Petrokimia Gresik Dorong Milenial Tingkatkan Produktivitas Pertanian
Gresik, JP – Petrokimia Gresik terus mendorong generasi muda untuk terjun dan mengoptimalkan produktivitas pertanian dalam upaya mencegah terjadinya krisis pangan yang mengancam dunia.
Hal ini disampaikan Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik, Digna Jatiningsih saat menjadi narasumber dalam talkshow Petro AgriTalk bertajuk “Peran Petrokimia Gresik dan Pemuda di Tengah Isu Pangan Global” yang digelar secara online beberapa waktu lalu.
Digna mengatakan bahwa potensi krisis pangan dapat dilihat dari tren kebutuhan pangan dan luas lahan pertanian di Indonesia. Dimana pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia otomatis diikuti kebutuhan pangan yang terus meningkatkan.
“Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jika dibandingkan antara kebutuhan tahun 2020 dengan proyeksi Indonesia Emas di tahun 2045, terjadi peningkatan kebutuhan beras nasional sekitar 5,44 juta ton, dari 29,86 juta ton menjadi 35,3 juta ton,” ujar Digna.
Sayangnya, tren peningkatan kebutuhan pangan tersebut berbanding terbalik dengan tren luas lahan pertanian di Indonesia, yang berdasarkan data Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) justru semakin berkurang. Sebagai perbandingan, luas lahan pertanian Indonesia di tahun 2012 mencapai 8,13 juta Hektare dan di tahun 2019 berkurang menjadi 7,46 juta Hektare.
Sedangkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menunjukkan, produktivitas sawah di Indonesia rata-rata 5,2 ton per Hektare. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan pangan di tahun 2045, produktivitas sawah harus mencapai 7 ton per Hektare, dengan estimasi luas lahan tidak lagi berkurang.
“Untuk itu, harus ada inovasi-inovasi baru dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian, dan hal itu menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk generasi muda, agar ketahanan pangan nasional tetap terjaga,” tandas Digna.
Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan Petrokimia Gresik dapat dilihat dari kepeloporannya dalam menciptakan teknologi pemupukan melalui produk-produk inovasi, kemudian menyediakan pupuk subsidi dan non subsidi berkualitas, melakukan pengawalan budidaya pertanian melalui program MAKMUR yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, serta aktif mendorong regenerasi petani sebagai upaya mengamankan masa depan pertanian dan ketahanan pangan Indonesia.
Upaya dalam mendorong regenerasi petani sendiri, lanjut Digna, telah dilakukan sejak tahun 2014 dengan menggandeng Pelatihan Anak Remaja Tani (PATRA) dan kemudian di tahun 2017 menyelenggarakan Jambore Petani Muda (JPM) yang rutin dilaksanakan tiap tahun hingga saat ini. Program ini telah menghasilkan banyak petani muda sukses, seperti Kampung Strawberry di Bali, dan Kampung Buah Naga di Banyuwangi.
“Saat ini sudah cukup banyak sosok petani muda yang sukses di bidang pertanian, ini harus diiringi dengan inovasi teknologi pertanian modern agar semakin banyak generasi muda yang tertarik terjun ke sektor ini. Jadi dari generasi muda, oleh generasi muda, untuk generasi mendatang, dan kita sebagai industri siap mendukung,” terang Digna.
Selain Digna, narasumber lain yang hadir dalam talkshow ini antara lain Duta Petani Milenial Jawa Barat, Ulus Pirmawan dan Agrosociopreneur asal Bali, I Kadek Gandhi yang merupakan petani sukses alumni JPM.
Selaras dengan yang disampaikan Digna, Ulus mengungkapkan bahwa, pascapandemi kali ini petani harus terus berjuang keras untuk meningkatkan produktivitas di tengah berbagai tantangan yang ada, seperti mahalnya biaya produksi dan rendahnya harga hasil panen.
Ia pun mengapresiasi Petrokimia Gresik yang menghadirkan produk inovatif dengan harga kompetitif, dan yang terpenting terbukti mendongkrak produktivitas pertanian, sehingga pendapatan petani pun turut meningkat. Pendapatan yang besar inilah yang menurutnya mampu menarik minat generasi muda untuk terjun di dunia pertanian.
“Ketika semakin banyak kemudahan yang juga ditawarkan oleh Petrokimia Gresik, generasi muda tidak perlu khawatir untuk terjun di dunia pertanian,” ujarnya.
Begitu juga dengan Kadek. Ia menyampaikan petani muda tidak perlu takut untuk terjun dan mengoptimalkan sektor pertanian. Karena saat ini sudah banyak teknologi yang bisa dimanfaatkan generasi muda untuk akselerasi produktivitas.
“Ancaman krisis pangan ini seharusnya justru menjadi motivasi generasi muda untuk mengoptimalkan pertanian yang ada, sehingga mampu menjadi jawaban kebutuhan pangan nasional bahkan global,” tandasnya. (sat)