025, pembiayaan yang disalurkan BCA Syariah tercatat sebesar Rp11,0 triliun atau tumbuh 18,0 persen year on year (yoy). Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp13,5 triliun atau meningkat sebesar 25,9 persen yoy.

     

    Pada periode yang sama, anak usaha dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA) ini mencatatkan total aset sebesar Rp17,1 triliun atau tumbuh 19,3 persen yoy. (cin)

  • Masya Allah, Semua Jemaah Haji Aceh Terima Wakaf 2.000 Riyal

    Masya Allah, Semua Jemaah Haji Aceh Terima Wakaf 2.000 Riyal

    JATIMPEDIA, Makkah – Calon jemaah haji asal Aceh kembali menerima kabar gembira berupa pembagian uang wakaf dari Baitul Asyi, badan wakaf yang berdiri sejak abad ke-19 di Makkah. Total sebanyak 4.378 jemaah Aceh tahun ini menerima masing-masing SAR 2.000 atau sekitar Rp 8,6 juta, yang biasanya dimanfaatkan untuk membayar dam, kurban, atau kebutuhan selama berhaji.

    “Alhamdulillah senang sekali pak,” ujar Ibu Nazariah, 53, jemaah Kloter Banda Aceh 04, saat ditemui di Hotel 908, Mekkah, Jumat (24/5). Nazariah menyebut uang itu akan ia gunakan untuk membayar dam, kurban, dan oleh-oleh.

    Uang wakaf yan dibagikan kepada 4.378 jemaah haji Aceh tahun ini, naik dari tahun sebelumnya yang hanya 1.500 riyal per orang. Proses pembagian berlangsung tertib di hotel-hotel tempat jamaah Aceh menginap, dengan petugas memanggil berdasarkan nomor urut.

    Pembagian langsung dilakukan oleh pengurus Baitul Asyi, Syeikh Abdul Latif M Baltho. Tak hanya itu, sebelumnya jemaah Aceh juga telah menerima bantuan biaya hidup dari pemerintah daerah sebesar Rp 3 juta per orang.

    “Senang sekali, dapat hampir Rp 12 juta,” ujar Etek Iyah, 63, tersenyum sambil menunggu antrean.

    Menurut Syaifullah M Yunus, petugas wakaf Habib Bugak Asyi, seluruh jemaah dari Embarkasi Aceh, termasuk 12 kloter tahun ini, sudah tercatat dan dipastikan mendapat bagian.

    “Semuanya dapat,” ujarnya. Proses distribusi di Makkah dilakukan langsung oleh pengurus wakaf, termasuk Syeikh Abdul Latif M Baltho, yang merupakan keturunan asli Habib Bugak.

    “Habib Bugak itu seorang ulama sekaligus saudagar. Aslinya orang Mekah, tapi hijrah ke Aceh tahun 1800-an, mendapat kepercayaan dari Sultan Aceh Alauddin Mughayyad Syah untuk mengajarkan masyarakat,” jelas Yunus.

    Dari situlah tumbuh gagasan membeli tanah wakaf di Makkah khusus untuk menampung jemaah Aceh yang datang berhaji. Tanah wakaf ini awalnya berdiri dekat tempat Sa’i di sekitar Masjidil Haram.

    Namun, akibat perluasan Masjidil Haram, pada 1950-an kerajaan Saudi memberikan kompensasi, yang kemudian dipakai untuk membeli lahan baru di kawasan Ajiad. Di sanalah kini berdiri Prestige Hotel, yang sepenuhnya dikelola oleh pihak wakaf dan menjadi sumber dana untuk pembagian setiap tahun kepada jemaah Aceh.

    Menariknya, menurut Yunus, wakaf ini lebih tua dari berdirinya kerajaan Arab Saudi. “Wakafnya sudah ada sejak 1800-an, sementara kerajaan Saudi berdiri 1932,” ujarnya. Meski demikian, pengelolaan wakaf terus berjalan, dengan sertifikat tanah yang tetap diakui secara resmi oleh pemerintah Arab Saudi.

    Sejarah Wakaf Habib Bugak Asyi

    Pembagian wakaf ini bukanlah hal baru bagi jemaah Aceh. Sejarahnya sudah berjalan lebih dari 200 tahun. Sosok di baliknya adalah Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi atau dikenal sebagai Habib Bugak Asyi.

    Habib Bugak datang dari Mekkah ke Aceh pada 1760, menjadi orang kepercayaan Sultan Alauddin Mahmud Syah I. Ia menggagas pengumpulan dana umat Aceh yang kemudian ia bawa kembali ke Mekkah pada 1809.

    Di sana, ia membeli tanah dekat Masjidil Haram untuk mendirikan rumah singgah khusus jemaah Aceh, yang dikenal dengan nama Baitul Asyi.

    Dari tahun ke tahun, tanah wakaf berkembang menjadi properti yang dikelola profesional, menghasilkan keuntungan yang disalurkan kembali untuk jemaah Aceh.

    Bukan hanya sebagai tempat singgah, kini hasil wakaf itu diwujudkan dalam bentuk uang tunai yang membantu jemaah membiayai ibadah seperti dam dan kurban.

    Baitul Asyi menjadi bukti nyata kekuatan wakaf produktif yang bertahan lintas generasi, membawa manfaat abadi bagi masyarakat Aceh yang berhaji.(cin)