Cadangan Gas Bumi Nasional Melimpah, Minyak Masih Impor

Jakarta,JP – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan Indonesia bakal mempunyai prospek yang cukup cerah untuk gas bumi. Pasalnya, RI memiliki cadangan gas bumi yang melimpah. Sementara minyak bumi Indonesia masih kekurangan dan harus impor.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, berbeda dengan minyak yang saat ini terus mengalami penurunan produksi, gas justru diperkirakan akan menjadi energi andalan masa depan RI.

“Kita sadari produksi minyak menurun dan kita mencoba untuk tidak menurunkan drastis tapi diupayakan flat dulu saat ini sekitar 610 ribu barel per hari (bph). Tapi untuk gas kita beruntung,” ungkap Tutuka dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (10/10).

Baca Juga  Tinjau Kesiapan Lebaran di Jatim, Menteri ESDM Jamin Pasokan BBM dan LPG Aman

Menurut dia, Indonesia juga memiliki empat proyek gas yang masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional, di antaranya Jambaran Tiung Biru (JTB) yang dikelola oleh Pertamina EP Cepu dan diperkirakan akan beroperasi komersial pada bulan ini, lalu proyek Train-3 Kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat oleh BP dan diperkirakan akan beroperasi pada kuartal pertama 2023.

Berikutnya, proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) yang dikelola Chevron Indonesia Company dan saat ini masih terus diskusi untuk pencarian operator baru untuk menggantikan Chevron. Kemudian, proyek Kilang LNG Abadi Masela yang dikelola oleh Inpex Corporation dan saat ini juga masih dalam proses divestasi oleh Shell.

“Juga nanti dari lapangan lain seperti Husky. Jadi gas kita masa depannya cukup bagus, belum yang lain yang belum eksplorasi. Kurang lebih begitu,” ujarnya.

Baca Juga  PGN Berkomitmen Jaga Pasok Gas Bumi untuk Kelistrikan Secara Berkelanjutan

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto sebelumnya mengatakan bahwa terdapat selisih antara produksi dan tingkat konsumsi minyak di dalam negeri. Ia menyadari Indonesia saat ini memang merupakan negara net importir untuk minyak.

Adapun produksi minyak Indonesia saat ini di sekitar 650 ribu barel per hari (bph). Sementara kapasitas kilang yang ada hanya 1 juta bph, artinya sebesar 350 ribu bph masih dipenuhi dari impor.

“Ada beberapa hal yang perlu kita pahami tadi, tetapi memang kondisinya demikian. Kita punya potensi di bidang migas. Tapi minyak kita sudah impor. Kira kira kalau produksi kita 650 ribu barel per hari dan kapasitas kilang 1 juta berarti kita impor 300′ an ribu bph,” ujar Dwi di Bandung.

Baca Juga  Khofifah Jamin BBM dan LPG di Jatim Aman Minta Tidak Panic Buying

Namun demikian, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan cadangan gas yang dimiliki Indonesia. Untuk sumber gas, lanjutnya, RI malah justru mempunyai pasokan gas yang melimpah.

Dwi pun menilai melimpahnya pasokan gas yang ada bisa menjadi andalan bagi pemerintah untuk melakukan transisi energi menuju netral karbon atau net zero emission.

“Saat ini kita menghadapi transisi energi menuju net zero emission. Energi yang bisa diterima sampai EBT bisa suplai adalah gas. Indonesia beruntung karena potensi ke depan lebih banyak gas. Kita punya berlebih gas, kenapa kita gak gunakan,” ucapnya. (raf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *