Okupansi Hotel Bintang di Surabaya Naik, Ini Pemicunya
Surabaya,JP – Okupansi hotel berbintang Surabaya, Jakarta dan Bali meningkat sejak beberapa bulan terakhir meski dalam kondisi low season. Konsultan properti Colliers Indonesia memaparkan kenaikan okupansi hotel di Surabaya pada Mei 2022 lebih dari 70 persen, sedangkan di Jakarta dan Bali telah mencapai sekitar 50 persen pada periode yang sama.
Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan kenaikan itu tercatat jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama pada 2021 dan 2020.
Menurutnya, Jakarta dan Surabaya sudah mengalami peningkatan okupansi hotel berbintang yang salah satu penyebabnya adalah karena mayoritas pasar hotel Jakarta dan Surabaya adalah bisnis.
“Meskipun pandemi, beberapa perjalanan bisnis ada yang tetap harus berjalan, sedangkan Bali yang besar di pasar internasional dan pariwisata masih merangkak naik. Pasalnya pasar internasional baru mulai dibuka,” ujarnya dalam paparan seperti dikutip Bisnis, Rabu (6/7).
Ferry menuturkan dari sisi harga, hotel-hotel yang ada di Jakarta, Surabaya, dan Bali sudah mulai mengalami peningkatan meski masih berada di bawah level pada saat sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Meskipun belum kembali ke kondisi sebelum pandemi, ia menilai dengan pelonggaran aturan dan mulai banyaknya pelaku perjalanan, maka perlahan membantu meningkatkan harga jual kamar hotel.
Untuk itu, Ferry menilai secara keseluruhan untuk hotel di Jakarta, Bali, maupun Surabaya diprediksi akan mengalami peningkatan kinerja. Dengan mulai banyaknya kegiatan besar yang akan diselenggarakan secara offline, maka akan menjadi permintaan bagi hotel.
Colliers Indonesia memproyeksikan okupansi hotel di Jakarta dapat mencapai 60 persen dengan harga hingga US$60 pada tahun ini, okupansi hotel berbintang Surabaya diproyeksikan mencapai kurang lebih 60 persen dengan harga sekitar US$30, sedangkan okupasi hotel di Bali diproyeksikan mencapai 50 persen dengan harga berkisar US$50
“Mulai banyaknya turis asing yang datang baik untuk berbisnis atau untuk berwisata menjadi tambahan demand bagi hotel. Namun demikian, hotelier hendaknya tetap harus waspada, pasalnya kondisi masih belum stabil,” jelasnya. (sat)